Mohon tunggu...
Doharman Sitopu
Doharman Sitopu Mohon Tunggu... Penulis - Manajemen dan Motivasi

Seorang Pembelajar berbasis etos , Founder sebuah lembaga Training Consulting, Alumni YOKOHAMA KENSHU CENTER--JAPAN, Alumni PROAKTIF SCHOOLEN JAKARTA, Penulis buku "Menjadi Ghost Writer"--Chitra Dega Publishing 2010, Founder sebuah perusahaan Mechanical Electrical (Khususnya HVAC), Magister dalam ilmu manajemen, Memiliki impian menjadi Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Macan - Imlek, Kasih sayang,dan Emosi

11 Februari 2010   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_72368" align="alignleft" width="264" caption="control your emotion ( From google )"][/caption]

Tulisan ini terinspirasi saat mendengar talk show tadi pagi di Radio Smart FM Jakarta. Narasumber Talk show-nya dibawakan oleh Pak Anthony Dio Marthin, seorang pakar kecerdasan Emotional.

Sehubungan moment Imlek dan Valentine’s day yang tinggal beberapa hari lagi, maka narasumber mengambil thema yang sesuai dengan kedua moment tersebut.

Imlek bertajuk tahun macan sesuai dengan tarikh China, sedangkan Valentine’s day bertajuk kasih sayang. Emosi adalah karakter khas macan ( baca: terdapat juga dalam diri manusia ) yang perlu dikendalikan.

Sungguh jeli Pak Anthony memilih thema ini, karena ternyata beliau dapat menarik benang merah dari moment-moment tersebut . Dalam hati saya muncul pertanyaan, “Apa hubungannya macan dengan kasih sayang?”

Illustrasi seekor Rubah dan Macan

Sebuah illustrasi tentang seekor rubah yang karena kakinya mengalami gangguan, memaksa sang rubah harus tergeletak di sebuah gua. Jangankan untuk mencari makan ke luar sana, bergerak barang sedikit saja ia tak mampu.

Namun suatu fenomena yang mengagumkan, sang rubah dapat bertahan dalam jangka waktu panjang di dalam gua tersebut. Sehingga seorang petani heran mengamati kejadian itu. Dalam hatinya sang petani bertanya, “Mengapa rubah ini dapat bertahan hidup, bukankah saban hari ia hanya tergeletak di gua itu?”, “Bagaimana ia memperoleh Makanannya?”

(melihat sang rubah yang tak perlu bekerja namun dapat menyambung hidupnya, emosi si petani mulai terpancing, “mengaparubah dipelihara Tuhan kendati tak perlu bekerja?”, berbeda dengan dirinya yang harus membanting tulang agar dapat menyambung hidup )

Singkat cerita, dugaan petani ternyata meleset, ternyata setiap sore, seekor macan membawakan makanan berupa daging untuk diberikan pada sang rubah. Itulah jawaban yang diperoleh sang petani terhadap pertanyaannya sendiri.

[caption id="attachment_72373" align="aligncenter" width="300" caption="Teduh penuh kasih sayang (dari google)"][/caption]

Macan yang kita kenal adalah seekor binatan buas, pemarah dan sering dijuluki penguasa hutan, ternyata memiliki kasih sayang yang begitu tinggi. Begitu tulus. Sehingga ia rela berkorban mengurangi jatah makannya setiap hari, demi kelangsungan hidup rubah yang nota bene berbeda species dengannya.

Ternyata macan adalah hewan beremosi tinggi namun menghargai perbedaan, dan memiliki welas asih yang sangat tinggi. Bagaimana Ia mengendalikan Emosinya?

Pada umumnya emosi dapat timbul karena 5 hal berikut ini, diberitahu untuk dihindari dalam rangka mengendalikan emosi kita.

[caption id="attachment_72376" align="alignright" width="277" caption="awasi macan anda"][/caption]

1. Hindari : Enlarging upon… (membesar-besarkan )

Hindarilah untuk membesar-besarkan hal-hal kecil, masalah sepele, hal remeh temeh. Sebaliknya biasakanlah diri kita untuk memperkecil masalah yang besar berdasarkan solusi dan konklusi. Bagaimana agar dapat berubah ( become ) manusia yang berorientasi pada solusi?

Tanpa malu-malu kita harus ingat cerita di atas, macan saja dapat mengendalikan emosinya, masakan manusia tidak mampu? Malu dong sama macan. Yang kedua, belajar untuk melupakan hal-hal kecil yang berpotensi mengundang amarah.

[caption id="attachment_72379" align="alignleft" width="300" caption="selamat hari kasih sayang"][/caption]

2. Hindari : Mind Leading (menebak-nebak )

Seringkali dalam sebuah pembicaraan, di mana orang belum selesai berbicara, kita sudah menebak maksud orang itu. Padahal tebakan kita bisa saja salah. Kebiasaan menebak-nebak , apalagi menebak sesuatu yang negative dapat membangkitkan emosi kita. Jangan mencontoh si petani dalam illustrasi di atas, yang menebak sesuatu tidak berdasarkan fakta nyata.

3. Hindari : Fortune Telling ( meramal sesuatu yang negatif )

Apa bila melihat beberapa orang sedang berbicara, kita mengira mereka sedang membicarakan kita. Hal ini membuat kita kehilangan akal sehat. Kita bertindak bak dukun sakti yang dapat meramal pembicaraan orang, padahal mereka sedang berbicara hal yang lain sama sekali. Hindarilah berasumsi tentang orang lain. Asumsi cenderung negatif, oleh karenanya dapat membangkitkan emosi .

[caption id="attachment_72381" align="alignright" width="300" caption="katakan dengan bunga"][/caption]

4. Hindari : Labelling

Belum apa-apa, kita telah memberi “cap” atau me-“label” seseorang. Misalnya men-cap bodoh lah, lelet lah atau cap cap yang membuat emosi kita terpancing. Hendaknya label-label yang ada dalam memory kita di-reset dahulu sebelum segala sesuatunya dimulai.

5. Hindari : Should be

Biasanya orang tua mengharapkan anaknya menjadi sesuatu. Sehingga mendikte anaknya harus menjadi ini dan harus menjadi itu. Hindarilah memaksa seseorang dengan kata-kata “seharusnya”, karena itu dapat menumbuh kembangkan emosi anda.

Akhirnya, dengan adanya moment Imlek yang bertepatan dengan shio macan, dan moment valentine’s day, kita berusaha keras mengendalikan emosi kita, agar dapat memberikan kasih sayang pada yang layak menerimanya, dan demi kesuksesan kita pada tahun ini.

Salam Macan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun