[caption id="attachment_173220" align="aligncenter" width="640" caption="PILKADA DKI Jakarta 2012 - Gambar dari KOMPAS.com"][/caption] Saat ini Jakarta sedang marak dengan jadwal PILKADA 2012, sehingga banyak hal yang tidak biasa menjadi biasa terjadi di Jakarta ini. Yang tidak biasa adalah para gubernur belanja di Pasar-Tradisional dan makan di Warteg, baik itu dalam tugas maupun dengan keluarga. Dan yang biasa adalah mereka datang dan makan di Pasar Tradisional hanya saat musim PILKADA. Karena kondisi itulah saya menuliskan, yang tidak biasa selalu menjadi biasa saat PILKADA.
Didalam suatu artikel lipsus kompas.com tertulis judul : Hendardjii : Satu kelurahan, Satu Pasar Tradisional Sebagai buktinya beliau di pasar, di pasangkan foto beliau yang sedang membeli sembako. Sungguh luar biasa bahwa ide satu pasar tradisional di tiap satu kelurahan. Saya jadi teringat seperti puskemas yang menyebar di seluruh tanah air. Sampai sampai pemerintah jaman Presiden Soekarno demikian serius meluaskan pelayanan masyarakat. Puskesmas, Pasar Tradisional, Posyandu dll. Memang sungguh besar misi nya dan sungguh pentingnya demi kesejahteraan rakyat.
Tetapi dibalik janji yang tertuang dan bila diresapi secara mendalam, apakah yang berjanji menguasai ilmu sosial ekonomi dan ilmu sosial budaya ? Intinya; atas dasar data akurat dan data ilmiah apa mereka bisa menjanjikan satu pasar dalam satu kelurahan ? Saya yakin program repelita jaman dahulu sampai saat ini sudah cukup banyak pasar tradisional di Jakarta. Itupun mungkin sudah sangat banyak sekali dan bisa bisa berlebihan.
[caption id="attachment_173223" align="aligncenter" width="640" caption="Kondisi Pasar Petojo sudah hancur, apakah mau bikin baru lagi ? difoto Januari 2012. Koleksi pribadi Kusmanto"]
Berbeda lagi dengan Bapak Marzuki Alie yang menulis komentar : Kita seringkali terlena oleh media dan tampilan sehingga kita seringkali juga mengalami kekecewaan. Saya sudah berkali kali ke Solo dalam rangka memberi dukungan untuk Para Guru dalam melaksanakan kewajibannya demi masa depan bangsa , Rakyat di Grassroat utk membangun ekonomi komunitas untuk kesejahteraan komunitas2 rakyat. kalau orang sering bilang dg istilah ekonomi capitalis, ekonomi kerakyatan, ekonomi sosialis, ada lagi istilah habibinomic, JKnomic, SBYnomic, saya ingin mengenalkan ekonomi komunitas (Comunynomic). Sayangnya beliau tidak pernah berada dalam satu ruang, sehingga saya belum mendengar pandangan2 beliau. Saya tidak tau persis apa yang dilakukannya kecuali aktifitas kerakyatan yang ditampilkan beliau...................
Berkaitan dengan ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan telah saya tuliskan dalam artikel: Pasar Tradisional Semakin Hancur. Ekonomi Pancasila, masih adakah ?
Karena itu, saya sebagai warga awam dalam bidang politik dan tatanegara sepaham dengan bapak Marzukie Alie. Sebaiknya diperjelas dahulu dan disosialisasikan secara benar, apa yang dimaksud dengan Ekonomi Pancasila  atau JKnomic, SBYnomic. Sehingga Bapak Marzukie Alie juga bisa memperkenalkan juga ekonomi komunitas (Comunynomic).
Saya yakin bahwa warga Jakarta sudah jenuh dengan penjelasan yang kesannya menjadi pembodohan secara internal. Sebagai contohnya adalah pertanyataan : Bukan Banjir tetapi air tergenang. Bikin pasar tradisional tetapi pasar yang ada dibiarkan rusak hancur. Transportasi Jakarta yang terus semakin macet. Itulah sedikit janji janji calon gubernur DKI tetapi saat menjabat sangat jauh dari prestasi.
Semoga para calon gubernur dan wakil gubernur DKI dimasa ini maupun di masa depan benar benar komitmen membuktikan janjinya dan tidak lagi terus menerus melakukan pembodohan secara internal.
Dan jangan jadikan ekonomi rakyat, ekonomi Pancasila atau ekonome komunitas; apapun sebutannya; janganlah jadikan bagian dari politik PILKADA. Karena rakyat sudah sangat menderita dan mendambakan perubahan nyata yang bukan sekedar janji.
[caption id="attachment_173225" align="aligncenter" width="640" caption="Mayoritas Pasar seperti ini, salah urus. Dan ini baru berusia 3 tahun tetapi salah urus juga. Apa masih mau bangun pasari tradisional  baru lagi ? Koleksi pribadi Kusmanto"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H