Mohon tunggu...
Nurfahmi Budi Prasetyo
Nurfahmi Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kalau lagi mood

Penguber kuliner, tertarik politik & penggila bola

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDI Perjuangan Bukan PKI!

12 Februari 2018   14:29 Diperbarui: 12 Februari 2018   14:50 2597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Agus Salim - Foto: Istimewa

"Pinjam tangan seseorang untuk membunuh. (Bunuh dengan pisau pinjaman.) Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain (karena kekuatan yang minim atau tidak ingin menggunakan kekuatan sendiri)."

Strategi di atas adalah salah satu taktik militer kuno Tiongkok. Strategi inilah yang digunakan lawan-lawan politik PDI Perjuangan kekinian.

Menyebut PDI Perjuangan identik dengan Partai Komunis Indonesa (PKI) dan anti Islam adalah ahistoris atawa berlawanan dengan sejarah. Tapi cara picik itulah yang terus direproduksi kelompok yang tidak ridho PDI Perjuangan berkuasa.

Kalau Bahasa Jawanya, Nabok nyilih tangan. Meminjam tangan orang untuk menampar. Kalau mau diidentifikasi, musuh PDI Perjuangan bisa dilihat dari akar sejarah. Siapa yang tidak suka dengan kebijakan Bung Karno di Jaman Orde Lama, itulah musuh-musuh politik PDI Perjuangan hari ini. Mereka bereinkarnasi. Membentuk sel baru dalam berkelompok, menuntaskan misi lama yang belum 'tuntas': menjadikan Indonesia Bersyariat agama atau ideologi tertentu yang tentu bertentangan dan ingin mengganti Ideologi Pancasila.

Sebut saja Darul Islam / Tentara Islam Indonesia DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat yang dibekuk Bung Karno karena Kontra Revolusi. Selain itu ada Partai Masyumi yang juga dibubarkan di Rezim Orde Lama karena masalah perbedaan yang mencolok terkait konsep pemisahan negara dan agama. Dan pemberontakan Kahar Muzakkar. Bukan hanya pemberontakan dengan motif agama, pemberontakan dari kubu Militer dan makar oleh Republik Maluku Selatan (RMS), Gerakan Aceh Merdeka (GAM) serta Organisasi Papua Merdeka juga dialami di masa Bung Karno berkuasa.

Jika hari ini PDI Perjuangan dengan akar sejarahnya PNI yang didirikan Bung Karno dituding sebagai antek Komunis dan anti Islam, ia adalah sebuah perulangan sejarah yang mana hari ini dilakukan oleh kelompok yang sebenarnya bukan merepresentasikan kelompok Islam Rahmatan lil Alamin, melainkan ada invisible hand, tangan tak terlihat.

Kelompok "perekayasa" inilah yang saya sebut di atas menggunakan taktik licik: memecah belah kelompok Islam dan membenturkannya dengan kelompok Nasionalis. Ya, mereka itulah para penabuh gendang, yang meminjam kemarahan kelompok Islam Radikal karena 'dibakar' dengan isu propaganda lama: pemisahan agama dan negara dengan 'menggebuk' PDI Perjuangan yang memang tetap teguh memperjuangkan Pancasila yang tentunya tidak BERTENTANGAN dengan Islam.  

Sekadar merefresh sejarah, Bung Karno dalam membangun pemerintahan Orde Lamanya memang membentuk koalisi Nasakom: Nasionalis Agama dan Komunis. Dimana ada Partai Berhaluan ideologi Nasionalis, Agama (Partai NU) dan Komunis yang direpresentasikan oleh PKI.

Sebelum memberontak dengan settingan konflik Militer Angkatan Darat yang tidak bisa lepas dari 'campur tangan' asing, PKI memang cukup dekat dengan Bung Karno. Sebagai salah satu Bapak Pendiri Bangsa, Pemimpin Tertinggi Revolusi, dan Presiden Pertama Republik Indonesia, tidak ada yang salah jika seluruh kelompok politik diakomodir selama mendukung Revolusi kemerdekaan Indonesia. Toh dengan ulama dan kelompok agama lain yang Nasionalis juga dirangkul Bung Karno. Mereka diajak dalam barisan Revolusi Perjuangan mempertahankan Kemerdekaan untuk membangun bersama Republik yang masih tertatih-tatih merangkak mencari bentuk dan karakter berbangsa serta bernegara.

Dus, sejak Pilpres 2014, hingga sekarang di tahun 2018 dan setahun jelang Pilpres 2019, tensi politik kembali meninggi. Isu PKI, anti Islam, pro Tiongkok dimainkan kembali. Bahkan bukan hanya setiap Pilkada serentak di era Presiden Jokowi (2015, 2017 dan 2018), setiap hari di jagad maya sampai sekarang kita masih sering menyaksikan fitnah keji itu: PDI Perjuangan antek PKI dan anti Islam.

Taktik licik berpolitik pecah belah, dan meminjam tangan orang lain untuk membunuh itulah yang berhasil mengalahkan Pasangan Calon Gubernur yang diusung PDI Perjuangan di Banten. Isu agama memang sensitif di Banten yang relijius dan lumbung Santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun