Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Money

Maaf, Inggris Jangan Melirik Indonesia!

13 April 2012   15:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Berita Metro-TV berjudul Inggris melirik Indonesia telah di tayangkan pada hari kunjungan perdana menteri Inggris di Jakarta.
Berita kali ini adalah kelanjutan dari berita yang pernah saya tuliskan juga, yaitu Berita Metrotvnews.com : RI Semakin Seksi

Semua itu berkaitan setelah Indonesia berhasil melewati krisis global dan Indonesia adalah salah satu negara selain China dan India yang mampu memproduksi OKB (orang kaya baru).
Karena itu, negara lainnya yang masih kesulitan ekonomi segera melirik Indonesia.
Tujuan mereka adalah satu, yaitu sasaran bisnis untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi negara mereka.

Pada pagi hari ini, saya membaca berita kompas dan teringat artikel Kompas November 2009?
Butuh Investasi Rp. 2.000 Triliun untuk investasi demi pertumbuhan ekonomi rata rata 7 persen dalam lima tahun kedepan.
Tetapi di Kompas cetak tanggal 13 April 2012 halaman 20 tertulis, Investasi Rp. 1.400 triliun tertunda akibat Kendala infrastuktur dan ketidakpastian Hukum.
Artinya ijin investasi selama 2008 – 2011 sebesar Rp. 2.000 triliun hanya bisa terrealisasi Rp. 600 triliun saja.

Masih edisi hari yang sama, saya membaca juga aneka kendala dalam pembangunan di Indonesia, seperti Bahan Obat Tidak Mandiri dan Pembangunan Rel Ganda Terkendala.

Lalu saya berpikir, bukankah anak bangsa Indonesia sudah banyak yang pintar dan hebat termasuk yang kuliah dari luar negeri ?

Karena itulah saya menuliskan judul yang berlawanan dengan Berita Metro-TV, Maaf, Inggris jangan melirik Indonesia!
Saya tuliskan jangan melirik, karena jangan hanya melihat Indonesia seksi dan tertarik dan ingin bersama tetapi tidak ingin pula berlanjut dengan saling serius.

Contohnya, bukankah Indonesia sudah di lirik negara Jepang ?
Tetapi sampai sekarang tetap saja tidak ada kemampuan membangun mobil nasional walaupun katanya alih teknologi sudah berlangsung sejak tahun 1970an.
Hanya melirik ? hanya tertarik ? Nyatanya itu semua murni bisnis.
Karena itu tidaklah salah jika istilah seksi dan dilirik, tetap membuat Indonesia tidak mandiri.

Apakah semua ini salah negara maju ?
Untuk menjawabnya, kita perlu pemahaman yang mendalam dan perlu merenung lagi.
Bahwa negara maju seperti Amerika, Inggris, Prancis, terutama Jerman sangat senang bila saja orang asing kuliah. Saat saya kuliah di Jerman malah kuliahnya masih gratis.
Bukankah mereka baik hati sekolahkan saya ?

Melihat dari pendidikan gratis atau bayar, banyak alumni manca negara yang kembali Indonesia.
Tetapi tidak ada dari alumni lulusan luar negeri mampu ambil alih teknologi dan bisnisnya.
Contohnya, seorang sarjana mesin tentu saja bisa lulus dengan terbaik.
Tetapi hanya lulus nilai yang terbaik. Bila kembali ke Indonesia, tetap saja hanya aplikasi ilmu.
Artinya belum mampu membangun industrinya.
Hanya sebagai tenaga ahli dan bukan sebagai pembangun bisnisnya.
Sarjana itu bisa bekerja di industri milik negera maju, seperti Automotiv, Kesehatan, Nuklir.
Tetapi bukan menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor teknologi bidang automotiv atau pembuat pabrik nuklir.
Dengan demikian tetap saja teknologi bisnisnya ada di negara maju dan alumni mereka yang lulus kuliah hanya sebagai aplikasi ilmu di bisnis milik negara maju.

Karena itu menurut saya, perlu pembenahan yang luar biasa dalam bidang SDM masa depan.
pemerintah harus sangat berperan sebagai media yang subur untuk menciptakan generasi pengerak bidang bisnisnya dan bukan terus menerus sebagai ahli yang mengaplikasikan ilmunya saja.

Contoh myatanya adalah sangat banyak sarjana komputer, tetapi tetap saja Indonesia tidak bisa menjadi pioneer dalam bilang teknologi komputer maupun bisnis inti produksi komputer.
Yang ada adalah ahli programmernya dan ahli purna jualnya saja.
Pabriknya dan inti bisnis nya masih di tempat asalnya, yaitu masih di negara maju.

Kembali ke judul artikel, bila saja Inggris dan negara lain tetap melirik Indonesia sebagai negara berpotensi bisnis masa depan, apakah Indonesia juga mampu membangun generasi pebisnis intinya di Indonesia ?

Dan yang dimaksud sebagai bisnis inti adalah penguasaan yang sangat mendalam dan mendapatkan komitmen pemerintah secara janga panjang.
Sehingga artikel Bahan Obat Tidak Mandiri bisa sungguh sungguh di produksi di Indonesia mulai dari kimia dasarnya sampai penjualannya di semua benua.
Termasuk juga membangun industri automotiv kelas dunia.
Karena saya pernah baca di Kompas bahwa mobil negara Jerman belum menemukan mitra bisnis di Indonesia yang mampu memproduksi komponennya sesuai standart Jerman.

Karena tidak mudah untuk memahami dan menerima lirikan dari negera lain tanpa kita di Indonesia mempunyai pemerintahan yang berkomitmen maupun SDM yang mampu membangun bisnis dan tidak terus menerus sebagai ahli dalam bidang aplikasi ilmu.

Lalu ?...bagaimana generasi muda yang mau kembali ketanah air ?
Apakah generasi ini masih mau cari kerja ?
Atau sudah punya naluri bisnisnya terkait kuliahnya ?

Semoga generasi muda mampu membuktikan arti lirikan negara maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun