Mohon tunggu...
Sembodo Nugroho
Sembodo Nugroho Mohon Tunggu... Peternak - Master of Animal Science

Bersepeda adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya, dengannya bisa mendapatkan tubuh yang sehat, inspirasi baru untuk dibagikan dan menikmati kesegaran udara dengan bonus pemandangan nan indah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tragedi Itaewon, Belajar dari Euforia yang Berujung Tragedi

31 Oktober 2022   07:37 Diperbarui: 31 Oktober 2022   07:42 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com

Akhir-akhir ini kita sangat dikejutkan dengan beberapa tragedi yang menewaskan banyak korban jiwa, mulai dari tragedi kanjuruhan di Malang yang menewaskan 132 Korban jiwa dan kemarin lusa di Itaewon, Korea yang menewaskan 154 Korban Jiwa.  Saya secara pribadi turut berbelasungkawa atas kepergian saudara kita, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan, Aamiin... 

Kejadian tragedi tersebut merupakan pelajaran bagi kita semua untuk mengelola rasa euforia berlebih dari dalam diri, terlepas dari semua kekurangan antisipasi tekhnis yang menjadi triger banyaknya korban jiwa yang berjatuhan.  Saya sebut sebagai euforia berlebih, karena banyak orang di penjuru dunia yang ingin mengekspresikan diri dan larut dalam lautan keramaian manusia akhir-akhir ini.  Seolah burung yang lepas dari dalam sangkar kemudian terbang bebas ke sana kemari dengan riangnya.   

Pandemi covid 19 selama dua tahun terakhir dengan berbagai pembatasan aktiftitas sosial, membuat orang merasa terbebas dari sebuah belenggu.  Dampaknya, kegiatan-kegiatan yang bersifat euforia dan bermuara banyak orang menjadi tempat paling indah bagi kebanyakan orang saat ini.  Rasa penasaran dan ingin berjumpa dengan banyak orang setelah sekian lama terbelenggu oleh keterbatasan membuat semuanya terbayarkan saat ada event-event yang rame untuk bersorak horaiii... Seolah untuk merilis emosi selama dua tahun yang sudah terbendung dan terkubur selama dua tahun karena covid 19.   

Kalau kita menilik sebelum pandemi covid 19, event semacam pesta hallowen, konser musik, dan menonton bola adalah sebuah hal yang biasa dan terkontrol dengan baik, entah dari tata kelola tekhnis yang matang dan rapih, juga emosional peserta atau penonton yang lebih dewasa, membuat ruang terbuka tetap terbuka dan tidak tertumpuk saling menindih satu sama lain, bahkan hingga berinjakan.  

Pasca pandemi, kanal-kanal hiburan di berbagai penjuru terutama yang menjadi tempat berkumpul banyak orang menjadi sangat diminati, terlebih dengan model festival yang banyak menarik perhatian banyak orang.  Ditambah dengan antisipasi panitia dan keamanan yang sepertinya ikut serta terbawa suasana, sehingga lupa melakukan pembatasan peserta dan mitigasi dalam sebuah kegiatan.  

Apapun, itu semua adalah wasilah untuk belajar bagi kita semua agar dapat  mengontrol emosi euforia berlebih dan juga bagi pihak panitia dan keamanan dalam menyelenggarakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang, lebih baik dibatasi jumlah pesertanya demi keamanan bersama dan menjaga ketertiban umum.  Kalau sudah terjadi seperti ini, yang ada hanyalah penyesalan karena tidak bisa mengantisipasi kejadian tersebut sebelumnya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun