Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book

Perjalanan Spiritual KH. Bahaudin Mudhary: Tera' Ta' Adhamar

3 Juni 2024   14:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   14:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi penulis


KH. Bahaudin Mudhary adalah seorang ulama multi-talenta dan intelektual terkemuka dari Muhammadiyah di Kabupaten Sumenep. Dikenal dengan kedalaman spiritualitasnya, beliau memiliki pandangan filosofis yang mendalam yang tercermin dalam karyanya, termasuk konsep "Terang Tanpa Lentera" atau "Tera' ta' Adhamar". Konsep ini tidak hanya mencerminkan perjalanan spiritual beliau tetapi juga memberikan makna mendalam tentang pencarian cahaya ilahi dalam kegelapan kehidupan.
Tera' ta' adhamar (Terang tak berlampu) adalah peribahasa warga madura yang disematkan oleh Dr. Zawawi Imron pada sosok Kh. Bahaudin Mudhary. Kata ini memiliki makna Ladunni (Belajar tanpa guru).

Kehidupan dan Kiprah KH. Bahaudin Mudhary
KH. Bahaudin Mudhary lahir di Sumenep dan dikenal sebagai seorang kyai yang memiliki keahlian di berbagai bidang, termasuk agama, pendidikan, dan sosial. Sebagai salah satu tokoh intelektual Muhammadiyah, beliau berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan progresif.

Karya-karyanya tidak hanya fokus pada aspek-aspek ritual keagamaan tetapi juga mencakup aspek sosial dan moralitas. KH. Bahaudin sering kali menekankan pentingnya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian integral dari misi keagamaan. Dalam konteks ini, konsep "Terang Tanpa Lentera" menjadi sangat relevan sebagai simbol pencarian ilmu dan hikmah dalam setiap aspek kehidupan.

Tera' ta' Adhamar: Makna dan Filosofi  
1. Makna Literal dan Simbolis
"Tera' ta' Adhamar" dalam bahasa Madura berarti "Terang Tanpa Lentera". Secara literal, ini menggambarkan kondisi di mana cahaya hadir tanpa sumber fisik seperti lentera atau lampu. Secara simbolis, ini merujuk pada pencapaian pencerahan batin dan spiritual yang tidak bergantung pada sarana duniawi.

2. Pencerahan Batin
KH. Bahaudin Mudhary menggunakan konsep ini untuk menggambarkan kondisi spiritual yang tinggi di mana seseorang menemukan cahaya kebenaran dan hikmah dalam dirinya sendiri. Ini adalah bentuk tertinggi dari spiritualitas di mana individu mampu melihat dan memahami kebenaran ilahi tanpa perantara.

3. Aplikasi dalam Kehidupan
Konsep "Terang Tanpa Lentera" mengajarkan pentingnya introspeksi dan pencarian batin. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti menemukan kebijaksanaan dan solusi atas masalah tanpa harus bergantung pada hal-hal eksternal. Ini mengajak setiap individu untuk mengembangkan kemandirian spiritual dan intelektual.

Implementasi dalam Kegiatan Muhammadiyah
Sebagai seorang tokoh Muhammadiyah, KH. Bahaudin Mudhary menerapkan filosofi "Terang Tanpa Lentera" dalam berbagai kegiatan organisasi. Muhammadiyah, sebagai gerakan pembaharuan Islam, mendorong anggotanya untuk mencari ilmu dan pencerahan dengan mengedepankan rasionalitas dan kebijaksanaan.

1. Pendidikan
Di bidang pendidikan, konsep ini diterapkan dengan mendorong siswa dan mahasiswa untuk belajar dengan tekun dan mandiri, mengandalkan potensi diri mereka untuk mencapai pencerahan akademis dan moral.

2. Sosial dan Kemanusiaan
Dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, "Terang Tanpa Lentera" menginspirasi tindakan yang didasari oleh kesadaran dan empati tanpa mengharapkan balasan. Ini adalah bentuk tertinggi dari pengabdian yang didorong oleh cahaya batin yang menerangi jalan kebaikan.

Kesimpulan
Perjalanan spiritual KH. Bahaudin Mudhary yang diilhami oleh konsep "Terang Tanpa Lentera" menawarkan pandangan mendalam tentang pencerahan batin dan intelektual. Melalui pengabdian dan karya-karyanya, beliau mengajarkan bahwa cahaya sejati datang dari dalam diri, dan setiap individu memiliki potensi untuk menemukan cahaya tersebut melalui introspeksi dan pencarian ilmu yang tulus. Filosofi ini tidak hanya relevan dalam konteks keagamaan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, menginspirasi kemandirian dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun