Molornya kedatangan rombongan yang membawa lentera api Asian Games 2018 di Bromo berakibat pada melesetnya waktu kedatangan di titik berikutnya. Rombongan baru meluncur dari Bromo sekira pukul 10.15 WIB. Padahal menurut rundown resmi, seharusnya rombongan sudah harus melanjutkan perjalanan ke titik berikutnya sebelum pukul 08.00 WIB dan diterima di Balai Kota Probolinggo pukul 09.00 WIB. Namun ternyata rombongan baru masuk Balai Kota sekitar pukul 11.45 WIB.
Segera setelah diterima Walikota dan jajaran Forkopimda, api Asian Games 2018 diantar ke batas timur Kota Probolinggo hanya melintas jalur utama Jalan Panglima Sudirman. Padahal rencana sehari sebelumnya akan dilakukan kirab sambil membawa obor melewati beberapa titik penting di Kota Probolinggo.
Meskipun terlambat beberapa jam namun tak mengurangi antusiasme warga untuk menyaksikan obor api Asian Games. Yang berkurang mungkin siswa/siswi sekolah yang memang sudah menunggu sejak dari pagi. Rupanya mereka kelelahan menunggu terlalu lama, lagipula saat rombongan melintas memang sudah jam pulang sekolah.
Sebagaimana saat dibawa ke dari Bromo ke Balai Kota, api yang diantar oleh Wali kota dan rombongan menuju batas kota juga bukan dalam bentuk obor melainkan lentera atau istilah kerennya "tinder box." Lagi-lagi muncul celetukan dari warga masyarakat yang menyaksikan di pinggir jalan. "Obore endi, kok lampu cuma ublik?" atau terjemahan bebasnya, "Obornya mana, kok cuma lampu tempel (lampu minyak)?
Bahkan istri saya sendiri langsung telepon begitu rombongan konvoi kendaraan pembawa lentera tersebut lewat depan rumah kami. "Mana obornya? Kok Cuma konvoi kendaraan? Apinya ndak kliatan Pa!" ujarnya setengah kecewa.Â
Memang pagi harinya dengan percaya diri saya bilang kalau rombongan "Torch Relay" akan lewat depan rumah sekitar jam 9 pagi. Jadi istri dan keluarga bisa bersiap-siap jika mau melihat secara langsung api Asian Games. Tapi ternyata yang lewat bukan kirab obor, tapi konvoi kendaraan dengan kecepatan sedang.
Masih lewat telepon, istri saya melanjutkan komentarnya. "Ndak seperti waktu Pak SBY lewat dulu, kaca mobilnya dibuka jadi kliatan. Ini apinya di dalam mobil tertutup, ndak jelas juga mobilnya yang mana." Saya hanya bisa tertawa ringan mendengar ungkapan spontannya itu sambil menunggu kedatangan rombongan di depan Kantor Bupati Probolinggo di Kota Kraksaan.
Sebagaimana warga Kota Probolinggo, warga masyarakat Kota Kraksaan tak bisa melihat obor Asian Games karena memang api abadi tersebut berada di dalam lentera pada salah satu mobil konvoi. Lentera baru dikeluarkan setelah sampai di depan lobby Kantor Bupati dan diserahterimakan kepada Pj. Bupati Probolinggo untuk diistirahatkan beberapa menit.
Padahal pagi harinya, satu pleton anggota Polres Probolinggo yang dipimpin langsung oleh Kapolres Probolinggo sudah bersiap menyambut api Asian Games dan membawanya keliling alun-alun Kota Kraksaan, menyusul rencana konvoi keliling kota yang diurungkan karena keterbatasan waktu. Tapi ternyata rencana yang sebenarnya sangat bagus itu juga gagal.