Buncah isi rongga dada ini, Beib.. Tepat pagi tadi, rampunglah sudah sepaket tahapan awal penting pilihanku sendiri yang sudah kutargetkan sedari satu minggu lalu. Lega, rasanya. Hadiah alunan "The Level Plain (Magh Seola )" by Harpsong pantaslah kuterima pagi ini. Aku kira, engkau pun bisa terhanyut suka. ..hmm.. .. Sontak melintas salah satu keprihatinan Romo MAW Brower, OFM ..seorang Pastor, Misionaris, Kolumnis, sekaligus Psikolog.. dalam "Persaingan", Kompas, 3 Maret 1987: "Biarlah kegilaan itu, tapi wahai orang tua yang menghancurkan hidup anak demi gengsi orang tua. Lebih baik orang semacam itu dilemparkan ke laut dengan batu diikat pada . . . . . etc ". Ow.. tampak sedemikian keras pilihan kata Beliau dalam mengutarakan keprihatinan serius Beliau, yea.. Tetapi aku bisa memahaminya, Beib.. Itu adalah ungkapan keprihatinan Beliau 23 tahun lalu.. (sejauh yang kutahu..) atas apa yang telah Beliau telaah sepanjang hampir genap 64 tahun prosesi keramat hidup Beliau sebelumnya. [note: Romo MAW Brower, OFM dilahirkan di Delft 14 Mei 1923, dan berpulang pada 19 agustus 1991di Weert] Apa yang menurutku pribadi masih sedemikian menggejala di lingkungan hidup kita sehari-hari. Ketika demi pemenuhan ambisi dan gengsi keluarga dan atau ambisi - obsesi salah satu pihak orang tua, banyak anak yang terpaksa memilih detail langkah sedari Batitanya.. memilih jalur pendidikan dasar - menengah - lanjutnya .. mengejar gelar tertentu .. menjalankan karier.. bahkan tragisnya, terpaksa memutuskan jalan hidup tertentu atas dasar kepatuhan (terpaksa maupun bukan) terhadap pilihan pihak di luar dirinya. .. Kusadari, Beib.. bahwa aku sama sekali bukan bermuasal dari disiplin ilmu terkait. Sehingga bisa jadi dipandang tiada memiliki kompetensi sedikitpun mengulas hal terkait. Tetapi, sebagai pribadi sekaligus anggota Masyarakat kebanyakan, hal terkait sedemikian kasat mata hadir di mana-mana. Kausadari pulakah.. betapa berserakannya mimpi masa kecil para Insan potensial yang luluk lantak ke depannya.. berapa banyak langkah yang stagnant gontai 'bak pendulum tiada berujung.. berapa banyak yang lalu terus saja berlarian ke sana sini.. mengkambinghitamkan ini itu atas pilihan melanjutnya.. lantaran itu. Lacurkan diri pada degup kemunafikan memabokkan sesaat. Sisakan keping kehancuran di banyak pihak. Tragisnya, sekali lagi.. lantaran terpaksa memilih jalani hidup yang bukan atas kebebasan penuh pilihannya sendiri. Tragis. "..saya tidak tahu seperti apa rasanya cinta pada Suami, Bu.. Orang saya dijodohin waktu usia 14 tahun. Kudu mau pula. Karena di adat kami, pamali namanya kalo sampe nolak lamaran.." Kala lain, "..omong kosong semua ini. Aku sama sekali tidak butuh semua atribut kemewahan dan deret pangkat .. termasuk perusahaan ini, Non.. Aku benci." ..di petang berbeda, "..aku ingin pergi saja. Aku sudah memilih. Persetan dengan semua." .. ..terlampau menyesak menyaksikan dan merasakan imbas sang gengsi - ambisi - obsesi orang tua yang banyak berlangsung. Bahkan, bisa jadi sedang dan sudah menimpa diri kita sendiri. .. Denting " In Memoriam" by Harpsong tiba-tiba menyentak sukma diamku. Ach.. begitu menujam. Ketika harkat kehidupan sudah tidak lagi dijunjung.. oleh siapapun.. apapun alasannya, denting kematian lah yang makin nyata berkumandang sayup tetapi tetap terdengar nyaring dari sukma diam Insan manapun di muka sang Bumi, Beib.. Kasat mata, sang Insan masih hidup. Tetapi kasat hati, ia telah luruh. Apa indahnya? Apa sucinya? ..di mana.. ke mana larinya sang gengsi - ambisi - obsesi bersembunyi, lalu? ..ughh...menyesakkan sekali. .. . Kutemukan picture ini, Beib.. dari Unkle GOOGLE. Sedemikian sehari-hari dan lazim. Menggambarkan sosok Bunda kebanyakan, bersama sang Buah Hati lemah, kesayangannya.. di dekapan longgarnya. Hmm.. Buah Hati.. yang tampak sedemikian dikasihinya. Dan, selayaknya Bunda pada umumnya.. aku kira, sepanjang hidupnya terus saja Beliau menderaskan harapan terbaik bagi Buah Hati kesayangannya tersebut. Tetapi, Beib.. yang lalu masih terus menari di benakku sendiri yakni: kebaikan apa yang sesungguhnya tepat bagi masa depan sang Buah Hati kesayangan? Terlampau banyak potret kehidupan keseharian nyata terpampang lugas di depan mata ini. Dari mana bisa kita sebagai orang tua amat sangat yakin menduga paling tahu apa yang terbaik bagi masa depan sang Buah Hati.. Insan istimewa yang telah diciptakan unik sempurna seturut citra Sang Khalik sendiri..?? ..bukankah sebagai orang yang sudah berumur hidup lebih panjang.. kita begitu luber oleh keruwetan ini itu.. yang bisa saja berubah wujud menjadi motivasi negatif sub concious kita.. yang dapat sangat kental berpengaruh dalam cara pandang kita tentang yang terbaik ataupun sebaliknya bagi masa depan Buah Hati kita? .. Bagaimana andai kita sebagai orang tua cukuplah merelakan diri mengambil porsi posisi sebagai Pendamping - Pendukung terbaik bagi tumbuh kembang sang Buah Hati. Bukan sebagai sang penentu detail pilihan sang Buah Hati. Bukan sebagai sang penjagal - pencipta kerangkeng tiada berperikemanusiaan bagi Insan yang sejatinya layak kita cintai dan kasihi dengan penuh penghargaan secara tepat, Buah Hati kesayangan kita.. yang acapkali adalah juga darah daging kita sendiri itu.. ..agar sang Buah Hati dapat tumbuh kembang optimal .. melaju kencang.. seturut batasan waktu uniknya dan detail prosesi keramatnya sendiri.. sebab senantiasa yakin berada di dekap lembut penerimaan - kepercayaan tulus, dan lingkup kasih cinta tiada pamrih tanpa syarat 'tak berkesudahan, dari Insan yang diyakininya sungguh mengasihinya sepenuh sukma, sekaligus yang kebetulan juga adalah muasal genetisnya. ..indahnya, Beib.. Bila itu telah mewujud sempurna, di prediksiku: .. tidak ada lagi banyak protes terkait bernada keras melontar. Tidak banyak Remaja yang memilih lari dari rumah. Tidak banyak lagi yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Tidak banyak rumah tangga yang berantakan di awal prosesi. Tidak banyak penyelewengan dalam ragam Institusi pemerintah maupun swasta. Tidak semakin banyak pengguna napsa. Tidak semakin padat ruang pengadilan. Tidak semakin penuh rumah tahanan. Sebaliknya, semakin bermunculan karya-karya orisinal maha kreatif dari penjuru komunitas. Semakin banyak senyum dan bungah yang tercipta. Semakin panjang usia harapan hidup sang Insan. Semakin semerbak rona kasih cinta, penghargaan, harmoni, dan bahagia di muka sang Bumi.. ..imbas positipnya sedemikian menyejukkan, Beib.. Buah manis pembebasan atas esensi hak Hidup sang Insan. .. .. Kembali berkelebat sebuah sistem pendampingan tumbuh kembang yang dilakukan dengan penerapan metode tanpa satupun larangan. Sebuah sistem pendampingan yang merujuk pada kepercayaan, penghargaan, dan penghormatan penuh atas kebebasan tumbuh kembang alamiah - unik sebuah Insan. .. ..aku sendiri diberi mandat satu orang Putera, Beib.. Buah Hati kesayanganku. Kuingin di sampingnya kini.. berdua dengannya senandungkan "Look At The World" by Harpsong.. agar ia senantiasa nyaman meraih apapun yang sungguh dibutuhkannya bagi hidup dan masa depannya. Ia memiliki bakat, keunikan, keuletan, dan talentanya sendiri, yang bukan hasil karya maupun pilihanku. Ia memiliki busur dan anak panahnya sendiri 'tuk membidik sasaran uniknya sendiri. Ia memiliki jalannya sendiri, yang sama sekali bukan jalanku. Ia akan terus belajar dan beroleh makna unik sendiri atas detail ragam pilihan yang ditentukannya sendiri.. serta pendulum paket konsekuensinya.. dan bertanggung jawab atasnya. Dan yang pasti, ia memiliki Malaikatnya sendiri yang akan menjaganya setiap detik. Kuingin ia bahagia menjadi dirinya sendiri, Beib.. karena ia sungguh berharga. Dan, yang pasti pula.. karena aku sangat mengasihinya. .. Puteraku.. Kuberjanji akan menghargai pilihan bertanggungjawabmu, apapun itu. Bantu aku ..agar aku dapat memilih cara dan jalan yang paling tepat bagi optimalisasi tumbuh kembangmu, yea.. Bantu aku, agar telinga.. mata.. hidung.. mulut.. lengan.. kulit.. dada.. darah.. hati dan segenap sukma ku senantiasa siap menjagamu di saat engkau membutuhkannya. Bila tiba waktunya, engkau telah memilih segera mengembangkan dan mengepakkan kedua sayapmu.. aku akan bersyukur pertama untukmu, Putera kebanggaanku.. Bila di tengah jalan engkau menyadari tungkai sayapmu sedang patah dan melunglai.. ku akan sediakan diri mengembangkan kedua lenganku lebar-lebar.. sediakan dada dan segenap hatiku.. untuk mu.. dan jemari serta telapak sukma yang senantiasa siap menampung bulir pedih dari kedua pelupukmu, Sayangku.. Aku akan jujur padamu, bila di waktu tertentu aku sedang tidak mampu berikan diri padamu. Dan, bila sampai di detiknya aku musti berpulang ke keabadian terlebih dahulu darimu.. kapanpun DIA menghendakiku, aku akan relakan dirimu pada dekapan sang Semesta.. bersama Malaikat Pelindungmu.. setia menjagamu. Puteraku.. tetaplah indah sebagai dirimu sendiri yang nyata berharga dan benar dicinta. .. ................................................................................................................................................. Tetaplah di sisiku, Beib.. Agar aku tidak merasa sendiri mendampingi Puteraku dengan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H