Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Dokter - Pejabat Otoritas Veteriner

Seorang Dokter Hewan | Diidentifikasi oleh Google sebagai Pengarang | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mewaspadai Penyakit Sampar Ruminansia Kecil

30 Maret 2023   10:34 Diperbarui: 30 Maret 2023   10:49 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hewan Kambing, Hewan Ruminansia Kecil yang Rentan Terkena Penyakit PPR (Sumber: Dok. Pri)

Meski kasus penyakit Sampar Ruminansia Kecil atau disebut PPR (Peste Des Petits Ruminants) belum ada pada wilayah atau kawasan di Indonesia, namun mengacu pada surat edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Nomor: 24093/PW.020/F/03/2023  tanggal 24 Maret 2023 perihal Surat Edaran Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Peste des Petit Ruminants (PPR), pada Maret 2023, beberapa waktu yang lalu telah dilaporkan dugaan kasus PPR yang terdeteksi secara serologis (bukan secara klinis) pada 2 (dua) kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. 

Dengan demikian, antisipasi munculnya penyakit eksotis ini perlu dilakukan dan semakin ditingkatkan. Terutama kepada peternak Kambing dan Domba agar melaporkan kepada petugas dinas atau Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) di wilayahnya jika ditemukan kasus sakit pada ternaknya.

Penyakit Sampar ruminansia kecil ini disebabkan oleh Virus dalam kelompok Morbiliviruses. Sesuai namanya, penyakit ini menyerang pada ruminansia kecil seperti Kambing dan Domba. Namun, penyakit ini tidak menular ke manusia (tidak zoonosis). Hanya menular antar hewan saja. Meski demikian, kasus penyakit ini jika telah menyerang hewan ternak, akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Gejala Klinis

Mengutip dari Balai Veteriner Banjarbaru, Penyakit Peste des Petits Ruminants(PPR) memiliki gejala klinis yang digambarkan sebagai stomatitispneumoenteritis complex. Setelah masa inkubasi yakni 5-6 hari di dalam tubuh hewan, akan muncul gejala: temperatur meningkat sampai 40 to 42C, (demam) hewan tidak mau makan, bulu berdiri, mukosa daerah mulut dan mata kemerahan.

Setelah itu, 1-2 hari pasca demam, hewan terdapat lakrimasi dan leleran pada hidung dan mata.  Kelopak matanya  membengkak dan tertutup, sulit bernafas dan dapat disertai dengan batuk. Jika tidak ditangani, 4-5 hari paska demam, suhu tubuh menurun drastis, muncul diare berdarah, terdapat ulser atau luka/lesi pada mukosa mulut, lesi tertutup jaringan putih yang menebal dan mulut berbau. Pada hewan betina yang sedang bunting, hewan dapat mengalami keguguran.

Selanjutnya, 10 hari paska demam, biasanya hewan akan mengalami kematian, kematian mencapai 70-80% dan hewan juga mengalami hipotermia. Namun, jika hewan sembuh, maka proses pemulihan berlangsung cepat, kurang lebih 1 minggu setelah 10 hari pasca demam. Oleh karena itu, ini juga merupakan titik kritis dalam penanganan PPR pada hewan ternak.

Diagnosa dan Upaya Pencegahan

Untuk meneguhkan sebuah kasus klinis, maka diperlukan konfirmasi diagnosa melalui pengujian laboratorium. Terlebih, di Indonesia belum ada kasus penyakit ini, sehingga pengujian laboratorium sangat dibutuhkan. Adapun sampel yang digunakan untuk meneguhkan diagnosa kasus PPR adalah dengan menguji sampel berupa darah, serum, swab nasal dan sekresi mata, kerokan lesi, mukosa mulut dan organ dari hewan yang mati.

Sementara itu, diagnosa kasusnya terdiri dari: diagnosa Serologis, dengan uji ELISA Untuk mengetahui keberadaan virus melalui deteksi antibodi virus pada  serum hewan dan Diagnosa virologis berupa DETEKSI PROTEIN ANTIGEN VIRUS melalui uji ELISA dengan sampel serum dan DETEKSI MATERIAL GENETIK VIRUS melalui Uji PCR dengan sampel darah, kerokan mukosa mulut, swab nasal dan organ serta dengan melakukan ISOLASI VIRUS.

Upaya pencegahan yang diperlukan dalam kasus sampar ini adalah vaksinasi, pengendalian lalu lintas dan penerapan biosekuriti pada peternakan. Senantiasa konsultasikan persoalan hewan ternak anda dengan dokter hewan.

semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun