Sebenarnya saya rada pusing dengan postingan ngemis like dengan cara yang bersimpati padahal tujuan sebenarnya  promosiin fanpagenya, apalagi menggunakan gambar dari orang yang menderita sakit baik mental atau fisik. Seolah mereka menggunakannya agar image fp, akun personal, ferusahaan, organisasi dan lain sebagainya dikenal dengan image yang baik dan suka bersimpati terhadap hal - hal yang memilukan, padahal belum tentu seperti itu, itupun jika foto atau gambar yang digunakan tidak hoax atau kejadiannya seperti itu soalnya banyak yang sudah terjadi di dumay alias dunia maya.
Postingan itu akan berupa kalimat - kalimat persuasif yang menyentuh emosional pembaca atau yang melihat disertai gambar yang berisi konten tertentu seperti konten yang memilukan contohnya orang yang menderita kelainan fisik atau mental. Kalimat yang seolah membuat pembaca merasa diperingatkan agar tidak beranjak dari kursi fanasbungnya. Bahkan banyak yang menggunakan unsur unsur agama (karena tahu sendiri unsur ini sangat mengena di negara berkembang seperti Indonesia). Namun sayangnya hal tersebut membuat orang kehilangan rasionalitas, cara berpikir kritisnya dan obyektifnya.
Saya sempat teringat argumentasi hitler bahwa propagonduk alias propagondok alias propaganda itu merupakan seni penyampaian pesan yang ditujukan pada masyarakat Jerman, bukan kaum Intelektualnya, namun sepertinya saat ini sudah tidak berpengaruh hal tersebut. Tingkat pendidikan, status sosial dan lain sebagainya sepertinya bukan jaminan untuk kemakan propaganda omong kosong, mungkin akan berbeda jika mereka bisa berpikir rasional, kritis dan obyektif. Bahkan orang yang katanya intelekpun sekarang mudah kemakan isu isu bohong belaka seferti yang kita lihat diforum forum contohnya yang suka nimbrung di FP J*nru.
Benar saja, unsur - unsur emosional tersebut emang berpengaruh dalam kegiatan persuasif terutama ketika ingin menarik minat atau perhatian audiens, beberapa diantaranya menurut J.B. Watson yaitu rasa takut, berang dan cinta. Kalau saat ini informasi palsu yang disebarkan secara masif juga bisa diyakini sebagai kenyataan(metode pervasif) seperti isu sosok A adalah keturunan ini, sosok A adalah penganut ideologi ini dan lain sebagainya. Kembali ke unsur tadi, secara lengkap Emil Doviat menjelaskan lebih rinci hal tersebut dan membagi menjadi 6 :
1. Rasa Belas
Pada diri manusia selalu ada perasan simpati kepada mereka yang menderita atau korban penganiayaan. Karena itu, rasa belas dapat dibangkitkan dengan menonjolkan penderitaan, mendramatisasi kepahlawanan, atau menonjolkan suasana yang tidak berdaya. Jika digabungkan dengan kebencian rasa belas ini dapat menimbulkan kengerian dan jika digabungkan dengan nilai yang tinggi, rasa belas dapat menghasilkan semangat berkorban.
2. Unsur Seks
Unsur seks dapat ditampilkan dalam bermacam macam cara, pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia sudah tidak diragukan lagi. Sigmund Freud bahkan menganggap unsur seks (disebut libido) terdapat dalam seluruh kegiatan manusia, kesenian, pengetahuan, ekonomi, sosial, politk bahkan agama. Dengan menyertakan tata nilai, unsur seks dapat menimbulkan kebencian yang luar binasa. Perkosaan terhadap rekan sekelompok dapat membakar kemarahan kelomfok tersebut.
3. Hasrat Menonjol
Sebagai individu, manusia ingin "lebih" dari orang lain. Sebagai kelompok pun ingin menonjol dari kelompok lain. Dalam taraf bangsa hasrat seperti ini bisa menimbulkan chauvinisme dari sisi negatif atau patriotisme dari sisi positif. Pemujaan pada agama, kelompok, pemimpin atau keyakinan hidup merupakan ungkapan hasrat menonjol manusia.