Antrian panjang pengendara kendaraan bermotor untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa hari terakhir juga terjadi di Probolinggo. Bahkan hingga Senin (1/9) malam antrian tersebut masih terjadi di beberapa SPBU baik di Kota maupun Kabupaten Probolinggo. Akibat antrian yang membludak itu, stok BBM khususnya yang bersubsidi (premium) cepat habis hingga banyak pengantri yang tak kebagian.
Sebenarnya sesuai arahan pemerintah, Pertamina telah melakukan normalisasi distribusi BBM bersubsidi sejak 26 Juli yang lalu. Namun kebijakan tersebut tak langsung meredakan antrian kendaraan bermotor di SPBU disamping juga masih banyak SPBU yang cepat kehabisan stok BBM. Muncul praduga terkait kondisi tersebut, mulai masalah distribusi hingga tuduhan adanya mafia migas dan mengkaitkannya dengan situasi politik jelang pergantian pemerintahan.
Di tengah situasi semacam itu, di Probolinggo menyebar pesan berantai berupa broadcast BBM yang berisi himbauan dan penjelasan tentang sebab terjadinya antrian serta ketersediaannya. BBM yang ini bukan bensin atau solar tapi singkatan dari Blackberry Mesenger. Berikut isi broadcast yang saya terima dari seorang teman Selasa (2/9) pukul 11.59 WIB :
“bensin tidak ada kelangkaan di probolinggo, info dari paguyuban SPBU kota/kab probolinggo menjelaskan bahwa antrian panjang yg terjadi dikarenakan kepanikan warga yang menganggap bensin juga ikut mengalami pengurangan pengiriman dari pertamina, untuk itu dengan BM ini disampaikan kepada masy probolinggo bahwa tidak ada kelangkaan bensin, antrian yg terjadi hanya karena kepanikan warga, yang sepeda motor biasa beli 10rb, sekarang diisi full tank sampai 25rb, begitu jg mobil yang biasa mengisi hanya 50rb atau 100rb, sekarang diisi full tank atau sampai 200rb. coba bayangkan keadaan ini bisa menambah durasi antrian dan mengakibatkan stok bensin dimasing2 SPBU cepat habis, belum lagi bagi mereka yang terlalu panik hingga membeli bensin dgn jurigen karena alasan tidak ingin kehabisan dan utk persediaan dirumah. sekedar info utk diketahui, pertamina hanya mengurangi pengiriman solar dalam kurun waktu seminggu ini, dan itupun saat ini sudah mulai normal kembali. dan tidak ada pengurangan pengiriman bbm jenis bensin utk wilayah probolinggo baik kota maupun kabupaten. jadi diharapkan kpd masy probolinggo utk tdk panik dan tetap menjalani aktivitas seperti biasa, serta jgn takut kehabisan bensin. mohon diteruskan ke kontak kita masing2 info ini, agar kehidupan kita normal kembali, agar probolinggo kembali nyaman tanpa antrian di SPBU”
Entah apakah info dalam broadcast tersebut benar-benar dari Paguyuban SPBU Kota/Kabupaten Probolinggo dan siapa yang pertama kali menyebarkannya, tapi jika diperhatikan apa yang disampaikan logis dan sangat masuk akal. Dijelaskan bahwa antrian yang terjadi karena kepanikan warga yang mengisi BBM lebih banyak dari biasanya sehingga durasi pengisian lebih lama. Hal inilah yang justru mengakibatkan stok BBM di SPBU cepat habis.
Belum lagi mereka yang terlalu panik sehingga membeli bensin lebih banyak lagi dengan membawa jurigen. Disamping dengan alasan untuk persediaan di rumah karena khawatir kehabisan saat butuh, tak dapat dipungkiri banyak juga penjual bensin eceran yang memanfaatkan kesempatan memborong BBM bersubsidi dalam jumlah besar untuk kemudian mereka jual kembali dengan harga yang lebih mahal.
Broadcast tersebut juga menegaskan kebijakan pemerintah melalui Pertamina yang telah melakukan normalisasi penyaluran BBM bersubsidi. Dijelaskan bahwa Pertamina hanya mengurangi pengiriman solar dalam waktu seminggu dan tak ada pengurangan pengiriman BBM bersubsidi untuk wilayah Probolinggo. Disampaikan pula bahwa distribusi berangsur-angsur mulai normal kembali. Oleh karena itu dihimbau agar warga tidak panik takut kehabisan bensin dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Apakah kondisi yang dijelaskan memang sesuai dengan realita di lapangan, yang jelas isi broadcast tersebut positif dan cukup menyejukkan. Himbauan yang disampaikan mengajak kita untuk lebih bijak dalam menyikapi situasi yang sedang terjadi sehingga tidak terjadi keresahan di masyarakat.
Semoga saja pemanfaatan pesan berantai pada layanan Blackberry Messenger tersebut benar-benar efektif mengurangi antrian BBM khususnya di Probolinggo dan dapat diterapkan di level yang lebih luas dalam menyikapi isu-isu penting lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H