Di era informasi dan gombalisasi ini dimana semua serba ada dan arus informasi bebas menghampiri mana pun di belahan dunia seperti Amerika, Eropa dan lain sebagainya sehingga budaya luar yang tidak ketahui menjadi kita ketahui bahkan kita mungkin kita terapkan sehari - hari contoh kecil seperti gaya hidup memakan fast food ala Amerika, berpakaian sexy modern ala majalah Amerika dan lain sebagai yang juga dibawa tidak langsung oleh artis ternama. Dan contoh kecil lainnya adalah tayangan tentang hal 2 yang berbau privasi dan gosip yang harusnya jadi rahasia kehidupan pribadi namun malah diumbar dipublik. Media yang memberitakan atau membawa acara terkait unsur tersebut juga laris di Indonesia dengan bertahannya acara itu dari dulu hingga sekarang sebagai bukti juga sebagian masyarakat Indonesia terutama remaja dan dewasa mungkin masih suka dengan tayangan itu.
Di Amerika Serikat, tayangan semacam ini pertama kali menarik perhatian penonton di Amerika dan kemudian dunia pada pertengahan 1990-an. Tayangan seperti Real World (MTV) dan The Changing Rooms, menarik perhatian penonton khususnya kaum muda. Tayangan - tayangan tersebut menampakan drama nyata dalam arti bukan fiksi secara menyeluruh ternyata bisa populer sama seperti menariknya tayangan operas sabun aka sinetron yang masih populer. Pada tayngan - tayangan itulah kenyataan dikomodifikasi sadar. Artinya kenyataan dinilai  punya nilai drama lebih tinggi daripada fiksi. Hal ini terjadi mungkin karena pada ssat itu penonton sudah bosan dengan pakem tayangan yang itu - itu saja terutama pakem pakem fiksi yang seolah sudah dieksplor habis oleh media hiburan Amerika.
Ini sangat mirip dengan reality show tentang tayangan yang mengundang kesedihan dari kisah warga yang kurang mampu yang selalu hadir di tv yang kadang mampu menguras air mata. Tayangan itu sama sama terdapat unsur komodifikasi dimana unsur kesedihan dan unsur kehidupan pribadi menjadi bahan komoditas dan konsumsi publik terutama yang remaja dan dewasa yang mungkin pernah atau lagi atau ingin mengalami itu untuk yang terkait unsur pribadi. Sedangkan unsur kesedihan membuat penonton ikut merasakan rasanya menjadi mereka itu seperti apa, semacam hiburan untuk menghilangkan segala kepenatan yang ada atau mungkin hanya ingin melihat hostnya yang ganteng dan cantik. Yah setiap tayangan pun punya sisi baik dan buruk bahkan untuk tayangan yang kurang baik sekalipun.
Dalam tayangan reality show seperti ini pula, penonton dibuat emosinya diombang ambing, dibuat gregetan, jengkel, penasaran, sedih, bahagia deg degan, takut, cemas dan lain lain sepertinya yang membuat penonton mungkin bisa betah kalau melihatnya. Para penonton merasa apa yang dihadirkan dalam tayangan sdeperti sebuah gambaran pengalaman yang pernah dihadapi oleh hidupnya sehingga membuat ia mungkin merasa baper kalau ada yang seperti itu atau mungkin saja mereka ingin belajar dari pengalaman orang lain agar tidak hadir dalam diri mereka. Seolah para penonton dijebak dalam hidup visual yang dramatis dimana mereka juga ikut merasaknnya. Tayangan sejenis yang pernah hadir di Indonesia misalnya, Katakan Putus, Temehek Mehek, Cinta Lokasi, Marry Me, Cari Cinta, dan lain sebagainya.
Namun disini yang menjadi pokok permasalahan adalah hal hal yang sebnarnya kurang pas diumbar ke publik menjadi sebuah kewajaran karena mungkin seringnya acara seperti ini hadir di Indonesia seolah sudah biasa dengan hal ini, dan efeknya yang mungkin kurang bagus bagi narasumber, klien atau mungkin talent yang sudah diskenariokan. Mungkin kalau itu talent dia mungkin aja dituduh berbohong bagi orang terdekatnya karena bermain bagi sosok lain seolah asli padahal fiksi, dan akan parah jika itu mungkin beneran orang asli yang punya masalah, dia mungkin saja jadi gunjingan publik, atau orang sekitar dia tempat tinggalnya, sukur kalau masih ada orang baik yang menyemangati dia dan selalu berpikiran positif terhadap permasalahannya, namun akan buruk bagi society yang demen tampil baik dari depan namun menggunjing dari belakang. Ini tentunya akan menghasilkan efek psikologis yang buruk bagi klien atau narasumber karena orang - orang sudah tahu akan keburukanya, atau masalah hidup yang menimpanya.
Uniknya lagi, dunia reality show seperti ini layaknya dunia yang penuh kebetulan, kebetulan ketika dalam acara tau yang seolah benar terjadi, kadang ada pacar atau mantan pacar yang tiba2 datang entah dari mana, motor hilang yang sebnarnya gak ilang, kebetulan ketangkap satpam di semacam arena bermain seperti T***zone dan sejenisnya, kebetulan kliennya atau narsumnya bisa cantik dan ganteng layaknya model talent walau mungkin saja secara kenyataanya dalam artian asli bukan talent. Dan beberapa kebetulan unik lain yang serasa aneh sepertinya. Saya pun ingin kebetulan seperti itu namun yang bagus namun sayang sepertinya itu hanya aca di film.
Kita tidak akan tahu apakah pengambilan gambar kebih dari satu kamera plus kamera tersembunyi itu tidak ada rekayasa adegan atau omongan? Atau paling tidak pengulangan adegan yang banyak? Tentunya sulit menduga ini itu dimana kita butuh suatu yang kredibel dan fakta, namun hal yang seperti ini biasanya rawan manipulasi dan tentunya membuat seolah kita menerima bualan teman yang suka menggosip akan hubungan teman lainnya. Namun apakah orang orang peduli dengan hal itu, sepertinya yang paling penting bisa menghibur di kala penat.
sumber refrensi lain: buku Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia pasca Orde Baru
 byYovantra Arief (editor), Wisnu Prasetya Utomo (editor), Idha Saraswat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H