Beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan direktur sebuah perusahaan di kawan industri Bekasi. Dia galau tentang komitmen pemegang saham di perusahaanya. Galau karena setoran modal macet padahal perusahaan baru jalan beberapa bulan. Direktur ini sebut saja namanya Mawar ini ilfil bgt.
Katanya, perusahaan yg didirikan oleh 7 orang ini tidak serius dalam berusaha. Komitmen injeksi kapital hanya omdo. Lebih tepat disebut urunan. Urunan,krn modal yang disetor nilai nya receh n tidak bregggg di depan. Baru klo karywan mau gajian,si Mawar narikin duit receh ke 6 org lain.
Ada yang urunan 2 juta,ad yang 5 juta, dan ada yang karyawan A dia saja yang gaji. Pokoknya receh banget dahhhh.Operasional per bulan dibebankan pada putang usaha. Karyawany paling tidak secara tidak langsung membntu roda ekonomi non gaji."Untung karyawan sini kayaknya udah pada baca buku etos, jadi sudah agak mandiri" kata mawar sambil ketawa tersedu sedu.
Bagi pengusaha pemula dan bersinergi dengan beberapa orang, potensi konflik sangat terbuka. Belum jalan operasi usaha, pengeluaran sudah terlampau banyak. Disinilah potensi terjadi udur-uduran jika komitmen tidak dilaksanakan.
Dalam kasus mawar, saya hanya bilang, mungkin ibu diminta bekerja keras dengan resource yang ada. Untuk kemudian bisa mandiri menjalankan kebutuhan logistik. Namun perlu ditekankan pula , bahwa perlu berhati-hati dengan model pemegang saham yang mau enaknya sendiri. Tidak keluar modal atau hanya receh, tapi di akhir tahun menuntut Sisa Hasil Usaha sesuai persentase di awal. Inilah seni wirausaha dengan join beberapa orang. Negosiasi dan empati dibutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H