Maksud saya menulisan dengan judul "Dahulu dan Sekarang" tak lain agar kita lebih menikmati kata kata merdeka pada HUTRI 76 ini. Tak sedikit orang yang apatis dengan kemerdekaan, namun saya tetap pada paradigma bahwa kemerdekaan ini harus dimaknai, dipandang, dan dilakoni sebagai anugerah dari Tuhan untuk bangsa kita. Alih alih memandangnya dari sudut pandang yang kurang baik (miring), berikut kita ulas perbedaan dahulu dan sekarang dari sudut pandang sederhana, tentunya seperti biasa seperti "gado-gado" yang diramu dari racikan tak terduga. He he...
Dahulu, pembeli dilayani oleh penjual. Sekarang, pembeli melayani diri sendiri. Lihat sendiri, ambil sendiri, bawa wadah sendiri pula. Dahulu pembeli adalah raja, sekarang penjual adalah raja. Kita mengantri mengantarkan uang ke kasir. Beberapa aplikasi dari hal ini dapat kita lihat di gerai Alfamart dan Indomart yang marak di seantero Nusantara. Makna kemerdekaan: tidak selamanya dalam kemerdekaan ini kira terus menjadi Raja. Kita harus meletakkan harga diri demi kebaikan semua. Harga diri (ego) harus dikalahkan harga kebersamaan (sosial, komunitas, masyarakat, negara).
Dahulu, kita menanak nasi dengan periuk besi, lalu air tajinnya dibuang, diangon menggunakan kayu arang di dekat tungku. Setelah nasinya tanak, lalu dikipas-kipas hingga dingin, barulah dikonsumsi. Sekarang, menanak nasi menggunakan "Magic Jar" (magic com). Akibatnya apa? Banyak orang menderita penyakit gula karena pertama, air tajin tidak dibuang terlebih dahulu, dan kedua, dikonsumsi pada suhu yang panas. Cilakanya ternyata nasi panas meningkatkan kadar gula nasi itu sendiri. Makna kemerdekaan: Modernisasi tidak selamanya baik bagi kita, khususnya kesehatan. Perlu inovasi dalam hal tanak-menanak nasi ini dengan metode yang berbeda. Anda punya ide?
Dahulu naik Vespa dan Bemo. Sekarang naik scooter/motor matic dan Avanza. Vespa dan Bemo hilang, diganti motor matic yang praktis tanpa kopling. Demikian kendaraan roda empat secara drastis bergeser dari manual ke matic. Oleh karena kemacetan jalan dewasa ini maka kendaraan ini dirasa menjadi solusi. Tidak perlu mengoper persenelling setiap perubahan kecapatan.  Hal ini membuat keberterimaannya baik di tengah masyarakat. Makna kemerdekaan: Improvement,inovasi, solusi sangat ditunggu-tunggu di tengah masyarakat. Adakah inovasi Anda?
Dahulu, banyak tauke karena menjadi loper koran. Sekarang, loper koran/ loper majalah entah kemana, agen koran entah kemana, bahkan agen iklan pun telah bubar. Inilah korban digitalisasi media. Jaman sudah paperless, tak perlu lagi media cetak. Banyak teman yang dahulu merasa nyaman menjadi Biro Jasa agen periklanan untuk melayani media cetak main stream seperti Kompas, Suara Pembaruan, Jawa Pos dll yang gulung tikar. Bahkan tak sedikit yang kehilangan bisnis karena orang tidak lagi membeli koran dan majalah cetak. Bahkan akibat digitalisasi ini tak pelak membuat pengusaha agen kertas koran banyak yang bangkrut. Makna Kemerdekaan: Jangan nyaman pada posisi dan kondisi Anda sekarang. Bersiaplah digilas perubahan, bersiaplah bermanuver untuk move on pada bisnis yang baru. Cara berbisnis dan cara hidup manusia akan selalu berubah dengan cepat.
Dahulu, BBM adalah andalan untuk kendaraan bermotor. Sekarang, kita memasuki era mobil dan motor listrik. Hal ini akan menggeser negara kaya yang tadinya didominasi negar-negara Timur Tengah. Timur tengah yang saat ini sedang nyaman-nyamannya menikmati kekayaan petro dollar rela tidak rela harus move on untuk mencari pemasukan selain minyak berbasis fosil. Sebaliknya Indonesia harus bersiap diri menggantikan posisi mereka karena di negara kita terdapat banyak deposit Nickel yang menjadi bahan utama baterai listrik. Makna kemerdekaan: Tidak ada kenyamanan yang abadi dalam ekonomi dan bisnis. Khususnya pemain Knalpot harus bersiap-siap mencari ladang bisnis lain karena motor dan mobil listrik tidak menggunakan kenalpot...he he. Alih alih menyumpahi keadaan, lebih baik move on pada bisnis lain, misalnya sentra charging baterai motor listrik.
Dahulu, hal yang kita khawatirkan dalam stabilitas adalah politik, banjir, dan bencana alam lainnya. Boleh dibilang selama bertahun tahun kita nyaman dalam berbisnis dan berkehidupan. Sekarang semua kenyamanan itu dirampas oleh  Covid-19.  Siapa sangka Virus yang begitu kecil dapat memporak-porandakan bisnis perhotelan dan pariwisata tanpa ampun? Demikian juga bisnis pada sektor lain, bahkan negara pun terdampak berat olehnya. Tak pernah terpikir oleh pemerintah untuk mempersiapkan ruang-ruang bertekanan negatif (negative pressure) sebagai ruang isolasi pasien Covid di setiap Rumah Sakit. Hal ini menjadikan peluang baru karena kebutuhan Air Cleaner dan Hepa Filter tiba tiba melonjak. Kita kalut dan takut menghadapi kondisi ini.  Namun akhir-akhir ini muncul  titik terang dengan adanya Vaksinasi yang saat ini sedang dilakukan percepatan.  Semoga negara kita segera mencapai herd Immunity dengan dicapainya minimal 70% rakyat yang tervaksinasi.
Jaman akan selalu menuntut kita untuk berubah, sementara perubahan membuat kita menjadi manusia yang lentur dan dinamis. Dahulu menjadi sekarang, sekarang akan menjadi masa depan. SELAMAT BERUBAH. MERDEKA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H