Saya cukup tertegun membaca sebuah artikel. Yang membahas mengenai Mendikbud Nadiem Makarim. Judulnya sangat fantastis. Itu yang membuat saya terhenyak. Ditambah lagi isi tulisannya --yang menurut saya-- berbelit dan tendensius. Makin membuat saya makin tertegun. Dari mulai konspirasi, membunuh, nalar kritis, akal sehat, dan macam-macam istilah disematkan dalam narasi artikelnya. Tentu saja menyinggung personal Nadiem Makarim.
Di sini bagi pembaca yang ingin lebih lengkap membaca artikelnya, saya cantumkan linknya: kajanglako.com.
Kenapa saya mencantumkan link artikel itu? Sebab saya akan "menggugat" isi artikelnya. Dalam arti menggugat secara teoritis, ilmiah dan faktual. Bukan ke ranah hukum.Â
Tajamnya pena dilawan juga dengan pena. Dan saya akan memulainya! Sebagai profesional yang bekerja di lembaga negara (baca: DPR), saya cukup mengikuti perkembangan pemikiran dan kebijakan mantan Bos Gojek tersebut. Maklum, Nadiem bolak balik rapat dengan Komisi Pendidikan di DPR sebagai mitra kerjanya.
Mengawali "gugatan" saya ke isi artikel tadi, yakni menyoal tolak ukur si Penulis (yang bergelar Doktor) terlalu dangkal dan sederhana. Namun dipelintir terkesan ilmiah dan tajam.Â
Si Penulis, hanya menyandarkan alasan kritiknya ke Nadiem Makarim yang dituding terlibat konspirasi kejahatan pendidikan dan berdampak membunuh rasionalitas (akal sehat) pada kasus plagiarisme karya ilmiah Rektor USU dan Unnes. Kiranya si Penulis ternyata tidak memahami informasi secara mendalam.
Sangat jelas bahwa keputusan Nadiem menetapkan Rektor USU terpilih nyatanya tidak terlibat skandal plagiarisme karya ilmiah itu berdasarkan pada hasil tinjauan dan penyelidikan oleh para akademisi dari UGM, Undip dan Unnes.Â
Temuan dari para akademisi yang kredibel dan berkapasitas tersebut membuktikan kalau Rektor USU terpilih tidak melakukan plagiarisme. Lalu apalagi? Sebagai otoritatif di bidang pendidikan, Nadiem harus cepat memutuskan kebijakan yang mengacu sesuai rasionalitas dan fakta, bahwa Rektor USU terpilih tetap dapat dilantik.Â
Mengenai dugaan plagiarisme Rektor Unnes? Nadiem juga sangat tegas mengatakan bila prosesnya sedang diselidik serta dikaji. Terus apa harus Nadiem memberikan keputusan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pihak di Unnes tanpa mengacu pada fakta? Jika itu dilakukan Nadiem, maka ia akan membuat ketidakadilan. Untungnya Nadiem bukan sosok seperti itu.
Di sinilah menurut saya, si Penulis artikel yang bombastis tadi kontradiktif dengan argumentasinya sendiri.Â
Ia menyasar Nadiem dengan tuduhan membunuh akal sehat alias tidak rasional, namun sesungguhnya si Penulis yang rasanya tidak mempunyai pikiran jernih dalam menilai suatu peristiwa sesuai validitas informasi.Â