[caption id="attachment_55" align="aligncenter" width="448" caption=".Jalan Baru, dari dataran seberang.."]..lansekap perbukitan cadas tepi pantai Kota Fakfak di suatu siang yang cerah.. Beberapa Sahabat dari banyak kantong Negeri sedang banyak utarakan jeda kejengahannya akan bombardir berita ini itu.. itu ini .. di ragam Media termasuk <www.Kompasiana.com> soal suhu Politik sang Negeri yang konon sedang anget-angetnya jelang hari penting Pemilu.. di Negeri yang (masih sepakat) sama kami cintai ini. Tiba-tiba saja menyeruak di benak, beberapa koleksi jepretan seadanya.. dari sebuah Kota kecil nun jauh di ujung Timur sang Negeri (tempat kuabdikan diri di bidang Kesehatan sementara waktu ini), dari memori kamera seadanya milikku, Dr.Reninditha, dan Dr.Andrea: Fakfak. Rasanya, hadiah lansekap sang Kota bisa kupersembahkan. Sejenak di jeda meng-upload photo pilihan, melintas empat kata di ujung benak ini: Matahari, Air, Langit, sekaligus Cadas. Entah apa dadakan logisnya, Sahabatku.. mengapa Pohon.. Tongkang.. Menara Tiang Antena.. kelebat mobil angkot yang biasa disebut "taxi".. atau tampilan material kasat mata lain dalam photo-photo ini tidak terlampau mengusik benakku, melampaui keempat kata benda itu. Sejenak, menarilah sang benak terbatas ini.. Matahari. Photo-photo ini begitu polos berujar terkait kondisi keapaadaannya, tanpa bantuan cahaya lain selain limpahan berkas sinar Matahari di langit Kota Fakfak sesaat semata. Air. Keberadaannya dalam setiap photo terasakan begitu berperan sentral. Kebetulan, ia magnet utama setiap sesi pemotretan. Langit. Entahkah.. ia tampak begitu pasrah relakan nuansanya, begitu dipengaruhi oleh geliat sang Matahari.. Cadas. Ach, yang ini begitu khas milik sang Kota. Seluruh dasar sang Kota. Cadas..Cadas..'n sekali lagi Cadassss... Ia abadi milik Kota Tua Fakfak.. Kuyakin, usianya jauh lebih renta dibanding keberadaan tanaman Pala, komoditi andalan sang Kota. Yang karenanya, julukan Kota Cadas tepat, aku kira. :) Bagaimana tidak, sebab tanaman Pala sangat mungkin jauh lebih cepat punah bila regenerasi tanaman tidak diupayakan maksimal. Sementara sang Cadas? Meski ia terus digempur untuk keperluan ini itu pembangunan sang Kota.. ia hanya bisa punah andai sang Kota telah tergerus habis. Bagaimana bisa? Sebab hanya Cadaslah dasar sang Kota. Begitu khas.. 'n padat olehnya. Cadas, oh sang cadas Kota Fakfak..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H