[caption id="attachment_212241" align="aligncenter" width="603" caption="Foto lingkungan Bromo setelah matahari terbit dari Penanjakan - Foto milik Kusmanto "][/caption] [caption id="attachment_212298" align="aligncenter" width="655" caption="Pemandangan dari pertigaan Jemplang. Foto milik Kusmanto"]
[caption id="attachment_212300" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan lautan pasir dan gunung Batok. Foto milik Kusmanto"]
Posisi terindah yang paling diminati para wisata adalah Penanjakan, karena memang posisi tertinggi dan terbaik untuk melihat matahari terbit dari arah timur. Tepatnya sesuai GPS berada di posisi : S 7.904500 dan E 112.951167 Tentu saja bila kami di pandu oleh pemuda setempat, akan mendapatkan dan menemukan posisi foto yang lebih baik dan tidak ada orang yang mengganggu saat kami foto matahari terbit. Karena itu bagi yang hobby foto sebaiknya perlu di bantu oleh penduduk setempat serta sabar untuk mencari posisi terbaiknya. [caption id="attachment_212246" align="aligncenter" width="640" caption="Soe Herry pemuda suku Tengger, selalu setia menemani para turis - Foto milik Kusmanto"]
Luar biasa, kami menjelajah area pegunungan Tengger yang penuh dengan mistis dan sejarah kerajaan Majapahit. Kami mengumpulkan data data tentang kerajaan Majapahit yang waktu perjalanan pulang kami telusuri sampai ke Air Terjun Makadipura maupun situs situs Majapahit di Trowulan. Situs danau Sagara, makam Raja Majapahit yang terakhir serta istri beliau yang ke 5, yaitu putri Campa. Demikian juga kebesaran Vihara Tuban, konon diperintahkan pembuatanya oleh Putri Campa. Setelah kami dari Desa Wonokitri melingkari lautan pasir bagian area Malang, maka tibalah kami di pertigaan Jemplang. Tempat yang biasa kami gunakan untuk istirahat bila kami datang dengan menembus lautan pasir. Bila saja kami turun kelautan pasir, maka pertigaan ini bisa kami tempuh dengan mobil sekitar 1 jam. Sedangkan bila kami mengunakan motor dan berputar lewat arah Malang, maka kami butuh sekitar 3 jam. Tetapi setiap yang saya lihat selalu membuat hati sangat senang dan bahagia. Semua serba alami dan serba menakjubkan. Sungguh luar biasa area penggunungan Tengger yang masih alami. Posisi GPS dilokasi ini adalah:S 7.979833 dan E 112.936000. Berada di posisi 2.350 meter diatas pemukaan laut. [caption id="attachment_212259" align="aligncenter" width="640" caption="Persimpangan tiga Lumajang - Bromo - Malang. Foto milik Kusmanto"]
Dari pertigaan ini masih ada jarak sekitar 6 kilometer menuju Ranu Pani. Di desa Ranu Pani ini kami harus lapor dipos jaga sebelum kami naik ke gunung Semeru atau ke Danau ranu Kumbolo. Jadwal kami adalah : Berangkat dari desa Wokokitri rumah bapak Keno pada jam 12.30 Tiba di belakang Widodaren (seberang tebing Penanjakan) pada jam 14:22 Tiba di pertigaan Jemplang pada jam 16:02 Tiba di Ranu Pani rumah bapak ahmad pada jam 16:15 Setelah bapak Keno (Warga Pasuruan) berkoordinasi dengan pemandu setempat (warga Lumajang), maka kamipun bersuka ria sejenak didepan tunggu api yang menghangatkan tubuh dari udara dingin. [caption id="attachment_212263" align="aligncenter" width="640" caption="Anak anak sedang bermain pada sore hari di desa Ranu Pani. - Foto milik Kusmanto"]
Menurut mereka bahwa perjalanan meliwati jalur puncak Ayak Ayak. Awalnya saya tidak tau apa itu puncak Ayak Ayak, saya cuma bisa lihat bahwa sangat tinggi, tetapi saya heran sekali, karena mereka katakan hanya butuh waktu 90 menit saja sudah tiba.
Saat saya dikasih makan, saya cuma mau makan makanan biskut tradisional saja. Saya pikir apa susahnya cuma jalan 90 atau 120 menit saja. Hahahaha…. Saya awalnya agak lugu sekali. Kami mulai jalan dari rumah pak Ahmad dan berjalan sekitar 30 menit. Lama lama jalanan makin naik terus. Tetapi saya masih kuat dan sanggup berjalan sekali langkah sekitar 30 atau 40 cm. Maklumlah bahwa saya bukan pendaki gunung, secara jujur tidak berolah raga ekstrem. Setelah hampir satu jam, jantung saya berdebar debar dan kaki sangat lemas. Oleh bapak Keno saya diajarkan cara minum yang benar supaya tidak menelan udara saat minum. Awalnya saya pikir juga….. buset juga dah nih pak Keno…. Mosok seh… dokter diajarkan cara minum. Yah sudah… saya menuruti saja…. Sebab saya sudah sangat letih. Saya cuma mampu berjalan sekitar 100 meter dan harus istirahat dan minum lagi. Demikian terus menerus. Sampai 2 jam, saya bertanya terus, mana puncaknya ? Ampun sekali…. Masih jauh…. Dan masih sangat tinggi…. Saya putus asa…. Tetapi dipaksa terus semangat dan terus jalan…. Makin lama kemampuan jalan saya makin berkurang, sekitar 50 meter jalan harus duduk dan minum. Saya harus istirahat duduk melonjorkan kaki…. Hahaha… semua anggota tubuh sangat kotor karena abunya sangat halus dan tebal sekali. Bila kita injak tanah, maka abunya beterbangan banyak sekali. Saya sudah minta ampun dan menyatakan tidak sanggup lanjut. Tetapi bapak Keno dan Bapak Ahmad luar biasa kuatnya. Pak Ahmad didepan saya sambil menarik tangan saya atau tongkat saya. Bapak Keno dari belakang saya, mengangkat ikat pinggang saya sambil mendorong maju. Saya harus kuat dan tidak boleh putus asa. Saya harus maju terus. Tetapi betis saya tidak kuat….. ampun sekali lagi … ampun tidak kuat…. Maka istirahat lagi.. Dan saya sudah tidak kuat untuk foto pemandangan. Padahal saya sudah tidak bawa apapun juga. Tas kamera (dua kamera) dibawa oleh pak Keno. Makanan dibawa oleh istri pak Ahmad. Pak Ahmad bawa golok dan tongkat untuk tarik saya. Jalanan melewati jalur Ayak Ayak sangat terjal, makin lama makin terjal. Bisa mencapai 70 – 80 drajat terjal. Wah sangat indah tetapi sangat terjal dan sangat letih. Setelah hampir 4 jam, saya sudah ada di puncak Ayak Ayak, puncak tertinggi yang harus dilalui. Akhirnya hati sangat lega karena jalanan sangat indah walau sangat sulit untuk saya. Sekitar 5 menit istirahat diatas puncak Ayak Ayak. Maka saya bersukur sudah mulai menurun terus sampai danau Ranu Kumbolo. Tetapi saat melewati celah tebing, aduh aduh aduh….. turunnya langsung 90 drajat. Sungguh luar biasa seram nya. Untung saja saya menggunakan sepatu kets. Lagi pula untung saja ada yang bantuin. Tangan saya diatas dan di pegang oleh bapak Keno. Kaki maupun punggung dipegang oleh bapak Ahmad. [caption id="attachment_212266" align="aligncenter" width="640" caption="Dari atas puncak Ayak ayak setelah turun ketemu area seperti ini. - Foto milik Kusmanto"]
Untuk mencapai jalur sekitar 8 kilometer saya butuh waktu sekitar 6 jam. Malu saya dengan para pengawal, mereka hanya butuh 90 menit saja. Termasuk istri pak ahmad juga sangat kuat, beliau selalu mencari daun muda yang katanya untuk kita makan siang.
Didekat danau ada pondok tempat istirahat. Tempat singgah untuk para pendaki gunung semeru. Didanau ini sudah berada 2.400 meter diatas permukaan laut. Koordinat GPS nya adalah: S 8.047000 dan E 112.918500 [caption id="attachment_212268" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Ranu Kumbolo - Foto milik Kusmanto"]
Sangat indah untuk difoto. Walaupun bapak Ahmad mengatakan, ada lembah yang sangat bagus di belakang bukit pondok. Saya jawab : “Jangan pak, saya tidak berani naik lagi sebab saya takut sangat letih.” Lain waktu pasti saya lanjutkan ke Pos terakhir yang di ijinkan, yaitu pos di Kalimati Semeru”
Bapak Keno memancing dengan caranya sendiri. Yaitu memancing ikan danau dengan botol Aqua. Bapak Ahmad memancing dengan pancingan nya yang dibawa dari rumah. Istri bapak Ahmad mulai mencuci daun dari pinggir jalan dan mulai memasak. Saya berkeliling mencari lokasi foto yang baik. [caption id="attachment_212269" align="aligncenter" width="640" caption="Roi dan kawan kawan sedang memancing. Akhirnya kami ketemu lagi di Jakarta. Foto milik Kusmanto"]
Saat saya berfoto disekitar danau, bertemulah dengan beberapa pemuda yang sedang memancing didanau. Saya foto mereka dan ternyata mereka sudah sampai ke Pos Kalimati maupun sampai puncaknya gunung Semeru. Saya kenalan dengan mereka dan saya kasih nomor HP untuk saya bisa berikan foto foto mereka sedang memancing. Ternyata memang kami bertemu lagi di Jakarta dan saya berikan beberapa foto yang bagus untuk mereka. Setelah satu jam saya berfoto, maka saya balik ke pondok dan makan ikan kering asin serta mie rebus dengan daunan muda pinggir jalan. Tidak sangka, makanan itu sungguh nikmat sekali. Sambil makan, saya ditanya, apakah saya ingin bermalam atau pulang. Belum selesai saya berfikir, pak Keno mengatakan bahwa pak Ahmad bisa turun kerumahnya ambil peralatan tidur maupun bahan makanan untuk malam hari. Wah…. Hebat banget dah… mereka itu sangat kuat semuanya. [caption id="attachment_212270" align="aligncenter" width="640" caption="Danau Ranu Kumbolo - Foto milik Kusmanto"]
Karena sudah terlalu letih, maka satu jam terakhir sebelum jalurnya selesai, bapak Ahmad sudah pulang lebih dahulu untuk mengambil motor bapak keno. Dan kami bertiga di jalur yang sudah bisa dilalui motor, pulang dengan kuda besi. Kami balik lagi ke Pos Jaga Ranu Pani untuk laporan bahwa kami telah kembali. Dan kami menginap lagi di penginapan yang sama, karena waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Besok paginya jam 6.30 kami berangkat pulang melalui menuruni persimpangan Jemplang. Kami turun kelautan pasir tetapi tidak menuju Wonokitri (Pasuruan) tetapi menuju Cemoro Lawang (Probolinggo) untuk mencari jejak permandian atau semedi nya raja raja Majapahit. Air terjun Makadipura juga sungguh luar biasa untuk dibuatkan reportase nya. Dalam Perjalan pulang pun kami mampir kesitus situs kerajaan Majapahit sekitar Trowulan di Mojokerto. [caption id="attachment_212273" align="aligncenter" width="640" caption="Gunung Semeru pada pagi hari. Foto milik Kusmanto"]
Seperti yang telah saya hadiahkan BMW Indonesia, satu keping DVD tentang perjalanan saya dengan BMW X5 di lautan pasir Bromo. Saat itu saya serahkan kepada Vice President Dino Martin.
Silahkan buktikan BMW X5 terbarunya di lokasi Tengger. Bila saja BMW Indonesia menurunkan seri X dilautan pasir, maka saya akan ikutan dan berfoto lagi. Kali ini akan saya ikutan dengan BMW GT. Karena saya yakin jalan terjal nya sudah sedang direnovasi dan dengan beradanya pak Soe Herry, saya yakin BMW GT bisa di foto di lautan pasir Bromo. Semoga BMW Indonesia bisa menjadi terpacu dengan artikel ini. Dan benar bisa terjadi test drive di area Tengger.
[caption id="attachment_212294" align="aligncenter" width="640" caption="Pernah ada BMW GT dipasar Tosari. Saat itu Luluk pergi beli cabe di pasar Tosari. Foto milik pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H