Mohon tunggu...
Ikrimania Mosleh
Ikrimania Mosleh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Negeri Surabaya

Ikrimania Mosleh, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terapi Interpersonal untuk Mengatasi Depresi pada Remaja

21 Desember 2022   20:45 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:42 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang dalam fase transisi anak anak menuju ke dewasa. Selama fase transisi tersebut, banyak perubahan yang terjadi pada remaja baik fisik maupun psikologis. Dalam masyarakat, remaja merupakan bagian dari kelompok masyarakat karena remaja juga memiliki hak dan kewajiban yang sama serta norma norma yang harus ditaati sesuai dengan lingkungannya. Pada fase transisi ini yang merupakan masa masa individu banyak mengalami kekacauan emosi  salah satunya yakni depresi. 

Terdapat remaja usia 15 – 24 tahun mengalami depresi dengan persentase 6,2% dan jika masuk pada depresi berat maka individu dapat mengambil langkah untuk percobaan bunuh diri. Pada dasarnya depresi merupakan salah satu dari  problematika yang sering dialami oleh remaja yang mana perilaku atau tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma norma dalam masyarakat dan ketidak mampuan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. faktor yang mempengaruhi probelamtika remaja yakni : krisis identitas dan control diri yang rendah, faktor keluarga, pengaruh perkembangan teknologi serta pengaruh dari lingkungan sekitar.

Depresi  Ini adalah keadaan emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang ekstrem, perasaan tidak berarti dan bersalah (penarikan, insomnia, kehilangan selera, minat dalam kegiatan sehari-hari) (Gerald C., Davison 2004).  Depresi merupakan  penyebab utama penyakit remaja dan mengarah pada upaya bunuh diri. Depresi merupakan gangguan mental yang umumnya ditandai dengan perasaan kehilangan minat, energi rendah, rasa bersalah atau rendah diri, kesulitan tidur, nafsu makan menurun, merasa lelah, dan kurang konsentrasi.

Depresi pada remaja bukan hanya tentang perasaan atau kondisi stress yang sedang dialaminya, tetapi depresi pada remaja merupakan sebuah kondisi yang serisu yang mampu mempengaruhi perilkau, emosi serta cara berfikir remaja. (Dianovinina, 2018). Resiko yang ditimbulkan akibat depresi, antara lain : bunuh diri, gangguan tidur atau insomnia, gangguan interpersonal, berperilaku menyimpang dan gangguan pada pola makan remaja. Beberapa macam gangguan deperesi yakni : 

Major Depresive Disorder (MDD), yang ditandai dengan kondisi emosi sedih serta kehilangan untuk menikmati kehidupannya dan aktivitas yang biasa dilakukannya dan Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia) yang merupakan deprresi yang tergolong kronos dengan diagnosis mengalami kondisi lebih dari 2 tahun (Dirgayunita, 2016).

Faktor penyebab depresi, Wanita mengalami gejala depresi dua kali lebih besar dari pada pria. Studi tentang perbedaan jenis kelamin dalam patofisiologi terhadap depresi berat pada kembar heteroseksual oleh Kendler dan Gardner (2014) menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif terhadap masalah interpersonal, sementara pria lebih sensitif terhadap masalah eksternal (misalnya pada remaja seperti hobi). Menurut Kaplan (2002) Terdapat 3 faktor penyebab depresi yakni faktor biologi, psikologi, dan sosial:

  • Faktor biologi, Dalam penelitian biopsikologis, norepinefrin dan serotonin adalah dua neuron yang memainkan peran terbesar dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon dikaitkan atas lahirnya anak dan menoupose juga dapat meningkatkan kejadian depresi. Selain itu, penyakit fisik yang berkepanjangan juga menyebabkan stres dan juga bisa depresi.
  • Faktor Psikologis, remaja yang bergantung, mempunyai gambaran diri yang rendah, tidak tegas. Nolen -Hoeksema & Girgus juga menyatakan jika saat individu merasa tertekan mereka akan lebih fokus pada stres yang mereka rasakan dan merefleksikannya. Individu yang depresi berpikir secara irasional, yakni menyalahkan diri sendiri atas kesialan. Sehingga remaja yang mengalami depresi cenderung berasumsi bahwa ia tidak mampu mengendalikan dirinya serta kondisi lingkungannya. Ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.
  • Faktor sosial, munculnya depresi bisa dipicu oleh adanya faktor sosial, seperti kejadian tragis, masalah keluarga, trauma masa kecil, ketergantungan terhadap obat obat terlarang & alcohol, masalah pertemanan & percintaan, tunntutan dan peran sosial, dan kurangnya perhatian dari orang orag terdekat terutama orang tua dan keluarga.

Gejala depresi, depresi sering kali tidak disadari oleh individu yang mengalaminya. Mardiya 92013) menjelaskan bahwa remaja yang mengalami depresi akan merasa gampang putus asa, kurang semangat dalam belajar, hiilangnya kesadaran dan keinginan dalam melakukan suatu kegiatan. Selain itu remaja yang mengalami depresi akan mengalami kesulitan belajar dan turunnya prestasi sehingga memicu gejala somatic seperti sakit kepala atau sakit perut. 

Tanda tanda lain dari depresi yakni seperti mengasingkkan diri dengan mengurung diri (menjauh dari orang orang), gangguan makan, insomnia (kesulitan tidur), merasa kurang bertenaga, sulit bersosialisasi, sulit dalam menentukan pilihan dan lebih memiliki pandangan kosong atau melamun. Banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi depresi yang dialami remaja, seperti : mengubah perilaku hidup sehat (olah raga, mengatur pola makan), evaluasi diri, belajar untuk menerima, healing atau berlibur dan terapi psikologi.

Intervensi teori interpersonal mengatasi depresi, terapi interpersonal remaja merupakan terapi yang berfokus pada permasalahan remaja usia 12 – 18 tahun dengan kategori ringan hingga sedang. Psikoterapi interpersonal berupaya untuk mengatasi permasalahan interpersonal remaja dengan mengembangkan keterampilan komunikasi dan dalam pemecahannya. Terapi ini membandu remaja untuk memahami dampak dari peristiwa interpersonal yang berkaitan dengan perubahan suasana hati yang dirasakan.

Terapi ini sesuai dengan permasalahan yang berkaitan dengan perceraian orang tua, pola asuh otoriter kematian orang tersayang, tekanan sosial (lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan) serta orang tua tunggal. Berdasarkan dengan permasalahan yang sesuai dengan terapi interpersonal, permasalahan tersebut banyak memicu datangnya depresi pada individu terutama remaja. 

Dalam penelitian (Noviza & Koentjoro, 2014) dengan judul “Efektivitas Psikoterapi Interpersonal Untuk menurunkan Depresi Pada Remaja Putri dengan Orang Tua Bercerai “, bahwa penerapan terapi interpersonal tersebut untuk menurunkan gejala depresi pada anak korban devorce dinilai efektif. Terlihat dari penyataan dari subjek penellitian yang merasa memperoleh hasil positif setelah mengikuti psikoterapi interpersonal baik dari segi emosi maupun pserilakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun