Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berguru Pada Batu Kali

27 September 2010   10:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada umumnya manusia silau melihat keberhasilan orang lain. Mereka heran ketika teman naik jabatan, terbelalak melihat teman yang menunggang mobil baru, takjub pada teman yang memiliki rumah besar dan mentereng. Intinya kita kerap berdecak kala seorang teman menjadi orang sukses. Terlepas apakah seseorang itu sukses menjadi pejabat pemerintah , professional, tokoh politik, atau pakar dalam satu bidang.

Namun pernahkah kita mengkaji bagaimana itu dapat terjadi? Bila kita ingin seperti mereka tahukah kita caranya?

[caption id="attachment_271102" align="aligncenter" width="500" caption="Wastafel batu kali (http://transmodern.indonetwork.net)"][/caption]

Suatu ketika saya mengambil sebuah batu kali di sebuah muara sungai. Muncul pertanyaan dalam benak saya, “Mengapa batu kali ini berbentuk bulat, lagi halus permukaannya?, siapakah gerangan yang mengerjakannya?”

Masih dalam rasa penasaran, tak sengaja terlihat sebuah batu yang terbawa dalam arus sungai. Batu itu terpelanting kesana kemari, terombang-ambing, hanyut dalam arus yang begitu derasnya.

Ohhh begitu…fenomena itu memberi pencerahan bagi saya . Ternyata batu kali yang ada di tangan saya diperkirakan berasal dari hulu. Sebagaimana batu yang barusan saya saksikan. Mungkin ia telah telah berjalan puluhan kilometer. Mungkin pula wujudnya tajam dan kasar. Namun karena terbawa arus, terbanting-banting, tergerus kesana-kemari, akhirnya bentuk yang tajam dan kasar pada tubuhnya terkikis secara perlahan. Alhasil ia menjadi batu yang bulat dan halus permukaannya .

Kini ia ada di tangan saya. Sebuah batu yang mengagumkan. Ada kalanya mereka dijadikan batu cincin, ada kalanya dijadikan hiasan taman, pondasi bangunan, dan hiasan ukir. Singkatnya menjadi sesuatu yang berguna.

Pembaca budiman, demikianlah perjalanan hidup kita. Semua yang ada sekarang ternyata adalah hasil dari proses yang terjadi dari masa lampau. Tanpa proses terhempas , terbanting, terbentur, tergelincir, tak mungkin batu kali memiliki bentuk yang bulat dan halus.

Andai kata batu yang tajam dan berbentuk tak karuan dan kasar, diambil dari hulu kemudian dibawa ke hilir, maka tak terjadi perubahan apa-apa. Ia tetaplah batu yang kasar. Lagi-lagi pentingnya sebuah proses menggelinding dan terbawanya batu kali dalam arus deras sebuah sungai, membuktikan pada kita betapa tak enaknya sebuah perjalanan menuju kehalusan. Betapa tidak nyamannya menuju kesuksesan. Tak ada kesuksesan hakiki didapat dengan potong kompas. Semua butuh proses dan waktu.

Demikian juga dengan hanyutnya batu kali dalam arus sungai dapat kita maknai dengan derasnya arus informasi kekinian. Bila kita tidak mengikuti perkembangan jaman, pesatnya teknologi informasi, maka hanyutlah kita tanpa adanya perubahan yang berarti.

Tangisan,jeritan,teriakan,kepedihan,terjatuh,tersungkur,tergelincir,terjerembab adalah sebuah proses. Yang terpenting jangan lewatkan peristiwa itu tanpa makna, dan selalu anda ikuti dengan kebangkitan. Ada pesan tersirat dibalik semua peristiwa. Tingkatkan daya endus dan penciuman anda.

Yang pasti tak ada keberhasilan tanpa proses yang menyakitkan. Kerja keras. Boleh saja teman yang kita lihat tadi tak menggambarkan masa lalu mereka. Tapi percayalah, mereka telah melaluinya. Ingin Seperti mereka? Bergurulah dari mereka pula.

Salam Inspirasi.

Catatan : Tulisan ini salah satu dari "100 Inspirasi Sukses" yang sedang saya kompilasi. Atas tanggapan dan masukannya, saya ucapkan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun