Mohon tunggu...
elnino_ONE
elnino_ONE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membaca salah satu pekerjaan saya

Menulislah dengan hatimu, karena dengan hatimu akan menjadi karya yang bisa bermanfaat bagimu dan bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Tak Bisa Diselamatkan… Maaf

3 Agustus 2016   21:04 Diperbarui: 4 Agustus 2016   03:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari-hari yang terus berganti tak juga membuat hidup ini semakin baik, malah lebih tidak baik. Udah hampir 1 tahun saya bekerja dan selama itu pula kejenuhan selalu melengkapi pekerjaan ini setiap harinya. Begitu monoton dan begitu tidak berwarna. Kebangkitan yang sebelum itu aku gadang-gadang selama ini menemui titik buntu dan sepertinya tak berkesudahan. Gairah diawal-awal kebangkitanku hanya berlangsung tidak begitu lama, dan selanjutnya masa-masa mengarungi kejenuhan, kejengkelan dan ampir keputusasaan. Semuanya  tak juga memotivasiku untuk mendobrak tembok-tembok mitos yang telah aku dengar sebelumnya. Kebebasan yang selama ini aku dapatkan (setelah sekian lama) ternyata tak juga membuatku lebih berpikir bebas dan memotivasi untuk lebih berbuat beda dengan sebelum-sebelumnya. Gairah bekerjaku yang telah bertahun-tahun aku pupuk dan tumbuhkan tak juga bisa menjadikannya lebih baik lagi.

Sepertiga malam, siang dan menjelang pagi tak juga menggairahkan rutinitas ini. Dan ini sungguh tak baik untuk perjalanan waktu hidupku kelak. Semua diakhiri dengan keluh kesah dan ketidakberdayaan. Motivasi-motivasi yang selama ini aku dapatkan tak juga membangkitkan gairah kerjaku. Semua menemui kegagalan dan keputusasaan.

Passion yang seharusnya tercipta dengan pekerjaan ini tak memuluskan aku dengan gairah yang seharusnya menulariku bersamanya. Sebuah kebodohan atau salah langkah atau memang kekurang percayaan diriku tak bisa aku pilah setuntasnya. Gimana cara menyikapinya dan bagaimana cara menghadapinya semua tak berkutik kala menghadapinya dan memecahkannya. Rutinitas terkadang membosankan dikala sudah tidak ada lagi yang dibanggakan dengan pekerjaan ini. Pekerjaan ini tidak salah, tapi kadang bisa menjerumuskanmu ke titik keputusasaan.

Pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi sejujurnya tak diimbangi dengan kecakapanku dalam menyelesaikan banyak ragam pekerjaan yang harus aku selesaikan setiap harinya. Semua begitu membutakan, begitu menggerus akal sehatku hingga ke titik nadir. Aku kewalahan menuntaskannya

Sampai pada akhirnya aku dituntut untuk segera menyadarinya, menindaklanjutinya, bahwa kejenuhan yang selama ini meyelimuti kekurangan gairahku dalam pekerjaan ini harus segera diselesaikan. Kekurangan tidurku kekurangan waktu istirahatku, dan semua ketidakgairahan ini harus menemukan penyelesaiannya, hingga semuanya berjalan lancar dan apa adanya.

Semua tak bisa diselamatkan, hingga akhirnya keputusan ini yang harus aku buat. Maaf 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun