Mohon tunggu...
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati Mohon Tunggu... profesional -

..perEMPUan biasa.\r\n[..mengurai makna di deret kata, tuangkan geliat pendulum rasa sukma & benak....di sela hiruk pikuk rutinitas diri sebagai insan biasa, Ibu, dan Dokter..]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Torehan Geliat Imajinasi Bonita, Sang Cikal Ambon Manise..

16 Juni 2009   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:03 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
..lansekap tengah Kota sang Bonita kecil, dari kedai Siomai tepi jalan depan Kantor Gubernur..

Bonita Rillya Sucelaw. Menurut Bunda-mu, baru 12 Mei lalu Engkau kembali mengulang hari jadi lahir-mu, Nak.. Artinya, baru 4 tahun 1 bulan usia-mu, ketika akhirnya Tante bisa bersua langsung, pertama dengan-mu.. dan Kakak Vita -mu, tentu saja. Bonita, selama ini.. Tante hanya bisa mengikuti detik-detik panjang tumbuh kembang-mu sedari mula di rahim Mama-mu.. melalui sarana telphon semata. Jarak dan prosesi panjang telah memisahkan jarak tinggal Tante dengan Mama-mu, Sahabat Tante.. meski relasi telphon tiada pernah terputus antar kami.. Tiada terasa, 4 tahun berlalu, Engkau telah tumbuh sedemikian membanggakan Papa-Mama dan Tante, Nak.. Bonita, bersama Kakak Vita.. Engkau Buah Hati kesayangan Mama-Papa mu. Betapa Mama-mu berjuang sekujur asa Beliau, berdamai dengan situasi.. demi optimalisasi tumbuh kembang terbaik Engkau serta Kakak Vita.. Buah Hati kesayangan Beliau, di ranah yang unik, berbeda tradisi dengan tradisi Mama-mu, sebelumnya. Iya.. iya, Nak.. karena Mama-mu lahir dan dibesarkan di lansekap budaya Jawa yang sungguh kental.. yang pada gilirannya relakan diri bermigrasi ke Kota manise, Ambon-mu, kini.. mendampingi Papa tercinta-mu yang abdikan dirinya sebagai salah satu Notaris di tanah tumpah darah sang Leluhur Beliau, di area Mardika, Ambon.

..lansekap tengah Kota sang Bonita kecil, dari kedai Siomai tepi jalan depan Kantor Gubernur..
..lansekap tengah Kota sang Bonita kecil, dari kedai Siomai tepi jalan depan Kantor Gubernur..
..lansekap tengah Kota sang Bonita kecil, dari kedai Siomai tepi jalan depan Kantor Gubernur..
..sebagian lansekap kota Ambon, dari balik salah satu jendela pesawat penumpang siang itu..
..sebagian lansekap kota Ambon, dari balik salah satu jendela pesawat penumpang siang itu..
..sebagian lansekap kota Ambon, dari balik salah satu jendela pesawat penumpang siang itu..
..seorang Om Tukang Ojek, di depan salah satu mulut Gang Kampung Kristen kediaman Bonita kecil.. di area seputaran Mardika.
..seorang Om Tukang Ojek, di depan salah satu mulut Gang Kampung Kristen kediaman Bonita kecil.. di area seputaran Mardika.
..seorang Om Tukang Ojek, di depan salah satu mulut Gang Kampung Kristen kediaman Bonita kecil.. di area seputaran Mardika. Bonita.. Bonita.. Di sela perbincangan Tante dengan salah satu Om-mu di tengah perjalanan, Tante diberi tahu, Kota Ambon kini tiada lagi se-manise kala sebelum jeda detik demi detik panjang memiriskan gemeretak sukma lalu itu.. Jujur, Tante kembali terhenyak. Bonita.. Bonita.. Tante tidak berada di Ambon, detik itu.. Mama-Papa mu pun masih di Yogyakarta, saat itu. Hanya Oma kesayangan mu lah yang di Ambon, sendirian.. di detik menegangkan.. meluruhlantakkan sukma siapapun yang ada kala itu. Tante hanya mendengar beritanya.. dan menyaksikannya melalui layar Media. Kemarin, Tante diperlihatkan puingnya.. Iya. Puingnya, Sayang.. Puing yang masih menyimpan getir menganga di banyak jejak Hati..
..lansekap salah satu puing di Kota sang Bonita kecil, dari kejauhan..
..lansekap salah satu puing di Kota sang Bonita kecil, dari kejauhan..
..lansekap salah satu puing di Kota sang Bonita kecil, dari kejauhan.. Bonita.. Bonita.. tetaplah tumbuh riang sesuai citra indahmu.. Tante menatap masa depan indah Kota-mu di kelebat sinar matamu, Nak.. Ow.. entah apa lagi yang bisa Tante utarakan dalam deret kata, Nak.. Segala rasa berkecamuk sedari injakkan kaki di Kota-mu, Nak.. Tante berharap, derasan doa terbaik Tante.. baik bagi tumbuh kembang-mu.. dan Kakak Vita di situ, yea.. Juga untuk teman-teman mu semua, Sayang.. Teman, yang seperti katamu: "..semuanya baik". Iya, Nak.. Semua baik. Semua suci. Hanya ambisi negatiflah yang sebaliknya.
..Bonita, tataplah deret jejalan gumpalan laju sang awan di atas Kotamu itu.. gambarkan jeda laju prosesi melangkahmu, langkah Kakak Vita, dan setiap sesi jangkah semua teman sebayamu, Nak..
..Bonita, tataplah deret jejalan gumpalan laju sang awan di atas Kotamu itu.. gambarkan jeda laju prosesi melangkahmu, langkah Kakak Vita, dan setiap sesi jangkah semua teman sebayamu, Nak..
..Bonita, tataplah deret jejalan gumpalan laju sang awan di atas Kotamu itu.. gambarkan jeda laju prosesi melangkahmu, langkah Kakak Vita, dan setiap sesi jangkah semua teman sebayamu, Nak..
Bonita, kawah mungkin 'kan Engkau temui kembali.. Percayalah, ia tiada akan (sungguh) menyirnakan semua.. Ia ada.. bergerak seiring prosesi.. Ia pasti bermakna, seperti lansekap langit Kota-mu, yang Tante bidik dengan Camera seadanya Tantemu ini.. dari balik jendela pesawat yang Tante tumpangi menuju Jakarta, tempat Buah Hati kesayangan Tante sendiri, Devondha.
Bonita, kawah mungkin 'kan Engkau temui kembali.. Percayalah, ia tiada akan (sungguh) menyirnakan semua.. Ia ada.. bergerak seiring prosesi.. Ia pasti bermakna, seperti lansekap langit Kota-mu, yang Tante bidik dengan Camera seadanya Tantemu ini.. dari balik jendela pesawat yang Tante tumpangi menuju Jakarta, tempat Buah Hati kesayangan Tante sendiri, Devondha.
Bonita, kawah mungkin 'kan Engkau temui kembali.. Percayalah, ia tiada akan (sungguh) menyirnakan semua.. Ia ada.. bergerak seiring prosesi.. Ia pasti bermakna, seperti lansekap langit Kota-mu, yang Tante bidik dengan Camera seadanya Tantemu ini.. dari balik jendela pesawat yang Tante tumpangi menuju Jakarta, tempat Buah Hati kesayangan Tante sendiri, Devondha.
..sang lansekap .. sang deret awan bukan sekedar mimpi, Bonita sayang.. Ia sungguh nyata ada. Ia dekat dengan sang Bumi, dengan keseharianmu.. dengan cita-citamu.. masa depanmu.. dengan manisnya Kota kesayanganmu.
..sang lansekap .. sang deret awan bukan sekedar mimpi, Bonita sayang.. Ia sungguh nyata ada. Ia dekat dengan sang Bumi, dengan keseharianmu.. dengan cita-citamu.. masa depanmu.. dengan manisnya Kota kesayanganmu.
..sang lansekap .. sang deret awan bukan sekedar mimpi, Bonita sayang.. Ia sungguh nyata ada. Ia dekat dengan sang Bumi, dengan keseharianmu.. dengan cita-citamu.. masa depanmu.. dengan manisnya Kota kesayanganmu. [..terimakasih, Sahabat.. atas dukungannya bagi masa depan sang Cikal Negeri, di manapun mereka berada.. termasuk bagi Bonita, sang gadis mungil di tengah Kota Ambon manise.. ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun