Sepanjang tahun 2018, Sabyan menjadi penguasa trending YouTube. Tercatat ketika itu lima klip video mereka tembus 100 juta viewers yaitu : Deen Assalam, Ya Maulana, Ya Habibal Qolbi, Ya Asyiqol dan Rohman Ya Rohman Versi Sabyan Gambus. Luar biasanya lagi, rata-rata semua klip video tersebut ditonton lebih dari 100 juta kali dalam jangka waktu beberapa bulan saja setelah dirilis.
Seiring dengan popularitasnya yang semakin melejit, tak membuat Ayus dan kawan-kawan berpuas diri. Mereka terus berkarya dan tampil di berbagai acara baik on air di televisi maupun off air di berbagai daerah. Sabyan membuktikan mereka bukan sekedar pengcover lagu hits religi dan sholawat, tapi juga mampu menciptakan lagu sendiri.
Setelah sukses dengan "Ya Maulana," November 2018 Sabyan merilis single kedua berjudul "Allahumma Labbaik." Disusul kemudian single ketiga "El Oum" yang dirilis tepat pada peringatan Hari Ibu tanggal 2 Desember 2018. Januari 2019, single keempat berjudul "Syukron Lillah". Selain karya-karya orisinal tersebut, Sabyan cukup produktif membuat video cover yang tayang di channel YouTube Sabyan Official.
Ramadhan tahun 2019 / 1440 H menjadi pembuktian esksistensi Sabyan sebagai grup musik yang kreatif dan produktif. Setelah merilis single original kelima "Ya Romdhon," Sabyan mempersembahkan hadiah istimewa untuk para penggemarnya berupa album musik perdana bertajuk "Bismillah." Album musik perdana itu berisi sembilan lagu yang semuanya adalah hasil karya asli Sabyan.
Momentum Ramadhan 1440 H kembali dikuasai Sabyan. Selain launching album perdana, Nissa Sabyan berduet dengan penyanyi Libanon Adam Ali membawakan "Al Barq Al Yamani." Masih di Ramadhan 1440 H, Nissa berkolaborasi dengan dengan Diva pop Malaysia Dato' Sri Siti Nurhaliza dan penyanyi Singapura Taufik Batisah membawakan lagu "Ikhlas."
Rilis album perdana "Bismillah" disertai kabar tak mengenakkan tentang mundurnya beberapa personel dan additional player Sabyan. Diawali mundurnya sang backing vocal Anisa Rahman dengan alasan ingin lebih konsentrasi berkarya di luar Sabyan. Setelah Anisa resmi mundur, awal Juni 2019 sang penggesek biola Tubagus Saifulloh alias TB juga ikut mengundurkan diri. Mundurnya TB juga diikuti oleh tiga orang additional player. Mereka adalah Deni pada bass, Ardi pada drum dan Ega sebagai gitaris.
Dari beberapa statemen, nampaknya mereka merasa tidak nyaman karena perbedaan visi. Dua mantan personel dan tiga mantan additional player tersebut dalam watu yang tak terlalu lama segera membentuk grup musik baru bernama Not Tujuh dengan vokalis Anisa Rahman dan TB pada keyboard. Tak bertahan lama, Anisa Rahman keluar dari Not Tujuh dan memilih bersolo karier. Sementara TB yang bertahan dengan Not Tujuhnya sempat beberapa kali ganti lead vocal dan kini entah seperti apa kabarnya.
Bisa dibilang Sabyan kembali ke formasi awal seperti saat pertama kali terbentuk. Sempat diterpa isu pecah bahkan bubar pasca keluarnya dua personel inti dan tiga additional playernya, Sabyan justru semakin eksis dengan formasi "baru tapi lama".
Ya, formasi baru tapi lama sebab empat personel yang tersisa yakni Ayus, Nissa, Owan, dan Kamal sejatinya adalah formasi awal Sabyan Gambus saat pertama kali terbentuk. Sementara tiga additional player posisinya kemudian diganti satu full band, Lagana Band. Pada perkembangan terakhir, Sabyan, tampil dengan formasi tiga personel yaitu Nissa, Ayus dan Kamal. Sementara Owan bertindak sebagai manajer.
Pertengahan tahun 2019, film perdana mereka berjudul "Sabyan Menjemput Mimpi" dirilis secara nasional. Di film ini mereka muncul dalam formasi sebelum pecah, masih ada Anisa Rahman dan TB. Di luar perpecahan yang kemudian terjadi, film ini menjadi pembuktian eksistensi Sabyan sebagai grup musik yang produktif dan serba bisa.
Namun sangat disayangkan, pencapaian film "Menjemput Mimpi" tak berbanding lurus dengan popularitas mereka di dunia tarik suara dan panggung pertunjukan. Film perdana mereka senasib dengan film "Dreams"nya Fatin. Sama-sama bercerita tentang mimpi yang ingin diraih, sama-sama berkisah tentang perjalanan karier, dibuat dan dirilis saat popularitas mereka sedang berada di puncak, berkisah tentang mereka sendiri, tapi sama-sama gagal di pasaran alias sepi penonton.