Mohon tunggu...
Dr.Ari F Syam
Dr.Ari F Syam Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, Praktisi Klinis,

-Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (@DokterAri) -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sakit Maag, Jangan-jangan Anda Menderita Infeksi Helicobacter Pylori

8 Oktober 2017   08:21 Diperbarui: 8 Oktober 2017   19:03 9455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: medcomic.com

Secara khusus catatan penting dari laporan penelitian ini bahwa untuk etnis Batak, Bugis dan Papua mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita infeksi H pylori ini dari pada etnis lain.

Oleh karena ini kita tetap harus mewaspadai bahwa kuman ini ada di sekitar kita. Mengingat dampak klinis yang terjadi akibat infeksi ini begitu luas dari hanya dispepsia fungsional, gastritis kronis, ulkus peptikum, bahkan penyakit ini bisa menyebabkan terjadinya kanker lambung seperti yang saya sebutkan di atas.

Pada penelitian multicentre ini kami juga ingin mengetahui apa metode yang dapat digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya infeksi H pylori. Kami melakukan validasi pemeriksaan urin (Rapirun), untuk mendeteksi infeksi H pylori. Untuk pemeriksaan ini kami mengambil sampel dari 3 senter yaitu Jakarta, Pontianak, dan Jayapura). Pemeriksaan test urine untuk H pylori ini dibandingkan dengan pemeriksaan baku emas untuk mendeteksi H pylori yaitu histopatologi, imunohisto kimia serta kultur. Dari hasil penelitian ini didapat sensitivitas dan spesivisitas pemeriksaan tes urin ini adalah 83,3% dan 94,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemeriksaan urin secara langsung untuk mendeteksi kuman H pylori dapat digunakan di Indonesia dan perlu dikembangkan lebih lanjut.

Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit infeksi Helicobacter pylori telah mengantarkan penemunya, Prof. Barry Marshall dan Dr. Robin Warren mendapat hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005 (Prof. Barry Marshall terakhir berkunjung di Indonesia tahun 2016). Penemuan kuman ini telah mengubah cara tatalaksana pasien dengan gastritis atau ulkus peptikum yang sebelumnya hanya diberikan obat anti asam tetapi saat ini juga harus diobati dengan antibiotik jika ditemukan pula kuman sebagai penyebab terjadinya ulkus peptikum.

Jadi, jika ditemukan luka di lambung dan atau usus dua belas jari kemudian ditemukan pula kuman H. pylori, maka dokter harus melakukan eradikasi (pemberatasan kuman) yaitu dengan memberikan kombinasi 2 buah antibiotik dikombinasi dengan pemberian penghambat pompa proton (misal omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, esomeprazole, rabeprazole) dosis ganda. Dengan melakukan eradikasi kuman tersebut kita telah memutus kelanjutan perjalanan infeksi ini sebagai penyebab terjadinya kanker lambung di masa datang. Selain itu kita juga memutus mata rantai penyebaran kuman tersebut. Oleh karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan agar pengobatan infeksi H pylori dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

Diagnosis penyakit infeksi H pylori dapat ditegakkan dengan metode invasif dengan endoskopi atau noninvasif tanpa endoskopi. Pemeriksaan noninvasif melalui pemeriksaan Urea Breath Test (UBT), serologi darah, melalui pemeriksaan urin, melalui feses yaitu H pylori stool antigen. Pemeriksaan invasif dengan endoskopi meliputi pemeriksaan rapid urease test, histologi, kultur dan PCR. Sejauh ini berbagai modalitas untuk diagnosis infeksi H pylori telah dilakukan penelitian di Indonesia dan sebagian juga telah tersedia di Indonesia.

Sampai sejauh ini pemeriksaan invasif dengan endoskopi untuk mendeteksi H. pylori masih menjadi pilihan terutama pada kasus dispepsia atau sakit maag dengan adanya tanda alarm seperti riwayat muntah darah, berat badan turun, adanya anemia yang tidak diketahui sebabnya dan pasien dengan dispepsia pada saat umur sudah >45 tahun.

Pemeriksaan endoskopi tentu untuk mengevaluasi penyebab dari dispepsia dengan tanda alarm dan dilanjutkan dengan biopsi untuk mendeteksi adanya kuman H. pylori.

Selain itu jaringan biopsi juga digunakan untuk mendeteksi adanya kuman H. pylorisecara kultur. Yang menarik dari penelitian yang kami lakukan bahwa kami mendapatkan sekitar 10% dengan tukak lambung dan usus dua belas jari, 15,5% dengan radang kerongkongan dan 1 kasus dengan kanker lambung pada pasien yang mengeluh sakit maag tersebut. Oleh karena itu tetap bahwa endoskopi menjadi pilihan pertama pada kasus-kasus dispepsia dengan adanya tanda alarm untuk mengevaluasi adanya kelainan organik sebagai penyebab dari sindrom dispepsia tersebut.

Masih banyak pertanyaan seputar infeksi H pylori di Indonesia, keragamanan budaya dan suku bangsa membuat kejadian infeksi H pylori juga berbeda-beda dari satu daerah ke daerah yang lain. Buat masyarakat informasi ini perlu diketahui dan diskusikan dengan dokter anda jika memang anda mempunyai masalah dengan lambung untuk mengevaluasi kuman H pylori ini sebagai penyebabnya.

Dr. Ari Fahrial Syam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun