Di sebuah kampung kecil yang dikelilingi oleh hijaunya sawah, hiduplah seorang tua yang terkenal sebagai dermawan. Setiap hari, ia membagikan makanan kepada yang membutuhkan tanpa pamrih. Tetapi, di balik kebaikannya, tersembunyi sebuah cerita yang memilukan tentang pertarungan rejeki di antara warga kampung.
Si tua dermawan, dengan senyumnya yang ramah, selalu menyediakan makanan bagi orang-orang miskin di sekitarnya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kebaikan itu mulai menimbulkan keraguan di hati tetangganya yang menjual makanan. Semakin banyak orang yang memilih makanan gratis dari si tua, semakin sepi pula gerai makanan yang ia jual.
Awalnya, tetangga penjual makanan tidak terlalu khawatir. Namun, ketika pelanggan yang setia beralih memilih makanan gratis, penjualan pun mulai menurun. Dulu, ia bisa hidup layak dengan penghasilan dari menjual makanan, namun kini, ia merasa gelisah melihat meja dagangannya yang semakin sepi.
Kisah ini menggambarkan sebuah perjuangan yang tidak terlihat di mata orang banyak. Si dermawan mungkin tidak menyadari bahwa kebaikannya telah merampas rejeki tetangganya yang menjual makanan. Dalam kesunyian hatinya, penjual pangan merasa terpuruk, kehilangan semangat untuk terus berusaha.
Namun, dari kesedihan itu timbul sebuah pelajaran berharga. Bahwa dalam memberi sedekah, kita harus memperhatikan dampaknya terhadap orang lain, terutama yang berusaha mencari nafkah dengan susah payah. Sedekah yang tulus seharusnya tidak menjadi penghalang bagi orang lain untuk mencari rejeki.
Mungkin ada jalan keluar dari pertarungan ini. Si dermawan bisa saja mengajak tetangganya yang menjual makanan untuk berkolaborasi. Mereka bisa bersama-sama menyediakan makanan bagi orang-orang miskin di kampung, tanpa menghancurkan usaha penjual makanan.
Jadi, mari kita belajar dari kisah ini. Kebaikan yang kita lakukan haruslah membawa manfaat bagi semua pihak. Jangan biarkan sedekah kita menjadi penghambat bagi rejeki orang lain. Karena pada akhirnya, tujuan sedekah adalah untuk meringankan beban sesama, bukan untuk menciptakan pertarungan tak berujung dalam mencari nafkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H