Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bromo (1): Disana Rumahku

1 Oktober 2011   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_134397" align="alignleft" width="300" caption="Matahari terbit di atas Penanjakan Bromo.           Kami menunggu dari jam 04.30 pagi dengan suhu sekitar 4 drajat Celsius."] [/caption] . Gunung Bromo dikenal sebagai gunung yang paling cantik di Pulau Jawa. Kecantikannya bukan saja panoramanya tetapi juga budayanya, budaya Tengger. Budaya yang terbentuk dari perpaduan antara budaya Islam, Gereja dan Hindu. Lokasinya bisa dicari di Google Earth, Terbang ke : Gunung Bromo, sukapura, Indonesia Terletak di Jawa Timur, dari Surabaya saya biasanya melewati pasuruan kemudian naik kearah gunung Bromo. . . . [caption id="attachment_134399" align="alignleft" width="300" caption="Felix dengan bapak Keno di depan warung kopi "][/caption] . Saat kami pertama kali datang kesana di desa Wonokitri, kami secara alamiah ketemu keluarga Bapak Keno. Beliau pemilik warung kopi di pintu masuk kawasan wisata, dimana wisatawan harus membayar karcis masuk. Pada saat hari pertama pertemuan, langsung seperi kami sudah kenal sangat lama. Beliau dan keluarga adalah keluarga taat agama dan sangat terbuka untuk bersahabat. . . . [caption id="attachment_134398" align="alignleft" width="300" caption="Herri temannya Felix dengan latar belakang gunung Bromo"][/caption] . Sejak hari pertama, kami tinggal dirumah beliau. Bila kami datang dengan teman teman, maka masih ada penginapan sekitarnya. Ada penginapan milik Bapak Mantri yang juga tidak kalah ramah tamahnya. Saya lupa nama beliau tetapi memang beliau adalah seorang mantri di puskesmas setempat. Mereka sungguh ramah dan saling menghormati dan terjadi juga simbiosis antara Bapak Keno, Harry anak Bapak Keno beserta bapak mantri. . . [caption id="attachment_134400" align="alignleft" width="300" caption="Penduduk asli yang harus melewati lautan pasir untuk berdagang atau saling bertamu antar desa"][/caption] . Kami ? kami adalah orang Jakarta yang mereka terima dengan suka cita sehingga kami gembira bila saja kami tiba di Bromo. Disana kami bisa katakan sebagai “rumahku” walaupun kami tidak punya rumah secara fisiknya. Tetapi kami merasa mempunyai keluarga yang tinggal di Bromo. Sampai saat ini kami sudah sering ke Bromo terutama bila Felix dan saudara kami menuju wisata. . . . [caption id="attachment_134401" align="alignleft" width="300" caption="Pemandangan Gunung Bromo"][/caption] Pemandangan dari arah rumah Bapak Keno menuju Penanjakan. Disaat hari bersinartampak sangat indah dilihatnya. Mulai dari matahari mulai terbit sampai terbenam sungguh indah untuk kita istirahat. Ada beberapa warung dijalanan yang bisa kita gunakan untuk berhenti sejenak dan berfoto. Dibawah sana, dikawah pasir dan sangat luas serta panas di siang hari terutama musim kemarau, telah digunakan oleh Felix untuk menjajal ganasnya pasir halus seperti bedak untuk di kebut dan dinikmati oleh Felix. Seluruh kemampuan BMW X5 dengan segala teknologi nya diuji coba oleh Felix. . [caption id="attachment_134402" align="alignleft" width="300" caption="Pemandangan lautan pasir pada musim kemarau. Difoto saat musim kemarau"][/caption] . Dari rumah bapak Keno setelah puas di Bromo, kami menembus lautan pasir untuk naik keatas tebing. Kami menuju Ranu Pani. Dari atas tebing melihat kebawah luar biasa indah sekali. Sepanjang sejarah di Bromo hanya mobil Toyota Hardtop dobel gardan yang bisa menembus jalan setapak. Dan kami berhasil menembus jalan ini dengan mengunakan BMW X5. Walaupun resiko baret baret harus kami terima. Tetapi semua terbayar dengan indahnya dari atas tebing. . . [caption id="attachment_134404" align="alignleft" width="300" caption="Disamping kiri mobil adalah tebing terjal, sedangkan di kanan mobil adalah jurang. Tidak bisa mundur lagi hanya harus maju terus.i adalah tebing."][/caption] Dari lautan pasir menuju atas tebing yang akan menembus Jember atau Malang harus melewati jalan setapak yang sangat kecil. Kami tertantang untuk menembus jalur ini dan kamipun berhasil. Didaerah ini pasirnya seperti bedak dan sangat halus. Apabila Toyota Hardtop tidak mengunakan dobel gardan, maka juga tidak akan berhasil naik ketas tebing. Sedangkan mobil kami mengunakan teknologi X-Drive dari BMW X5. . . . [caption id="attachment_134403" align="alignleft" width="300" caption="Felix sedang mengebut semaksimal yang bisa di lakukan oleh BMW-X5"][/caption] . Ada kalimat dari Felix : "Pa, mobilnya tidak layak digunakan di jalanan bagus, tetapi harus di uji coba di jalan alam" Maka Felix melakukan nya dengan  BMW-X5. ngebut, muter dengan kecepatan sangat tinggi, mengerem mendadak, memacu lagi dengan cepat. Semua kemampuan dan teknologi di kupas habis oleh Felix. . . . . [caption id="attachment_134405" align="alignleft" width="300" caption="Pulang melewati Ranu Pani - Lumajang - Jember - Banyuwangi menuju Bali"][/caption] . Setelah dengan hati yang luar biasa bahagia melihat gunung tercantik di Pulau jawa, juga kami sangat bahagia telah diterima dengan suasana kekeluargaan oleh keluarga bapak Keno. Saat ini Luluk, putri sulung Bapak Keno bertugas di sekolah dan gereja. Herry baru saja menikah dan istrinya sedang hamil beberapa bulan. Yohannes anak terakhir masih sekolah.

  • Istri bapak Keno sebagai ibu rumah tangga.
  • .
  • .

Tak terasa waktu telah berlalu. Setelah kami menikmati matahari terbit dan foto dikawah pasir, maka kami kembali ke warung bapak Keno untuk istirahat. Sejenak, setelah semua persiapan barang dikemas dan makan pagi, maka kami siap siap menuju Bali. Pulang menuju Bali sengaja kami tidak balik ke arah Pasuruan lagi, tetapi kami minta diantar oleh Bapak Keno melewati kawah pasir lagi terus naik keatas tebing yang hanya jalan setapak menuju Danau Ranu Pani. Tembus ke Lumajang - Jember dan Banyuwangi menuju Bali. Sudah berkali kali kami singgah di Bromo dan pasti suatu saat kami akan kembali ke rumah kami di Bromo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun