Mohon tunggu...
sonny fadli
sonny fadli Mohon Tunggu... Dokter - pejuang-pemikir

Dokter TSR PMI Kota Surabaya, PTT Mamberamo Raya Papua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi 74 tahun Indonesia Merdeka, Jaga Papua Jaga Indonesia

24 Agustus 2019   05:24 Diperbarui: 24 Agustus 2019   05:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat tujuh hari yang lalu BangsaIndonesia memperingati 74 tahun kemerdekaan. Tentu menjadi suka cita bagi  segenap masyarakat Indonesia bisa menikmatikemerdekaan yang hampir tiga perempat abad ini. Berbagai macam wujud rasasyukur mulai dari menggelar aneka perlombaan, syukuran, renungan, perayaankembang api, mempercantik gapura pintu masuk desa dengan aneka kreativitas senilukis, lampu hias, dan sebagainya. Mengibarkan bendera merah putih merupakanhal yang wajib bagi segenap masyarakat Indonesia dalam memperingati kemerdekaantak terkecuali tahun ini dari sabang hingga merauke merah putih berkibar.

Ada sedikit noda dalam peringatankemerdekaan tahun ini, dan itu terjadi di Surabaya, kota pahlawan. Terkesan adaprovokasi oknum tertentu terhadap mahasiswa papua yang menghuni asrama kamasanpapua di kalasan, Surabaya.  Pertama,pemaksaan untuk mengibarkan bendera merah putih, kedua mengenai ucapan rasis "monyet"yang sengaja nampaknya sengaja diciptakan untuk menciptakan suasana mahasiswapapua mendapat intimidasi. Siapapun yang menjadi dalang provokasi harus segeraditindak karena terkait dengan stabilitas keamanan nasional.

Berteriak NKRI harga mati sembari mengeluarkan ucapan rasisme jelas tidak bisa dibenarkan oleh siapapun. Nasionalisme yang dianut bangsa Indonesia menganut apa yang pernah dikutip oleh Soekarno yakni nasionalism is humanity. Nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme yang chauvinistik, bukan nasionalisme yang sempit. Bukan nasionalisme yang membenarkan ucapan rasis penduduk jawa terhadap papua, ambon terhadap batak, bali terhadap sunda dan sebagainya.  Nasionalisme kita seduluran sak lawase (persaudaraan selama-lamanya).

            Isurasisme memantik demo besar-besaran di papua dan papua barat. Stabilitaskeamanan terganggu, terjadi aksi bakar fasilitas umum dan sebagainya. Peristiwaini menjadi tidak sederhana karena gerakan separatisme seperti mendapatpanggung untuk menyuarakan kemerdekaan papua. Dan tidak sedikit media yang ikutmembuat framing yang justru membahayakan bagi stabilitas NKRI. Sebagai bangsa yang berpengalaman dijajah ratusan tahun, dan diadu domba ribuan kali, mestinya persoalan demikian bisa terselesaikan. Inilah ujian bagi kebhinekaan Indonesia, inilah ujian bagi papua yang sangat berpotensi maju.

            Penulismeyakini bahwa masyarakat papua sebagian besar sangat mencintai NKRI. Saat dulubertugas di Mamberamo Raya Papua, saya melihat saat peringatan 17 agustus,terbentang merah putih di depan rumah, puskesmas, RS, dan sekolah-sekolah tanpaharus melalui proses paksaan. Cara mudah menilai keberpihakan masyarakat papua yaknidengan melihat partisipasi saat pemilu dan pilpres 2019. 90 % penduduk papuamemilih jokowi sebagai presiden RI.  Janganmerasa diri paling nasionalis dan paling NKRI.

            Siapa sebetulnya dibalik peristiwa ini?Jelas papua menjadi kepentingan banyak  negara besar. Dan tentu desainnya adalah upaya lepasnya papua dari NKRI. Pecah belah kuasailah masih merupakan rumus lama yang dipraktekkan dengan tambahan inovasi tools baru. Tangan yang mereka pakai adalah tangan saudara kita sendiri, yang selalu menyuarakan superioritas hak daripada kewajiban menjaga integritas bangsa. Gerakan-gerakan semacam ini perlu kita waspadai.

            Bolaliar yang coba dilempar oleh jejaring provokator ini harus cepat ditangani. Negaraharus hadir. Kita buktikan Surabaya, jawa timur menjadi barometer tempat yangpaling nyaman bagi mahasiswa atau pelajar manapun khususnya papua.  Kita buktikan papua tidak mudah terpancingoleh isu SARA yang dihembuskan oleh pihak mana pun. Kita ini bukan burungemprit, Kita ini cendrawasih yang menampakkan keindahan dan sekaligus garudayang tidak mudah terkoyak.

            Kitamasih perlu bergandengan tangan untuk menyelesaikan banyak persoalan di papua,memperjuangkan esensi kemerdekan yang sesungguhnya. Apakah dana otonomi khususyang besar signifikan memperbaiki nasib masyarakat kecil di papua. Apakah sudahtidak ada lagi anak papua yang hidup kelaparan dan menderita gizi buruk. Apakahkegiatan belajar mengajar di pedalaman papua sudah berjalan rutin. Apakahkegiatan pelayanan publik di kampung, di kecamatan dan kedinasan berjalandengan baik. Kita jaga dan bangun papua. Papua adalah Indonesia. Indonesiaadalah papua. Papua adalah kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun