[caption id="attachment_56344" align="alignleft" width="300" caption="Ironi dan kontroversi kemewahan itu"][/caption]
Judul tulisan ini saya ambil dari judul OPINI seorang penulis bernama Ivan A Hajar di KOMPAS minggu, terbitan 16 Januari 2010 yang lalu. Ada dua hal menarik dalam tulisan itu.
Hal pertama mengenai mobil dinas pejabat yang super mewah itu, dan yang kedua tentang penanaman sejuta pohon di India dengan rencana, pelaksanaan, dan pengendalian yang penulis nilai berhasil. Tidak demikian halnya di negri kita, yang seyogiyanya sudah panen tahun ini, karena telah digembar-gemborkan pada tahun 2003 yang lalu. Namun hasilnya masih tanda tanya besar.
Selaku insan otomotif, saya tidak berkompeten membahas pohon dan segala permasalahanya seperti pemerintaha India yang piawai membuat konsep yang berhasil itu.
Untuk itu, kita ulas mobil mewah Toyota Crown Royal Salon 3000 cc, yang diberikan kepada setiap pejabat setingkat menteri serta lembaga tinggi Negara itu saja ya!.
Ivan A Hajar menyebut pemberian ini sebagai perilaku yang ironis dan kontroversial dengan pernyataan Presiden SBY, yang bertekad mereduksi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020.
Namun kebijakan itu ditentang sendiri oleh pemerintahannya, melalui pembagian mobil mewah yang boros bahan bakar. Sungguh tidak relevan, dan hal ini adalah kontroversi pertama yang dilakukan oleh pemerinyahan SBY menjelang pergantian tahun 2009 ke tahun 2010.
Coba kita pikir dengan logika awam saja. Apakah tidak ada mobil yang cukup irit namun pantas, dengan harga “merakyat” untuk dijadikan “kereta kencana” bagi pejabat?Merakyat dapat diartikan berarti sama dengan yang dipakai rakyat sehari-hari di jalanan. Sebut saja Kijang Inova atau brand lain yang notabene hasil rakitan dalam negri. Saya rasa akan lebih membanggakan apabila digunakan oleh pejabat negri ini.
Bisa saja sekedar berbeda setingkat dari rakyat, dipesankan khusus pada pabrikan dalam negri agar dibuatkan special edition dengan versi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan pejabat . Bisa dengan interior yang diperkaya, suspensi yang diperhalus, atau peredaman suara yang ditingkatkan. Toh dengan cara ini dapat pula meningkatkan kretifitas anak bangsa dalam inovasi.
Manakala mencoba melihat perakitan mobil di Sunter dan Karawang sana, seorang pekerja hingga pensiun belum tentu dapat membeli barang sebuah mobil pun, padahal ia harus terlibat dalam perakitan500 unit mobil dari 1000 unit yang ditargetkan setiap harinya. Dengan sedikit berempati, dapat diduga kekecewaan dalam hati mereka melihat pejabat menggunakan mobil mewah itu, yang notabene dalam pembuatanya tidak melibatkan teknisi lokal sama sekali.
Mungkin tidak demikian, apabila mobil hasil rakitannya itu , digunakan Pak Menteri, atau Ketua KPK.Mereka merasa Jerih Juang mereka akan lebih dihargai, sesuatu yang membuat mereka bangga. Hal itu akan membuat hati mereka berbinar-binar dan menambah produktifitas mereka.
Penghadiahan mobil dinas ini memancing berbagai pertanyaan dan pernyataan yang menggelitik,”Apakah para pejabat tidak risih duduk di dalam mobil yang mungkin menggunakan jok kulit itu, dengan tiupan A/C yang lembut, kabin yang kedap suara, kenyamanan yang menina bobokan, dan sejuta kemewahan yang saya pun tidak dapat ceritakan karena memang belum pernah naik mobil semewah itu?
Belum lagi fasilitas berupa supir, biaya perawatan, dan jatah BBM yang tanpa batas, kendati fasilitas itu digunakan untuk urusan pribadi, dan digunakan di luar jam kerja?Sedangkan masih banyak di luar sana saudara-saudari kita yang untuk makan saja masih perlu ngirit mengencangakan ikat pinggang, atau harus banting tulang hanya untuk mendapatkan sepiring nasi, sekedar pelepas rasa lapar?
Apa tidak ada seorang pejabat pun, yang benar-benar memerdulikan nasib rakyat, sehingga memberi respon yang “peduli” terhadap kado akhir tahun 2009 itu?. Misalnya dengan cara menolak dan memulangkanya kepada pemerintah, dan memilih memakai Kijang untuk dijadikan kendaraan dinasnya?
Andaikan seorang pejabat melakukan hal di atas, dengan tulus dan tidak hanya sekedar basa-basi, maka integritas pemimpin dan pejabat itu akan ditempatkan di bilik hati rakyat yang paling dalam.
Tapi karena sudah bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan pejabat yang duduk sekarang adalah orang “cari makan” dan “cari kursi”, maka jok kulit Toyota Crown yang demikian empuknya, tak kuasa untuk tidak didudukinya segera. Sebagaimana seseorang yang haus akan sebuah “kursi” jabatan tertentu, maka untuk berdiri sejenak saja akan membuatnya was-was, takut kursinya di ambil orang lain.
Hal ini sangat berbeda dengan seorang pemimpin sejati yang datang ke sebuah hajatan, kemudian memilih tempat duduk di belakang. Tiba-tiba datanglah si empunya hajatan untuk mempersilahkanya duduk di kursi kehormatan di depan. Inilah tipikal pemimpin sejati. Tidak haus kedudukan dan kursi empuk.
Duduk terus menerus di dalam mobil akan punya banyak ekses. Ekses yang pertama adalah ekses ketidakperdulian yang diakibatkan kedap suaranya kereta kencana itu. Sehingga sekeras apapun rakyat berteriak, maka kekedapan akan menutup telinga si pejabat yang sedang duduk manis di dalamnya. Terlebih lagi jika sedang asyik dengan situs jejaringnya, atau SMS-nya, bahkan siaran televisi luar negrinya.
Ada lagi ekses nyaman-nya kendaraan ini, jalan yang bergelompang pun tidak akan terasa, sehingga silahkan saja jalan berlubang-lubang, dan laik tanam pohon pisang, pejabat tetap lewat dengan nyaman dan tentram di dalam mobil mewahnya. Paling rakyatlah yang merasakan akibat rusaknya sarana transportasi itu di atas angkot dan sepeda motornya. Merasakan tingginya biaya perawatan kendaraan yang diakibatkan jalan berlubang, kendati membayar pajak kendaraan dengan tepat waktu, kemudian biaya tambahan berobat ke dokter akibat sakit pinggang dan ambeien.
Akhir kata, kepada saudaraku Ivan A Hajar , terimakasih atas kepedulian anda menyoal dua topik di atas, sehingga mampu membuat dada ini sesak, dan ingin meledak rasanya. Namun tidak tahu bagaimana melampiaskan, kecuali menuliskanya. Semoga dibaca semua pihak terkait, dipikirkan, dan diterjemahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maaf kalau saya emosional, semoga saya dapat terus-menerus mengendalikan emosi melalui media yang bermanfaat ini.
Belajar bukan hanya dari negeri China, India pun layak dijadikan bangsa pemelajar, bukankah Mahatma Gandhi yang terkenal dengan gerakan swadesi-nya berasal dari sana?
Kepada pejabat setingkat menteri serta lembaga tinggi Negara, saya ucapkan selamat menikmati fasilitas mobil mewahnya, dan remunerasi yang menurut saya sangat-sangat memadai, semoga kemangkusan Bapak-bapak semua dapat membayar kenikmatan itu, jika tidak anda akan dibiarkan oleh sang empunya hajatan duduk di bagian belakang.
Namun apabila anda menunjukkan integritas pada bangsa dan Negara, anda akan dipersilahkan untuk duduk dibangku paling depan.
Salam pembelajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H