..menyesak isi rongga dada ini, Dee.. Menyeruak lengang terhenyakku atas getir tanah pijakanku. Kelebat tatap mata beningnya masih terasa menujam.. jauh ke ujung sukma ini. www.myspace.com/stoppdaca Beraga kuyu berbalut kulit tipis pucat kecoklatan.. Berbungkus pakaian lusuh seadanya. Entah kapan terakhir dipakaikan Bundanya.. entah kapan diganti. Ujung jemarinya kehitaman. Entah lantaran menumpuknya eksudat kotor.. atau memang begitu adanya. Entah kapan terakhir ia dimandikan. Tatap bola matanya sedikit nanar.. sama sekali tidak dapat sembunyikan gelegak asa. Sodorkan berjuta derai di baliknya.  Sukmaku menangkapnya utuh. Bilik pertahanan derai hatiku pun sobek meleleh olehnya. . Ow, Dee.. apa bisaku. . Ia, Bening. [note: bukan nama sebenarnya] Beberapa menit lalu kutangkap sosoknya, ditayangkan di salah satu media swasta Negeri ini. . Bening [note: bukan nama sebenarnya].. Gadis mungil berambut kusam.. berusia 5 tahun. Hanya setahun lebih muda dari Devondha, Buah Hati kesayanganku. Bertahun sudah jalani gelap-suram-sepi harinya di salah satu bilik sederhana salah satu daerah, di Pulau Jawa. . Bening [note: bukan nama sebenarnya].. meringkuk di ruang sempit bersekat beberapa bilah kayu, penuhi hari-harinya di balik kerangkeng papan buatan Keluarganya sendiri. Konon . . lantaran nihilnya biaya untuk memeriksakan dugaan derita sakitnya ke Balai Pengobatan terdekat. Entah sakit apa.. sebab ia tampak kuat meski layu. Juga, oleh rasa malu Keluarganya, karena tidak mampu membiayai sekolahnya. Iya. Iya, Dee.. Bening dikerangkeng. Dipisahkan dari komunitasnya. Dengan sengaja. Oleh Keluarganya. . Bening [note: bukan nama sebenarnya].. ..mustinya sedang melompat riang bersama rekan sebaya di halaman kediaman sederhananya.. sambil sesekali menyusup di ketiak Bundanya .. ..mustinya sedang berlarian girang sambil menggiring itik-itik kecilnya ke tengah ladang .. ..mustinya sedang terpana di depan sarang semut samping gubug kecil ujung kali kampung kediamannya .. ..mustinya sedang asik memperhatikan kuncup bunga kangkung yang mulai bermekaran di parit depan.. ..mustinya sedang takjub pada celoteh jangkrik di sela binar kunang-kunang halaman belakang gubug, sambil berleha-leha menatap cantiknya gemerlap bintang di gelapnya malam bumi pijakannya .. Bening [note: bukan nama sebenarnya].. ..mustinya sedang berceloteh bahagia bersama rekan seusianya di bangku TPA Kampungnya.. ataupun di sekolah Taman Kanak-Kanak.. kala pagi hari. ..tetapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bening [note: bukan nama sebenarnya].. ..yang menurut penuturan Bundanya.. acapkali melontar suka-suka dari derita luka bathinnya. Meronta.. memberontak.. membanting apapun yang bisa diraih oleh jemari mungilnya dari sekitar kerangkengnya.. sering pula mengunyah dan menelan apapun yang dekat dengan dirinya. Bening kadang merasa tidak sanggup lagi menanggung semuanya. Ow, Dee.. .
Bening..
Cikal sang Negeri.. kepada siapa estafet Negeri ini kelak akan dihibahkan,
siapa yang pantas bertanggung jawab atas keadaanmu, Nak?
. ..rasa belulang ini kembali melunglai, Dee. Ketika konon hampir tiga milyard rupiah dana rakyat dihabiskan para wakil rakyat untuk studi banding nun jauh ke luar Benua, ada Bening di sudut Pulau ini yang meringkuk menahan asa di balik kerangkeng kayu buatan Keluarganya sendiri.. lantaran gelinding bola rancu ketidaktahuan.. ketakberdayaan.. dan KEMISKINAN. Bening.. yang senyatanya tidak sendiri. Ada barisan Bening-Bening lain di berbagai pelosok.. bahkan di tengah hiruk pikuk Ibu Kota.. menahan ragam kerangkeng asanya masing-masing, oleh ketiadadayaan senada. Dee, apa bisaku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H