Mohon tunggu...
Dody Fathin
Dody Fathin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kadang nulis, kadang baca, seringnya ngetwit di @DodyFathin

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teori Cuci Piring (Masalah)

19 Desember 2011   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:04 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mencuci piring? Baik karena terpaksa atau karena hobby. Emang ada ya yg hobby cuci piring? Kegiatan ini biasanya lebih merupakan jatah ibu-ibu atau anak putri di sebuah keluarga. Entah kenapa, tanya ke siapa? Konon gara-gara cuci piring inilah yang bikin RA. Kartini protes (ngarang dot com). Kalau disuruh milih, saya lebih milih cuci piring daripada cuci baju. Padahal cuci baju udah ada mesin cuci. Tapi tetep saya lebih milih cuci piring. Why? Karena cuci piring di rumah biasanya sehari 2 kali, cuci baju 1 minggu sekali. Kebayang kan lebih banyak mana jumlah piring dan jumlah baju yang harus dicuci? Tapi ntah kalau nanti mesin cucinya ganti ama yang 1 tabung, sekarang masih 2 tabung. Kayaknya saya harus (dan akan) mempertimbangan pilihan cuci mencuci ini. Dari keseringan mencuci piring ini, saya akhirnya menemukan metode sendiri. Ya semacam Standart Operational Procedure lah. Karena standar mungkin urutannya ya sama dengan ibu ibu lain. Jadi saya ga berpikiran untuk mempatenkan SOP ini. Mungkin bisa jadi panduan bagi yg newbie dalam hal mencuci piring. Bapak-bapak, om-om, remaja putra gaul, mahasiswa alay mungkin bisa mengambil mamfaat dari SOP ini, Mudah-mudahan. SOPnya kayak gini. 1. Pisahkan perjenis item. Piring sama piring, mangkok sama mangkok, gelas ama gelas, dst. Khusus sendok ga papa kalo digabung dengan garpu. Mereka masih sodara kembar non-identik. 2. Sambil ditumpukin perjenis itu, bersihkan sisa-sisa makanan yg masih ada. Pakai kucuran air kran. Kucuran dari selang blambir ya kegedean. 3. Siapkan tempat sabun dan sabutnya. Biasanya sih sabun cair. Pakai yg wangi lemon, atau jeruk. Kalo wangi pohon cemara ati ati itu mungkin karbol buat sikat WC. Jangan terkecoh. Secukupnya saja, jangan berlebihan. Tidak baik kata ustadz. 4. Baru lah sabuni pertumpukan itu. Sabuni saja dulu, terus tumpuk lagi yang sudah tersabuni dengan sabun (bahasanya rancu gini ya?). 5.  Bilas pertumpukan dengan air. Cara bilas juga diperhatikan. Siram dulu agar busa sabun ilang, baru bilas sambil digosok-gosok. Lebih hemat air. 6. Langsung simpan ke tempat piring. Biasanya ada 2 tempat, yang 1 buat meniriskan sisa air. Satu lagi TPA (Tempat Penyimpanan Akhir) piring yg sudah kering. Simpel kan? Ga harus ikut SOP ini juga gapapa sih. Cuman ada faktor psikologis yang bermain di sini. Cieee. Saat piring itu digabung ditumpuk perjenis, cucian jadi terorganisir. Malah bisa jadi keliatan lebih dikit. Kalau berantakan, kesannya cucian banyak banget. Bayangin tumpukan mana yang lebih tinggi. Susunan piring-mangkok-piring-mangkok atau piring-piring-mangkok-mangkok. Nangkep maksud saya? Kagak? Mangga ka dapur, susun piring mangkok di sana. Kalau bunda bertanya, bilang aja ada eksperimen ilmiah. Jangan bilang "Ada deh..", nanti bunda curiga. SOP ini juga menghemat air. Ya. Dan sabun. Kalau piring kotor ada sisa makanan, langsung disabuni. Sabunnya akan tercemar, dan abis lebih banyak. Padahal sebenernya cukup sa-ndulit. Nah, sekarang ke topik yang agak serius. Menurut analisa saya (niru om Butet "Sentilun" Kartaredjasa), ternyata filosofi cuci piring ini bisa lho dipakai untuk menghadapi masalah sehari-hari. Kalau menemukan masalah yang ruwet rudet meredet, coba inget teori cuci piring ini. Pilah pilah permasalahannya. Kelompokan sesuai jenisnya. Selesaikan satu persatu. Keringkan ditempatnya. Mudah-mudahan piring-piring masalah itu akan bersih. Oiya, satu lagi. Kalau mau memulai cuci piring. Jangan banyak mikir. Lakukan saja secara otomatis. Kalo kebanyakan mikir, timbul males duluan. Jangan mikir, lakukan saja. Kalo udah jadi hobby, pasti tambah disayang istri. Selamat mencuci!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun