Di jaman digital saat ini perkembangan penghobby Fotografer sangatlah banyak dan makin hari makin bertambah terus. Sehingga ada yang disebut fotografer profesional dan ada yang disebut sebagai fotografer amatir. Penghobbinya dari segmen penghasilan paling atas sampai penghasilan paling rendah, kumpul dalam satu hobbi yang disebut fotografi.
Apa arti fotografer ?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografer dijelaskan sebagai berikut :
fotografer/fo-to-gra-fer/ tukang potret; juru foto
Apa arti fotografi ?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografer dijelaskan sebagai berikut :
fotografi/fo-to-gra-fi/ seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan.
Apakah seorang fotografer disebut hebat karena kwantitas fotonya, Â jumlah kualitas fotonya, peralatannya atau jam terbangnya?
Memang benar ada pepatah bahwa diatas langit masih ada langit, demikian juga fotografer itu relatif. Ada yang dari tukang pencet shutter sampai dengan pencinta alat foto (kolektor camera) maupun pecinta hasil foto (menikmati hasil fotonya).
Sekilas tentang saya yang sudah mengunakan camera digital sejak akhir tahun 1980an dan beberapa waktu terakhir sering merasa malu, terutama apabila ada teman teman yang bangga menjadi fotografer.
Saya sering bertanya kenapa dia ngak malu ya ?
Sebenarnya sayapun tidak perlu malu, karena jumlah foto saya sudah mencapai beberapa juta foto dan diarsip baik dalam media simpan yang cukup besar. Hasil fotopun menurut saya cukuplah bisa dibanggakan. Demikian juga peralatan camera lensa tidak perlu membuat diri saya malu.
Lalu apa yang membuat saya malu atau malu melihat teman teman fotografer ?
Kita harus akui bahwa sangat banyak orang yang jadi tukang pencet kamera tapi tidak punya seninya seperti yang di jelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa fotografi itu adalah seni. Mereka hanya jadi tukang pencet tombol Shutter Camera saja tanpa ada seni nya ?
Sedangkan seni adalah relatip pula dan tergantung pula waktunya kita melihat dan kondisi selera kita. Bisa jadi yang dulu kita lihat foto jelek dan sekarang kita lihat lagi sangat bagus banget.
Untuk mendapatkan hasil foto yang bagus perlu persiapan dari bateri, lensa, sensor, sinar, sudut, setting camera dll. Temasuk Objek nya.
Ini juga yang kadang membuat saya jadi tambah malu adalah sang fotografer tapi tidak paham makna fotografi untuk kehidupan kita sehari hari.
Didalam dunia fotografer sering kali dikatakan bahwa AGAMA nya adalah merek tertentu dari kemera yang dia milik. Dan Camera Lensa adalah ISTRI pertamanya walaupun yang buatkan dia makan dan urus rumah tangga adalah istrinya yang bisa bernapas.
Marilah kita belajar dari camera lensa yang kadang di agung agungkan. Malu lah fotografer yang tidak bersikap seperti camera.
Yuk kita mulai.
Camera perlu orang yang di belakang camera jadi tukang potret.
Camera perlu lensa yang disebut objektif.
Camera perlu punya objek dan bila manusia bisa disebut model.
Lalu seninya fotografi itu apa ?
Selain membuat seni seperti paparan kamus besar bahasa Indonesia, ada lagi seni belajar fotografi lainnya.Â
Yuk kita mulai bahas Tukang Potret, lensa objektif dan objek/model.
Pertama tama mengapa disebut objektiv ? ada yang tau ?
Objektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah :
ob-jek-tif /objktif/ mengenai keadaan yg sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.
Artinya melalui lensa yang disebut juga objektif, membiarkan atau mempersilahkan informasi (sinar ) yang masuk apa adanya.
Seadanya tanpa koreksi atau tanpa pengaruh apapun atau tanpa kepentingan apapun dipersilahkan masuk menuju sensor camera.
Informasi ( Sinar ) tersebut akhirnya diterima oleh permukaan sensor yang diolah sebagai data mentah ( RAW ), sehingga informasi (sinar ) yang sangat bermakna itu bisa menghasilkan gambar yang sempurna.
Informasi apa yang dibawa oleh sinar itu ?
Ternyata, informasi yang dibawa oleh sinar melalui lorong objektif adalah pantulan informasi ( sinar ) dari objek yang kita mau rekam atau pelajari.
Dan apakah yang dimaksud objek  ?
Menurut kamus besar bahasa indonesia, objek adalah :
objek/ob-jek/objk/ Â hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Artinya objek itu adalah suatu yang kita mau rekam atau kita mau pelajari.
Artinya objek itu bisa benda mati, benda hidup, atau ilmu pengetahuan pula.
Apakah objek itu bisa menjadi pelengkap penderita ? ya, bisa juga jadi pelengkap penderita.
Seperti contoh objek manusia yang mau kita jadikan objek foto. Bila tidak ada manfaatnya untuk sang model karena kita hanya mengunakan dia sebagai objek. Malah bisa jadi sang model harus biayai "make up" maupun ongkos lainnya. Rugi lah sang model dari acara foto itu. Dan boleh dibilang sang model hanya sebagai pelengkap penderita saja.
Pemahaman kedua adalah tentang Sang Tukang Potret.
Karena awalnya sudah di sebut TUKANG maka kita harus paham arti kata TUKANG.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia:
Tukang/tu-kang/ orang yang mempunyai kepandaian dalam suatu pekerjaan tangan (dengan alat atau bahan yang tertentu).
Berbeda denga pengertian Ahli yang dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia:
ahli/ah-li/ orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian)
Dengan pengertian itu, TUKANG POTRET belum tentu orang yang mahir, paham dalam suatu ilmu (kepandaian).
Bila ketemu TUKANG POTRET yang bukan ahli tapi ngaku ngaku prodesional, nah itu sangat bahaya. Omong nya keren dan banyak menyakinkan, tapi ilmunya tidak ada.
TUKANG POTRET jenis ini banyak bicara dan bila ditanya atau di dekati sering kabur. Mungkin dia takut ilmu nya di contek atau memang malu ketahuan tidak punya ilmu dan tidak punya seni.
Ciri ciri TUKANG POTRET seperti itu sering menjelaskan : "Lihat saja di google ". Atau share banyak LINKS tanpa bisa menjelaskan maksud dan tujuan LINKS itu.
Pokok nya semua dia bisa, tapi bisanya share LINKS dan suruh lihat GOOGLE.
Jenis TUKANG POTRET ini egois, karena dia motret tidak mengunakan "OBJEKTIV" dan dia juga tidak mengunakan data RAW ( data mentah dari objektiv) hanya mengunakan langsung mengunakan EGO nya menjadi hasil foto format JPG.
Suka ngak suka terima lah itu JPG yang sudah jadi versi sang TUKANG POTRET.
Lalu bagaimana dengan sang "OBJEK" dan sang "MODEL".
Dalam kasus ini sang TUKANG POTRET tidak butuh "OBJEK" (ilmu) dan tak butuh sang "MODEL". Yang penting ego nya sang TUKANG POTRET terlampiaskan melalui share sana sini dan suruh bertanya GOOGLE.
Lagi pula sang TUKANG POTRET ini tidak bertanggung jawab bila ditanya lebih jelas, Â biasanya bilang : "Ya apalah bisanya aku ini, cuma tukang potret keliling kampung saja". Gitu lah kira kira.
Itukan namanya EGOIS, bikin sang model jadi pelengkap penderita demi kepuasan semata sang TUKANG POTRET.
Itulah singkatnya, bahwa banyak TUKANG POTRET yang tidak paham "OBJEKTIV" dan menjadikan "OBJEK" sebagai kepentingan dirinya sendiri walaupun "OBJEK" sang model menjadi rugi atau jadi pelengkap penderita saja.
Mengapa banyak TUKANG POTRET seperti itu ?
Silahkan saja masing masing dari pembaca yang menilainya.
Menurut saya, itu adalah sikap kompensasi ketidak mampuannya secara "OBJEKTIF" dan selalu mengunakan EGO nya (SUBJEKTIF) karena memang kurang belajar.
Sangat banyak TUKANG POTRET yang bilang nya sudah belajar tapi nyatanya belum belajar.
Membaca dan mengertikan poses belajar yang tertulis dalam Buku Ensiklopedia Nasional Indonesia ( karya terbesar anak bangsa Indonesia yang biaya produksi nya di sekitar tahun 1990an awal sekitar Rp. 6,5 M), tertulis bahwa belajar adalah proses yang terdiri dari :
1. Ada bahan nya.
2. Ada guru nya.
3. Ada metoda nya.
4. Ada evaluasi nya.
5. Bisa di ulang ulang hasil belajarÂ
Sedangkan TUKANG POTRET jaman NOW belajar nya atau share nya cuma dari internet. Di negara maju juga sudah ada kuliah melalui internet, tetapi tetap proses belajar terdiri dari lima unsur itu.
Sebagai penutup dan sebagai saran saya. Jangan lah ngaku ngaku jadi FOTOGRAFER, baiknya ngaku saja jadi TUKANG POTRET karena tanpa keahlian.
Belajarlah sebagai Ahli foto yang mampu melepaskan semua EGO dan KEPENTINGAN untuk menerima semua informasi secara OBJEKTIF dan kemampuan kita menterjemahkan data RAW yang dicipta oleh SENSOR -OTAK camera untuk mendapatkan HASIL FOTO demi kepentingan sang OBJEK ( MODEL ).
Dengan kata lain, jadilah orang yang bermanfaat berbagi ilmu kepada orang lain tanpa ada kepentingan dan imbalan SEHINGGA YANG MENERIMA ilmu bisa mendapatkan kehidupan yang lebih indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H