Beberapa hari terakhir ini kita dikagetkan akan informasi yang beredar di jejaring sosial mengenai keberadaan beras palsu yang berasal dari plastik. Disisi lain pihak kepolisian sedang melakukan pengusutan mengenaiadanya beras plastik tersebut dan sedang berkoordinasi dengan BPOM untuk memastikan apakah beras yang bentuk dan warnanya tidak seperti beras memang berasal dari plastik. Hasil penelitian dari Laboratorium Sucofindo yang disampaikan secara luas kepada masyarakat mendapatkan bahwa beras palsu yang ditemukan di Bekasi tersebut memang mengandung bahan pembuat plastik yaitu Benzyl Butyl Phthalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phthalate (DEHP) dan Diisononyl Phthalate (DNIP). Tentu masyarakat masih menunggu hasil penelitian resmi dari lembaga pemerintah.
Beras palsu berasal dari plastik sebenarnya sudah beredar di beberapa negara Asia. Beberapa informasi menyebutkan bahwa beras plastik tersebut berasal dari Cina. Informasi dari Strait times online tanggal 19 Mei 2015, mensinyalir bahwa beras plastik sudah beredar di negara dengan bahan makanan pokok nasi dan berpenduduk besar seperti India, Indonesia dan Vietnam. Singapura sendiri melalui The Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) menyatakan bahwa Singapura bebas dari beras plastik tersebut.
Apa bahaya beras plastik?
Secara umum pasti bahwa beras plastik sangat berbahaya untuk tubuh kita. Kita tahu bahwa komponen dari plastik bukan sesuatu yang bisa dikonsumsi. Sistim pencernaan kita tidak akan mencerna makanan yang mengandung plastik ini dengan sempurna. Secara akut bisa saja terjadi gangguan langsung pada sistim pencernaan. Makanan yang mengandung plastik akan butuh lama berada didalam lambung kita. Hal ini akan menimbulkan rasa begah, penuh dan cepat kenyang. Gangguan yang terjadi selanjutnya bisa juga terjadi mual dan bahkan muntah. Selain itu bisa saja komponen dari plastik tersebut mengiritasi sistim pencernaan kita.Proses pembuangan dari makanan yang mengandung plastik juga bisa membuat masalah bisa terjadi diare atau malah susah buang air besar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sucofindo ternyata ada unsur phthalat dalam kompenen beras palsu dari Bekasi tersebut. Phthalat bisa diserap oleh usus kita, masuk kedalam darah dan sampai di hati. Memang sebagian besar zat ini akan dikeluarkan melalui kencing sehingga kita sebenarnya bisa mendeteksi kadar pthalat pada urin kita. Zat ini akan merusak liver kita sehingga sistim pencernaan akan terganggu lebih lanjut. Pada penelitian binatang paparan phthalat pada liver akan menyebabkan berkembangnya kanker liver dikemudian hari.
Phthalat juga dapat masuk ke sistim reproduksi kita sehingga menyebabkan terjadinya kemandulan terutama pada pria. Penelitian pada tikus yang dilakukan oleh peneliti Jepang beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan Benzyl Butyl Phthalate mendapatkan pada dosis tertentu, zat ini akan merusak sistim reproduksi pria karena zat ini akan dikenali salah oleh tubuh sebagai ‘hormon’ sehingga merusak sistim reproduksi pria. Pada wanita zat ini juga akan mengganggu sistim reproduksi wanita sehingga bisa menimbulkan permasalahan pada mestruasi wanita usia produktif. Bahkan pada satu penelitian pada manusia dimana ditemukan kadar yang tinggi zat ini pada urin ibu yang baru melahirkan ternyata pada bayinya ditemukan skrotum dan penisyang kecil. Hal ini membuktikan bahwa phthalat bisa menembus plasenta sehingga akan berbahaya pada janin jika dikonsumsi berlebihan pada ibu hamil.Selain berbahaya untuk janin ternyata zat ini juga dapat ditemukan pada air susu ibu sehingga juga berbahaya untuk ibu menyusui.
Dengan melihat dampak akut dan kronis yang terjadi akibat penggunaan zat-zat berbahaya pada makanan pokok kita dalam hal ini beras, memang harus dilakukan penyelidikan yang intensif dan harus diambil tindakan yang tegas. Mengingat nasi merupakan makanan pokok kita, pasti akan dikonsumsi rata-rata 3 kali dalam sehari oleh masyarakat kita. Sehingga kita bisa melihat berapa banyak zat berbahaya ini masuk kedalam tubuh kita kalau ternyata nasi yang kita konsumsi 3 kali sehari ini berasal dari beras plastik.
Masyarakat harus jeli dalam memilih beras yang akan dikonsumsi, para pedagang juga harus melihat apakah beras yang dijual tersebut bukan beras palsu yang mengandung komponen plastik tersebut.
Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan yangbanyak mengandung vitamin, mineral dan anti oksidan serta banyak mengonsumsi airsesuai dengan yang dianjurkan adalah hal-hal yang bisa kita kerjakan agar kita bisa mengurangi efek sampingdari paparanzat yang berbahaya ini.
Salam sehat,
Dr.Ari F Syam (@dokterari)
Praktisi kesehatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H