7. Kalau memang perlu, sekalian minta kwitansi pembayaran, seperti pengalaman pak Agus Tula. Biasanya sih ga ada, paling juga tulisan di kertas dan dicap. Bilang saja untuk bukti ke kantor.
8. Ada baiknya punya kenalan polisi, apalagi polantas. Sekalipun tidak melepaskan kita dari jerat tilang, tapi setidaknya menjaga kita dari dikerjain oleh oknum polisi.
Ya memang akhirnya kembali ke kelihaian kita bernegosiasi dengan polisi-polisi itu. Cari win-win solution. Jujur saja, terkadang kita butuh waktu, mereka butuh duit.
Saya tidak menganjurkan semua orang untuk menyogok. Kalau kita memang mau mengikuti prosedur yang berlaku silahkan. Saya sangat dukung. Kalau memang kita siap tempur dengan prosedur yang berbelit-belit dan proses yang panjang.
Saya pikir kalau SOP proses sidang diperbaiki, tidak memakan waktu, perlahan-lahan praktek seperti ini akan berkurang. Analoginya saya pikir mirip kemacetan Jakarta sekarang ini. Jalanan macet karena banyak kendaraan pribadi, baik mobil atau motor. Orang memilih membawa kendaraan pribadi karena sarana angkutan umum tidak nyaman dan aman. Angkutan umum tidak nyaman dan aman karena kebanyakan awak hanya mengejar setoran dan tidak memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan. Berputar-putar seperti lingkaran setan. Untuk memutusnya memang butuh usaha ekstra di satu titik. Putuskan titik tersebut, maka lingkaran akan pecah. Pasti ada pengorbanan yang dibutuhkan. Itu mutlak.
Anda punya tips oke yang lain?
Dari pasar kembang pergi ke tanah abang.
Dari pada keluar uang mending tak ditilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI