Sekarang ini sedang gempar-gemparnya dengan persoalan mengenai perempuan. Banyak berita beredar dimana-mana soal pelecahan seksual, salah satunya di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal yang tidak pernah terduga sebelumnya terjadi di kota tercinta. Angka kasus pelecehan seksual kini meningkat dengan begitu drastis. Bahkan hal ini juga di akui oleh Bupati Nagekeo pada saat membuka workshop yang diselenggarakan oleh Plan International Indonesia di aula Hotel Sinar Kasih, pada hari Jumat, 16 Desember 2022, Bupati Nagekeo menyoroti tingginya angka kekerasan seksual di Kabupaten Nagekeo. Â
Banyak sekali perkara kasus pelecehan seksual yang terjadi, baik dikalangan anak dan remaja, maupun di kalangan dewasa. Bahkan kasus pelecehan seksual kini menjadi topik yang belum kunjung usah di perbincangkan. Mulai dari kasus pemerkosaan dari 10 pemuda kepada siswi SMP sampai kepada kasus oknum aparat yang memperkosai gadis desa. Berbicara soal pelecehana seksual, ini merupakan salah satu masalah serius yang harus diatasi dengan segera. Pelecehan seksual merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan dapat mempengaruhi korban secara fisik, emosional, dan mental. Sebab persoalan ini tidak pernah melihat siapa dan berapa usia kita.Â
Banyak sekali anak-anak dan remaja yang merasa bahwa masa depan mereka telah hilang karena satu masalah yang merenggut semua kehidupan mereka. Banyak sekali pelaku pelecehan seksual yang merupakan orang-orang yang perpendidikan tinggi dan mengerti tentang hal demikian. Namun sayangnya, mereka sendirilah yang melakukan hal yang tidak manusiawi ini. Bahkan mereka tidak perha menyadari apa dampak dari perbuatan mereka sendiri. Justru hal demikian terjadi di beberapa sekolah di Kabupaten Nagekeo oleh oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab.Â
Entah karena dasar apa mereka melakukan hal demikian kepada anak-anak yang belum mengerti, bahkan belum siap untuk berada pada titik terendah di dalam hidup mereka. Banyak orang terkadang tidak melihat pengaruh dan dampak kasus pelecehan seksual terhadap perkembangan mental dan pesikologi dari diri si korban. Tanpa mereka sadari banyak anak bangsa yang di hancurkan masa depannya. Mungkin orang menganggap hal ini sebagai sesuatu hal yang biasa yang sudah sering terjadi di berbagai kalangan. Namum apakah mereka memikirkan bagaimana dampak dan cara agar kasus ini tidak terjadi lagi di sekeliling mereka.Â
Sedihnya banyak perempuang dan anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang bisa melindungi mereka. Banyak hal yang mengancap kesejahteraan dan kemerdekaan hidup mereka, dimana banyak pelaku yang menutup ruang bicara , sehinggah kerap kali banyak korban takut untuk spick up. Terkadang mereka tidak tau harus kepada siapa mereka mengadu, tentang apa yang mereka rasakan, tenanga luka dan malu yang mereka terima karena hal ini. Bahkan masih banyak orang yang sering menyalahkan bahwa semua itu tidak lain adalah keinginan dari si korban. Mental,psikologi dan emosi mereka kian kerap di serang dan membuat hidup mereka terpuruk dengan kasus yang telah terjadi ini.Â
Sering kali orang beranggapan hal demikian bisa terjadi karena faktor pakaian atau faktor keinginan semata dari si korban, namun tanpa mereka sadari bahwa sesunggunhnya itu bukanlah alasan seseorang melakukan pelecehan seksual, sebab Penting untuk kita pahami bahwa pelecehan seksual adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku, bukan karena tindakan atau pakaian korban. Korban pelecehan seksual tidak pernah bertanggung jawab atas tindakan pelaku pelecehan seksual.
Saya sangat menentang pelecehan seksual dalam semua bentuknya dan mendukung langkah-langkah yang diambil untuk mencegah pelecehan seksual dan memberikan pertanggungjawaban kepada pelaku pelecehan seksual. Penting untuk membuat tindakan nyata untuk mencegah pelecehan seksual, termasuk dengan memberikan pendidikan tentang hak asasi manusia dan tindakan pelecehan seksual kepada semua orang, terutama kepada anak-anak dan remaja.
Ada hal yang kadang membuat saya bingung dengan keadaan saat ini. Banyak persoalan pelecehan dimana-mana namun masih ada saja oknum-oknum yang menyelesaikan persoalan ini dengan istilah duduk keluarga atau duduk secara adat. Bukan tidak setujuh dengan hal demikian namun patutlah kita tegas dengan hal-hal yang kita anggap biasa ini, karena mengapa? Hal ini akan menjadi suatu tradisi setiap tahunnya, karena orang akan mengaggap ini hal yang biasa. Tetapi bagaimana dengan mereka yang kerap kalin menanggung malu dan penderitaan yang luar biasa ini.
Apakah kita harus menuntut HAM? Kita terlalu terpuasi oleh sesuatu yang sebenarnya tidak kita dapati dan kita lakukan. Apakah kita bisa menghargai hak orang lain dan apakah Hak Asasi Manusia itu benar ada, ada untuk melindungi kita? Apakah HAM itu di buat hanya sebagia acuhan untuk memuaskan hati para perempuan-perempaun di luar sana tanpa ada tindakan nyata yang meyakinkan perempuan bahwa mereka di lindungin ?. Jika hal demikian tidak bisa di rasakan oleh banyaknya perempuan yang di lecehkan, lantas untuk apa HAM itu di buat? Sederhana, namun tidak semua orang paham dan bisa merelesasikannya. Sedarah bisa, petinggi bisa , rakyat biasa pun bisa melakukan hal demikian kepada perempuan.Â
Entah siapa yang harus kita salahakan? Apakah pemerintah? Apakah diri kita sendiri? Atau karena faktor lingkungan? Lantas kemana kita harus berlindung? Bahkan tempat yang seharusnya melindungi kita pun tak sanggup untuk menjalankan tugas mereka. Apakah memang kita sebagai perempuan di takdirkan hanya sebagai boneka untuk memuaskan nafsu mereka?
Kita semua perlu bersikap tegas terhadap kasus pelecehan seksual dan mengambil tindakan nyata untuk mencegahnya. Sebeb hal ini bukanlah sebuah kasus biasa yang di biarkan berkembang terus setiap harinya. Karena perempuang memiliki hak mereka dan mereka butuh perlindungan atas hak hidup mereka sendiri. Jika banyak hukum perlindungan perempuan itu di buat, lantas mengapa masih banyak perempaun yang belum mendapatkan hak dan kesejahteraan hidup mereka? Ini yang menjadi pertanyaan besar sekaligus tantangan terbesar bagi kita semua.Â