Revolusi Mental dua kata yang selalu disebut-sebut oleh Jokowi sewaktu mempromosikan dirinya menjadi presiden Indonesia. Sudah banyak pembahasan mengenai apa sih definisi dari dua kata tersebut, yang dimana sebenarnya intinya hanya satu, perubahan pandangan atau cara berfikir. Ya perubahan, perubahan cara pandang pada bidang sosial-politik, perubahan di bidang pendidikan, dan perubahan di bidang pertanian.
Sudah seringkali kita dengar mulai dari zaman presiden SBY bahkan juga Jokowi saat ini pembangunan ekonomi kebanyakan hanya terfokus kepada pembangunan infrakstruktur, teknologi, perbankan, dan investasi asing. Atau lebih spesifiknya lagi mempertinggi gedung yang sudah tinggi, memperpanjang jalan layang yang sudah panjang, perbanyak mobil yang sudah banyak, dan memperbanyak hutang yang juga sudah banyak. Suatu hal yang bagi saya sangat tidak cocok dan tidak efektif bagi permasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia, juga telah menjadi tempat berkumpulnya para koruptor-koruptor yang gila proyek di tahun-tahun yang lalu.
Usul saya singkat saja bahwa apabila kita ingin memperkuat ekonomi kita, atau ingin mensejahterakan rakyat, atau ingin supaya cita-cita pembangunan di negara ini dapat cepat tercapai, pemerintah harus memulainya dengan Pertanian. Sederhana saja anda tidak bisa bekerja kalau tidak bisa makan, anda tidak bisa mengurus keluarga, atau menabung, atau menyekolahkan anak kalau gaji anda hanya habis membeli bahan-bahan pokok yang makin lama kian mahal.
para buruh kita yang bekerja dari pagi sampai malam hanya dibayar dengan uang Rp 2.500.000, dengan uang segitu plus ditambah dengan harga bahan pokok yang begitu mahal pikiran atau mental mereka hanya fokus berfikir bagaimana mereka bisa memberi makan anak dan istri mereka besok. Plus ditambah dengan harga BBM yang saat ini naik- turun (kebanyakan sih naik) nasib pekerja menengah kebawah di Indonesia seperti perumpamaan “sudah jatuh, tertimpa tangga, tertimpa kaleng cat lagi”, singkat kata menderita.
Pada tahun 1945 sampai 1955 negara Jepang bernasib sama dengan negara kita bahkan jauh lebih parah, kalah perang, dua kota yang hancur karena bom, minim sumber daya manusia, dan masih banyak lagi. Tetapi dengan Etos kerja yang kuat dan memposisikan pertanian sebagai fokus utama pondasi ekonomi negara yang sedang dibangun membuat negara Jepang pada tahun-tahun setelah resesi menjadi negara yang ekonominya kuat dan stabil yang dimana saat ini dengan perkembangan inovasi teknologi dan industri yang begitu maju membuat Jepang bersama-sama “teman”nya Amerika Serikat menjadi patokan ekonomi dunia.
Contoh yang lain tidak jauh-jauh yaitu Korea Selatan. Mulai dari pendudukan Jepang (1910-1945) yang merompak hasil bumi mereka untuk pampasan perang, sampai Perang saudara selama tiga tahun (1950-1953) dengan Korea Utara telah menghancurkan negara ginseng tersebut sampai ke akar-akarnya sampai menjadi salah satu negara termiskin di dunia pada masa itu. Tetapi Pertanian merubah wajah Korsel. Bersandingan dengan pengembangan Industri dan program pembangunan 5 tahunnya, Pertanian melepaskan mereka dari bencana kelaparan, bahkan tidak hanya itu mulai tahun era 1970an sampai saat ini korea menjadi salah satu basis industri dan teknologi yang paling berkembang di dunia.
Masih banyak contoh negara yang lain yang membuat pondasi ekonominya dari sektor pertanian. Dan inilah yang harus di contoh oleh negara kita, Indonesia. Berhenti membangun dengan sistem dari atas ke bawah, tapi sudah waktunya kita menempatkan suatu rencana fundamental ekonomi yang memang dibutuhkan atau menjadi prioritas bagi rakyat Indonesia yaitu Pertanian. Negara negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang begitu besar tidak lazim atau aneh misalnya kalau mengimpor beras dari thailand, atau membeli bawang putih dan bawang merah kepada dari malaysia yang dimana apabila kedua negara tersebut digabungkan luasnya tidak lebih besar dengan pulau Kalimantan. Belum lagi masalah permainan harga barang. Berpuluh-puluh juta rakyat indonesia hidup dengan tergantung permainan harga dari para tengkulak-tengkulak yang dengan sekali angkat telepon bisa mengatur harga buah di jakarta atau menahan pasokan cabai supaya mendapat harga yang lebih mahal dari yang seharusnya. Inilah yang membuat para pekerja di Indonesia seberapa besarpun gaji yang di terima tidak akan pernah cukup karena gajinya hanya habis untuk dapat memberi makan keluarganya dengan layak.
Intinya adalah anda tidak bisa kerja kalau tidak makan, Anda tidak bisa mempunyai pendidikan yang baik kalau uang yang anda punya untuk sekolah habis hanya untuk membeli kebutuhan pokok yang selangit harganya, anda tidak bisa mengembangkan teknologi kalau para peneliti hanya makan tahu tempe, anda tidak bisa membangun infrakstruktur atau industri atau tol laut atau apapun yang diinginkan Jokowi kalau para pelaku kerja hanya pusing memikirkan gajinya.
Sudah waktunya kita mengembangkan pertanian kita minimal untuk kebutuhan hidup rakyat Indonesia. Swasembada beras di Jawa, Swasembada Bawang di Sumatera, Swasembada Rempah-rempah di kepulauan maluku dan sekitarnya, swasembada produk Ikan dan daging di pulau Kalimantan dan sulawesi saya yakin dapat memperbaiki keterpurukan ekonomi di Indonesia. Dan ini bukanlah Mimpi, karena sekali lagi kita punya SDM dan SDA yang berlimpah untuk mewujudkannya.
Singkat kata pembangunan Ekonomi harus dimulai dari bawah dan secara bertahap. Memperbaiki sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga kita sendiri tanpa harus tergantung dari negara-negara luar haruslah menjadi concern pemerintah saat ini. Karena saya kira membangun negara Indonesia harus diawali dengan langkah awal yang mantap yang minimal dapat menyokong kebutuhan pokok dari rakyatnya, baru setelah itu baru kita bisa melangkah ke mimpi-mimpi yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H