Suatu ketika ada seorang pemuda bernama Hisyam, dia adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta kabupaten Bandung. Dia adalah seorang anak yang rajin di kampusnya. Namun, suatu ketika dia menyadari sesuatu bahwa ternyata kampusnya belum terakreditasi, padahal dia sudah memasuki semester 5, dan sebentar lagi dia harus mempersiapkan diri untuk menggarap skripsi. Yang ada di benak Hisyam pada saat itu adalah, dia sadar bahwasanya ketika dia lulus, sedangkan kampusnya belum terakreditasi maka, ijasahnya hanyalah sekedar kertas kosong yang tidak berguna.
Hampir saja dia menyerah pada keadaan. Namun dia selalu teringat akan ibunya, bahwa dia adalah anak lelaki satu-satunya yang menjadi harapan keluarga. Untuk itu dia memantapkan diri untuk mencari relasi sebelum dia lulus dari kampusnya.
Di suatu hari Hisyam pergi seorang diri ke sebuah cafe didekat kampusnya, dia adalah seorang anak yang sering membaca buku, karena dia adalah seorang penulis, maka mau tidak mau setiap satu Minggu sekali dia harus mengirimkan tulisannya pada sebuah blog. Tiba-tiba, dia bertemu seorang bapak-bapak yang mendekatinya, lalu bapak tersebut basa basi dan mendekati Hisyam yang tengah membaca buku karangan Machiavelli berjudul "Sang Penguasa". Setelah cukup lama mengobrol, bapak tersebut mengerti apa yang sedang dialami oleh Hisyam. Ternyata dia kebingungan dalam menentukan masa depannya, dan dia ketakutan dalam melangkah.Â
Bapak tersebut kemudian bertanya pada Hisyam "Nak, apakah kamu melihat mobil merah saat kamu pergi ke cafe ini?". Dengan wajah kebingungan Hisyam menjawab "Iya pak, mungkin.", bapak tersebut melanjutkan pertanyaannya "Ada berapa mobil merah yang kamu lihat?". Hisyam semakin bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh bapak tersebut. "Saya tidak tahu pak, mungkin saja saya melihat mobil merah yang bapak maksud, tapi saya tidak memperhatikannya". Kemudian bapak itu menjelaskan, "jika seandainya aku memberi tahu padamu bahwa, setiap ada mobil merah yang kamu lihat akan aku berikan 500 ribu ketika menuju ke Cafe ini, apa yang akan kamu lakukan?". Hisyam menjawab, "tentusaja saya akan mencari mobil merah sebanyak mungkin sebelum saya pergi ke cafe ini pak". Dengan wajah tersenyum bapak itu menjawab "Begitulah keberuntungan bekerja nak, mungkin saja disekitar kamu ada peluang yang tidak kamu sadari, tugasmu adalah mencari peluang itu dan jangan mudah menyerah".
"Setiap saat, kita akan melihat bahwa banyak sekali peluang yang sebenarnya ada di dekat kita, namun ketakutan yang membuatnya tidak terlihat, takut gagal itu manusiawi, dan kesalahan yang kita lakukan akan membuat kita berbenah, ingat satu hal nak, seseorang yang tidak pernah salah, artinya orang tersebut tidak pernah melakukan apa-apa".Â
Akhirnya Hisyam mulai sadar, bahwa ketakutannya dalam menjalani kehidupan justru membuat dirinya jenuh dan tidak melakukan apa-apa, kemudian Hisyam menuliskan pengalamannya saat bertemu bapak-bapak misterius itu dalam blognya, dan kemudian dia memberikan judul "Teori Mobil Merah".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H