Mohon tunggu...
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati Mohon Tunggu... profesional -

..perEMPUan biasa.\r\n[..mengurai makna di deret kata, tuangkan geliat pendulum rasa sukma & benak....di sela hiruk pikuk rutinitas diri sebagai insan biasa, Ibu, dan Dokter..]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

FOCUS sang Photografer

15 April 2010   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:47 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tiada satupun yang mutlak tiada mungkin dalam hidup ini. Persis katamu juga petang itu, Beib.. Lalu.. mengapa acapkali relakan diri khawatir tentang ini itu . . . . relakan diri me-linglung.. . . . . memilih celingak-celinguk ke kanan ke kiri..? . . . . . . . . . . . . . . . . . . ["Dokter geulis berlesung pipi cantik, terimakasih.. atas photo yang kuunduh di bawah ini. Sampaikan pada Beliau.. aku meminjamnya sebentar. Boleh, yea.." ] .. Ini salah satu photo yang diunduh Dr.Dea dari memori usb Dr.Andi, untukku. Photo dirisang Photografer.. sedang membidik dirinya sendiri.. persis di depan kaca spion kiri mobil angkutan umum sang kota.. suatu hari, di penghujung tahun lalu. Aku tiada tahu.. pada hari apa tepatnya.. di mana lokasinya.. jam berapa, ketika sang Photografer memotret ini.. sebab, aku tidak ada di sana detik itu. Aku sedang mendekap Buah Hati kesayanganku di kediaman mungil kami di Selatan Jakarta.. .. . . . . . . . . . . . . . ..sudah cukupkah mencecap detailnya, Beib? ..hmm.. entah bagaimana rasa engkau ketika menatap photo ini, Beib.. Yang kutahu pasti hanyalah: ketika pertama menemukan photo ini, mata "plus-minus-silindris" terbatasku ini merasakan sergapan rasa pening khas.. bila lensa bola mataku kuarahkan sedetik saja menyimpang dari sang camera.. beralih ke rerumputan atau pun pepohonan hijau di kanan kiri jalan itu. Penglihatanku hanya nyaman.. bila kuarahkan tepat ke arah kaca spion, tepat pada sang camera. Iya. Iya. Pandanganku terasa paling nyaman.. hanya ketika ia tertuju pada camera: FOCUS sang Photografer, kala itu. Tahukah engkau, Beib.. Ini satu-satunya karya sang Photografer di unduhan Dr.Dea yang paling kubenci lantaran mampu membuat mataku menjadi pening tiada menentu... . . . . . tetapi, sekaligus kusuka.. karena pesona anehnya sontak hempaskanku pada keapaadaan ritual keramatku sendiri: pendulum perJALANan-ku. Lesatan waktu relatif yang berujung pasti. Perjalanan. Lelaku. PROSESI keramat setiap diri menuju sebuah titik akhir: TARGET. Ketika itu terkait prosesi kefanaan.. ia berujung pada satu kepastian: keMATIan. Ketika titik akhirnya berujud kematian, ia menjadi fokus tertuju langkah setiap diri. Mati menjadi sedemikian keramat.. bahkan terkeramat. Di detail kesehariannya, ketika "mata" sang aku difokuskan pada titik yang sama tersebut, sang aku telah relakan diri fokuskan segalanya pada kematian multi dimensi dirinya sendiri: Egonya.. kematian geliat dera candu ingin kefanaan itu ini. Tetap fokus pada esensi mati di ujung sana.. tiada relakan sebentar pun untuk tolehkan perhatian pada sisi kanan ataupun kiri. Tetap dongakkan kepala pada satu fokus. Lepas bebas dari ilusi apapun. Prosesi menjadi sedemikian meletak. Menenangkan. Kontemplatif.. INDAH. Menjadi sedemikian HIDUP. Yang lantaran itu, bebas lepas dari pendulum "pening" apapun. Melegakan. . . . . . . . . . . . . . .. "Mammi... . . . aku pulang!!", suara Devondha tiba-tiba memecah hening-ku. Buah Hati kesayangan-ku sudah pulang, Beib.. Iya..iya. Ia baru merampungkan tugasnya, menjadi duta Lomba Menata Balok Tingkat Taman Kanak-Kanak di PUSPITek Serpong, mewakili Sekolahnya. "Sayang.. ingat.. ntar tetap fokus, yea..", begitu pesanku padanya berulang kali sejak kemarin.. bahkan sesaat sebelum ia berpamitan padaku sebelum ikuti lomba, pagi tadi. Sebab yang kutahu, hanya dengan tetap fokuskan dirinya lah ia mampu mengukir satu demi satu prestasinya selama ini. . . . . . . . . . . . . . . . . . ..hmm.. Kuharap mata-ku pun setia menatap ke depan, Beib.. hingga akhir-ku. Engkau juga, yea..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun