Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Money

Makna Jeruk Imlek pada Petani Jeruk

17 Januari 2012   15:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13268123181987782471

[caption id="attachment_156776" align="alignleft" width="300" caption="Jeruk sebagai lambang emas, kemakmuran dan berhasil dalam usaha (Foto sumber google)"][/caption] Imlek sudah tinggal beberapa hari lagi. Walaupun jeruk import China sejak lama sudah membanjir di Indonesia, tetapi pada saat menjelang Imlek pun lebih menjadi jadi. Harganya pun ada yang Rp. 4.000 per kilogram sehingga banyak yang berbondong bondong membeli nya. Belinya ber-dus dus maupun berkilo kilo.

Dalam budaya China, jeruk sering kali disajikan dalam upacara sembayangan, baik dirumah, di vihara maupun dibagi bagi.

.

.

Kebiasaan membagi jeruk bukan saja saat imlek tetapi juga pada hari hari biasa. Artinya jeruk tidak lagi hanya di sajikan untuk para dewa dewi dalam budaya China.

Saya tidak paham bahasa mandarin tetapi dijelaskan oleh orang tua saya bahwa jeruk adalah “bahasa lambang”. Karena bunyi kata (pe-lafal-an) dalam bahasa China, hampir mirip antara EMAS dan JERUK. Selain itu, hampir sama pula artinya dengan mampu berkembang, berbiak, menjadi banyak. Dalam kenyataannya bahwa jeruk kaya akan vitamin dan serat. Maka kompletlah arti jeruk dalam arti bunyi kata, warna seperti emas maupun kaya vitamin dan serat.

Sehingga dalam perayaan imlek, orang China tidak tanggung tanggung membuatkan pohon uang. Ang Pao pun selain jeruk dibagi bagi. Kurang apalagi ? Uang dan Emas yang dibagi bagi. Dengan harapan bahwa keluarga dan sanak saudara, maupun kerabat hendaknya selalu di berikan rejeki, usaha yang berlimpah dan makmur.

Teman saya mempunyai gudang yang sangat luas dengan system pendingin untuk buah. Sejak Desember tahun lalu sudah penuh disewa oleh pengusaha import jeruk dari China. Menurut mereka harganya bisa sekitaran Rp. 2.000 an per kilo. Bahkan saat banjir jeruk, harga bisa dibawah itu. Saat berdiskusi, tercetus ucapan saya : “Dimana Jeruk Lokal Indonesia ?”. Nyatanya tidak ada jeruk lokal nya !

Saat saya kembali kerumah, saya cari dari data dari mbah Google, dan tertulis sbb : Pada tahun 2004, luas panen jeruk mencapai 70.000 ha dengan total produksi sebesar 1.600.000 ton, sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk dunia ke 13 setelah Vietnam. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b3jeruk

Pada saat hari minggu kemarin saya kedatangan teman yang berjualan dipasar tradisional. Awalnya teman saya menjual kue basah maupun buah buahan. Tetapi sejak sekitar dua tahun terakhir sudah beralih menjual produk import. Baik produk biskuit, minuman kaleng atau buah import. Alasannya sangat ironis “produk lokal sudah tidak di lirik pembeli dan harganya sudah murah merata sehingga tidak ada untungnya lagi”

Bila saja import jeruk harganya lebih murah tetapi rasanya lebih manis, apa yang akan terjadi dengan industri jeruk Indonesia?. Apalagi di banjirkan jeruk China terus menerus. Di Indonesia, bercocok tanam jeruk adalah sebagai usaha. Sedangkan teman saya mengatakan “Di pinggir jalan toll China banyak pohon jeruk dan buahnya dibuang buangin karena terlalu banyak”. ( Tentu saja kondisi ini pada musim jeruk di China.) Bila saja import jeruk mematikan petani lokal, maka apa artinya lambang jeruk untuk petani jeruk Indonesia ? Belum lagi dengan teknologi masa depan di negara maju, bahwa benih jeruk transgenik telah mereka kuasai dengan baik. Bila saja suatu waktu petani Indonesia di berikan benih unggul, pastilah sang petani akan membeli benih unggul. Maka lingkaran setan usaha tani terus akan menjadi makin parah karena harus beli benih unggul, beli pupuk, beli obat serangga dan lain lainnya. Dengan kata lain tetap saja Indonesia kalah dalam nilai jualnya. Tahun 1995an, saya pernah ikut serta melihat kehebatan bioteknologi di LIPI Cibinong dan Eijkman Institute. Dan kami pernah membahasnya dalam judul Bioteknologi Indonesia untuk majalah sains dan popular AKUTAHU. Di tahun itu saya yakin, bahwa Indonesia tidak kalah hebat dalam penelitian agrobisnis.

Semoga saja benih unggul jeruk Indonesia bisa bersaing dengan jeruk China dan mampu melambangkan makna jeruk seperti pohon uang dalam perayaan imlek di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun