Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mantan Supir Pejabat

23 September 2010   20:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam sebuah keluarga yang berkecukupan, lahirlah empat orang anak laki-laki. Anak pertama hingga anak ke tiga, adalah manusia pembelajar yang cukup gemilang. Tak heran jika mereka bertiga dikaruniai hidup yang sukses luarbiasa. Baik dalam pendidikan, karir, maupun kehidupan berkeluarga. Sungguh membanggakan orang tua mereka.

Tak demikian halnya dengan anak paling bungsu alias bontot. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di tengah kesuksekan tiga orang kakaknya, ia malah terjerat narkoba. Jangankan sukses dalam pendidikan, SMU saja ia tak lulus. Kendati sudah diusahakan oleh orang tuanya dengan berbagai cara dan upaya, namun bagaikan panggang jauh dari api. Nampaknya keadaan tak berpihak pada si bungsu.

Hmmm, simbiosis mutualisma (www.Google.com)

Ya, sudahlah! Jika menjadi orang sukse dalam karir dan pendidikan tak dapat diraih, mbok ya minimal terlepas dari jeratan narkoba. Ya, dan ternyata berhasi.l Ia pun terbebas dari penyakit momok masyarakat itu.

Nah, sekarang tibalah saatnya bekerja. Tapi pekerjaan apa yang cocok buat si bungsu? Nasib baik perlahan menghampirinya.

Sebuah peluang menjadi supir pada sebuah keluarga diperoleh. Beruntung ia mendapatkan majikan seorang pejabat tinggi Negara. Di samping berfungsi sebagai supir keluarga, supir bagi sang pejabat, ia juga telah diangkat ajudan pribadi oleh sang majikan. Hal itu ia dapatkan karena bekerja dengan pengabdian yang baik.

Ternyata menjadi supir untuk seorang pejabat tinggi Negara tidak semudah yang dibayangkan. Untuk itu ia harus menjalani berbagai pelatihan (training). Namun ternyata ‘paksaan’ dan ‘tak ada pilihan’ membuatnya semakin baik. Professi ini dilajaninya dengan sepenuh hati.

Suatu saat, Bang Ali demikian panggilannya, mengalami pemutusan hubungan kerja. Dan akhirnya bekerja di rumah seorang teman saya, yang karir dan bisnisnya sedang menanjak. Pokoknya, teman ini sudah masuk kalangan milioner pemula.

Suatu saat saya berkesempatan mengobrol dengan Bang Ali. Dari hasil obrolan inilah saya mengetahui perjalan hidupnya, seperti yang saya bagikan dalam tulisan ini.

Saya terinspirasi betapa menjadi seorang supir saja orang dapat mencapai kesuksesan. Mengapa tidak, mulai dari restoran terkenal, hotel berbintang, butik terkenal, dan restoran kelas atas semua diketahuinya. Maklum bekas supir pejabat tinggi Negara. Bahkan lengkap dengan kontak personal untuk reservasinya.

Kompetensi ini pun diamini oleh teman saya. Jika ingin membeli sesuatu cukup bertanya pada sang supir. Sang supir menjawab,”Tenang aja, Pak”, atau “Tenang aja ,Bu.” Tak berapa lama mereka sudah tiba di suatu tempat. Mau beli Kue yang unik dan hebat? Ada. Mau pergi ke butik yang paling baik? Bisa. Mau restoran masakan Chinese? Bisa.

Pokoknya segala kebutuhan membina relationship dalam bisnis, dapat dijangkau dalam tempo yang singkat. Hal ini pula yang sangat membantu teman saya untuk menjamu para relasinya, sehingga tak jarang menuai pujian dari para relasi tersebut. Hmmm.. sebuah simsiosis mutualisma antara supir dan majikan.

Konon hal ini dapat dikuasai Bang Ali karena rajin mengingat dan mencatat. Makanya jangan heran, walaupun ia hanya seorang supir, ia sangat literate. Ia memiliki buku catatan yang rapih, hasil pengalaman bekerja pada seorang pejabat tinggi Negara.

Ini pengalaman lucu sekaligus berkesan bagi teman saya. Dalam sebuah acara pertemuan bisnis yang diadakan di sebuah gedung ternama. Sebagai bisnismen yang lagi naik daun, teman saya pun berkesempatan menghadirinya. Namun apa boleh buat, karena kemacetan di jalan raya, mereka terlambat tiba di lokasi.

Tak heran jika teman saya ini sedikit cemas. Bagaimana tidak, untuk memarkir mobil saja cukup sulit karena keduluan oleh pejabat tinggi yang reputasinya tak diragukan lagi. Namun apa yang terjadi?

Dengan sedikit “pendekatan” sang Supir dapat menggeser sebuah mobil seorang pejabat setingkat menteri, untuk kemudian dipakai untuk memarkir kendaraan boss-nya yang baru ini. Sejatinya mobil teman ini pun belumlah bagus-bagus amat seperti kendaraan yang barusan berhasil ‘diusir’ pindah. Apalagi posisi yang didapat sangat strategis dekat lobby, persisnya di pintu utama.

Ternyata hal ini kemudian menjadi buah bibir di kalangan para petinggi. Bagaimana mungkin seorang pebisnis pemula dapat menggeser parkir seorang pejabat senior?

“Biarin aja mereka pada bingung,” ujar bang Ali menambahkan ceritanya. Ternyata hal itu dapat ia lakukan, karena supir mobil yang berhasil ia gusur barusan adalah teman akrabnya. Mereka sering bertemu mana kala bekerja pada mantan bossnya dulu. Dengan sedikit ‘negosiasi’ antar sesama supir, maka mobil mewah itu pun bergeser dengan sendirinya. Sehingga jadilah teman saya parkir di tempat ‘terhormat’ itu.

Itulah salah satu kompetensi dari seorang supir. Hal ini pula yang membuat saya takjub dan berdecak. Masih banyak keandalan supir ini, yang tak mungkin kita bahas di sini. Namun percakapan saya dengan seorang supir ini, cukup member Inspirasi pada saya. Betapa kompetensinya sangat berperan mendukung karir majikannya, yang nota bene adalah teman dekat saya.

Seikat makna: Apa pun professi kita, kompetensi adalah sebuah keharusan. Buatlah pelanggan anda takjub dan berdecak.

Salam Inspirasi.

Catatan:

Tulisan ini bagian dari ” 100 Inspirasi SUKSES ” yang sedang saya kompilasi. Mohon komentar dan masukan dari para pembaca budiman. Atas masukannya saya ucapkan terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun