Kata ini selalu mampir di sensori di kala aku duduk di meja praktik
Buka laman Instagram, muncul tulisan hoaks.
Buka Twitter, muncul jejeran cuitan hoaks
Buka Whatsapp, jangan ditanya lagi.
Selalu muncul hoaks bertebaran di semua grup.
Entah itu, grup RT/RW, grup alumni sekolah, sampai grup keluarga.
Hoaks beredar dengan segala bidang.
Ada yang bahas politik, ekonomi, sains.
Dan, ada satu hal yang paling membuatku geram di meja praktik.
Hoaks tentang kesehatan.
Selalu saja ada info palsu beredar di sana.
Minggu lalu, aku dengar cerita tentang asam lambung yang bisa mengalir ke telinga.
Kemarin, ada lagi cerita tentang kolam renang yang bisa bikin hamil.
Seorang teman cerita tentang banyak minum air bisa bikin hidung meler.
Pasienku pun pernah cerita bahwa sendawa adalah penyakit keturunan.
Dan masih banyak lagi kata-kata palsu yang beredar di sana.
Aku sampai bertanya..
Apa tujuannya mereka bikin info seperti itu?
Apakah demi sebuah validasi biar dikira pakar dalam kesehatan?
Apakah biar membuat orang menganggap dokter tidak diperlukan lagi?
Apakah.. ada lagi tujuan yang lain?
Mereka pun saat ditanya, malah memberikan klarifikasi yang tidak masuk akal.
Tuhan, aku selalu ingin bergerak melintasi garis etika.
Tapi, jabatan mulia ini akan percuma jika aku murka.
Yogyakarta, 29 Februari 2020.
Foramen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H