Beberapa waktu lalu, tepatnya di Jakarta, Selasa (24/5/2022), muncul cahaya kilau terhadap cita-cita kemajuan pendidikan Indonesia di masa depan.
Kemilau itu dihantarkan oleh Komunitas Merdeka Belajar yang telah menyelenggarakan ajang Rembuk Komunitas bertema Begerak Bersama, Berdaya Bersama.
Suatu forum diskusi dan silaturahmi antara para orang-orang yang peduli dengan masa depan pendidikan di Tanah Air bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
Diinisiasi oleh perwakilan guru dari Komunitas Kami Pengajar; pelajar dan mahasiswa dari Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka; serta orang tua dari Komunitas Sidina.
Berbagai usulan dan rekomendasi membuncah dari Rembuk Komunitas. Pemikiran bagaimana mengimplementasikan program Merdeka Belajar meluas terlaksana dan tetap bertahan.
Untungnya ada Komunitas Merdeka Belajar.
Untung? Iya, beruntung. Sebab hadir sekumpulan orang-orang yang masih merasa bahwa program Merdeka Belajar adalah kunci terciptanya transformasi pendidikan Indonesia yang berdaya saing serta berkualitas di tataran internasional.
Merdeka Belajar adalah asa. Di sini dibentuk sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kreatif, inovatif, maupun tidak putus asa. Dan karakter tersebut dibutuhkan oleh kemajuan zaman yang pesat ini. Jika tidak mampu menyesuaikan diri, maka siaplah tergilas.
Pendidikan bukan beban, namun ruang karya. Tenaga pendidik bukan robot, tapi pengantat kecerdasan. Orang tua adalah unsur pendukung terkuat menentukan kepribadiian yang baik bagi anak-anaknya dari medium pendidikan.
Semua itu menyatu dalam program Merdeka Belajar yang digagas Mendikbudristek Nadiem Makarim. Masing-masing unsur tersebut bebas berkreasi ingin menerapkan apa guna mencapai tujuan pendidikan memuasakan.