Mohon tunggu...
Dr.Ari F Syam
Dr.Ari F Syam Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, Praktisi Klinis,

-Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (@DokterAri) -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Terhadap RS yang Gunakan Vaksin Palsu, Masyarakat Harus Berkepala Dingin

17 Juli 2016   21:39 Diperbarui: 18 Juli 2016   15:09 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan vaksin palsu memasuki babak baru ketika Menkes karena tekanan dari DPR pada acara rapat dengar pendapat hari Kamis, 14 Juli 2016, menyampaikan daftar RS dan klinik yang menggunakan vaksin palsu. Apa yang terjadi kemudian, masyarakat yang dirugikan berbondong-bondong mendatangi RS yang disebut oleh Menkes untuk meminta keterangan.

Dari gambar yang saya lihat di media TV, tampak kemarahan orang tua yang anaknya yang diduga telah mendapat vaksin palsu. Di media sosial sendiri, khususnya kalangan dokter, kita mendapat info bagaimana begitu mencekamnya suasana di RS ketika didatangi oleh masyarakat yang datang dengan emosi tinggi seperti yang terjadi di RS Harapan Bunda, RS Elisabeth, dan beberapa RSIA yang diduga telah menggunakan vaksin palsu.

Sayangnya karena khawatir yang berlebihan dan tidak puas mendapatkan keterangan dari pihak RS sampai terjadi penganiayaan dan beberapa dokter juga menjadi korban. Kapolri sendiri sudah mengingatkan secara tegas jika para korban bertindak anarkis dan bertindak melawan hukum juga akan ditindak. Tentu hal ini tidak kita inginkan, korban yang tadinya minta pertanggungjawaban tetapi karena berlaku anarkis malah menjadi tersangka perusakan atau penganiayaan.

Kondisi ini memang harus segera diatasi karena pasti akan mengganggu pelayanan RS secara keseluruhan. Dokter, perawat, dan pegawai RS tidak akan bekerja dengan tenang dalam kondisi mencekam tersebut. Pemerintah sendiri sudah coba mengatasi kondisi ini dengan menyampaikan akan melakukan imunisasi ulang pada masyarakat yang diduga mendapat vaksin palsu.

Secara akal sehat rasanya tidak mungkin RS atau dokter mau menggunakan vaksin palsu untuk pasiennya. Karena sudah pasti dokter akan tahu dampak jika seseorang mendapatkan vaksin palsu. Salah satu vaksin yang dipalsu adalah vaksin untuk hepatitis virus A dan B. Kita tahu dalam evaluasi pasca imunisasi hepatitis B dokter akan melakukan pemeriksaan titer antibodi untuk mengetahui apakah sudah terbentuk antibodi.

Kenapa kita perlu melakukan vaksinasi? Jawabannya jelas bahwa dengan memberikan vaksin ke dalam tubuh, kita berusaha untuk melindungi bayi dan anak balita kita dari terinfeksi oleh virus atau bakteri yang bisa menyebabkan kesakitan dan kematian.

Mengingat pentingnya vaksinasi tersebut sehingga pemerintah mewajibkan bayi dan balita harus mendapatkan vaksin untuk beberapa penyakit infeksi dan bakteri tersebut. Vaksin sendiri memang bisa didapat gratis dari pemerintah melalui posyandu maupun puskesmas. Tetapi vaksin juga dapat diberikan oleh dokter praktik swasta atau di rumah sakit pemerintah atau swasta.

Seperti yang saya sebutkan di atas, vaksin yang masih dapat diberikan saat dewasa adalah vaksin virus hepatitis B. Jelas orang yang melakukan vaksinasi hepatitis B tersebut ingin terbebas dari penyakit virus hepatitis B yang saat ini angkanya masih cukup tinggi di masyarakat kita diperkirakan ada 2,9 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi oleh virus hepatitis. Hepatitis virus sudah menjadi agenda prioritas dunia untuk ditangani. Salah satunya tentu dengan vaksinasi. Bahkan WHO telah mencanangkan bebas hepatitis virus sebagai ancaman kesehatan masyarakat sebelum tahun 2030.

Saya ingin melihat dari sisi bagaimana kalau seseorang yang dirinya sudah divaksinasi hepatitis B dan merasa dirinya sudah kebal. Tentu pasien tersebut sudah percaya diri dan yakin dirinya aman dan tidak mudah terinfeksi oleh virus hepatitis B. Tetapi ternyata tidak, karena sebenarnya tidak ada kekebalan sama sekali dalam tubuhnya terhadap infeksi virus hepatitis B karena menggunakan vaksin palsu. Sehingga apa yang terjadi kemudian mereka bisa saja tertular virus hepatitis B.

Berbeda dengan infeksi virus A yang umumnya berlangsung akut, yaitu pasien mengalami demam tinggi mendadak, mata kuning, BAK seperti air teh dan badan lemas. Pasien dengan hepatitis B kronis biasanya tidak mengalami gejala akut. Pasien tidak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat infeksi hepatitis B.

Perlahan tapi pasti pasien yang sudah terkena infeksi virus hepatitis mengalami kerusakan pada hatinya sampai terjadi penciutan hati. Perjalanan dari mulai terinfeksi virus sampai siosis hati bisa berlangsung selama 5 tahun. Kondisi liver yang sudah mengalami sirosis dengan jumlah virus dalam tubuh yang masih tinggi akan menyebabkan sebagian liver akan berubah menjadi ganas dan terjadi kanker hati. Hakikatnya infeksi virus hepatitis dengan perjalanan waktu dapat menyebabkan kanker hati.

Vaksinasi akan menyebabkan seseorang terhindar dari infeksi virus hepatitis B dan terhindar dari kanker hati. Akibat menggunakan vaksin palsu, seseorang yang merasa dirinya sudah terlindungi akan mengalami infeksi hepatitis dan yang dapat berakhir pada kanker hati.

Dengan keterangan seperti ini rasanya sekali lagi dengan akal sehat tidak mungkin dokter atau RS memberikan dengan sengaja vaksin palsu kepada pasien-pasiennya.

Saya bisa memahami kemarahan masyarakat yang dirugikan karena telah mendapatkan vaksin palsu, tetapi tetap kita harus kepala dingin, karena tetap RS sebagai tempat untuk pelayanan kesahatan masih dibutuhkan masyarakat untuk tetap memberikan pelayanan kepada pasien-pasiennya.

Salam sehat,

Dr.Ari F Syam

Praktisi dan pengamat kesehatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun