Mohon tunggu...
Dohirul Amri
Dohirul Amri Mohon Tunggu... -

ayah seorang anak, anak seorang bapak, putra seorang lelaki dan cicit dari nenek

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maicih, Kejar Daku Biar Kutangkap

4 Juli 2011   15:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, Minggu, (3/7) – Matahari masih bersembunyi dibalik kabut. Hawa dingin menusuk tulang. Gigi geraham bergeretak saling adu akibat getaran dagu. Pagi ini, sesuai informasi yang berhasil dilacak “twitter”, Infomaicih tengah bergentayangan di jalan Pati Ukur, Bandung, depan Rabbani. Sang jenderal hanya menunggu dari jam 10. Hasil penjualan akan dipergunakan untuk kegiatan bhakti sosial.

“Tidak masalah sang jenderal menunggu berapa lama, yang penting ada bawa keripik ngga ya,” pinta orang rumah yang dari semalam merajuk meminta memata-matai gerak-gerik sang jenderal yang hanya bisa dipantau pergerakannya melalui situs jejaring sosial twitter. Orang rumah pun sudah mewanti- wanti jika ketemu Maicih, beliin level tiga sampai lima, masing-masing dua bungkus!. Titah yang sulit untuk dijawab kata tidak, apalagi sampai berbantah lebih panjang.

Maka demi Maicih, demi orang rumah, demi anak dan terutama demi memuaskan dahaga rasa penasaran, pagi ini, subuh buta aku mandi mengguyur badan hingga menggigil agar wangi dan rapi saat bertemu Maicih.

Maicih kerupuk pedas "aseli" Bandung dengan peringkat rasa pedesnya mulai dari level tiga hingga yang paling pedes level sepuluh, telah menggegerkan seantero nusantara. Jadi tanpa tedeng aling-aling, akan kuburu kemanapun dikau pergi.

Sepertihari ini, pagi-pagi sekali harus standby, karena takut stock yang dibawa sang jenderal (panggilan buat tenaga penjualan-red) habis sebelum kebagian. Jangan sampai bencana malam sebelumnya terulang. Maicih yang bergentayangan dijalan Raden Patah, kandas, ludes diserbu remaja yang sedang malam mingguan.

“Ayo,icihers yang warga disekitarnya ada yang membutuhkan pelayanan kesehatan gratis bisa datang ke halaman Rabbani,jalan Dipati Ukur,”dentang twiiter berikutnya. Jalanan sepanjang Setiabudi - Sukajadi,Dago via Siliwangi makin terasa berat dan berharap agar masih ada yang tersisa.

Sesampainya di TKP, ternyata sudah setumpuk pembeli yang datang. Wajah sumringah dan puas terlihat jelas. Yang sakit mungkin langsung sembuh, meski tidak harus menjalani pemeriksaan di pos pelayanan kesehatan Maicih. Sayang beribu saying, dagangan jenderalhanya menyisakan sedikit pilihan. Keripik pedas dengan level terendah saja yang tersisa. Apa boleh buat, langsung disikat minta diikat empat.

“Pedesnya ngga seberapa,” ujarIlmi, sambil merepet “pagi-pagi kok ngasih yangpedes-pedes”. Tapi lain lagi dengan Aip, "enak, oi. Kalo pagi-pagi makan pedes biar nambah semangat,”.

Beragam komentar, tapi rasa pedes Maicih belum juga ketemu. “Ini kan baru level tiga, gimana yang level sepuluh ya,” pinta orang rumah.Maka perburuan maicih masih harus berlanjut. Apalagi saat ini di twitter ada Infomaicih, ada juga yang Maicih saja. Sedangkan dilapangan bahkan berjibun peniru aksi Maicih dengan beragam nama mulai dari Mbah Gayus, Si Utun dan sebagainya. Cara berjualannya juga sama, memanfaatkan kendaraan seperti Daihatsu Xenia, Toyota Avanza, Honda CRV dan bahkan kendaraan mewah sekelas Mercy. Uang bukan masalah,tempat jualanjuga bukan masalah,apa mau di Bandung, Ciputat, Bogor,Jakarta, Bekasi, Medan, Bali, Makasar dan bahkan sudah nyasar ke Dubai juga bukan masalah. Apalagi soal "aseli" atau bukan juga bukan masalah, yang penting keripiknya pedes. Poool Hot, nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun