Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Safari Masjid Papua Barat (3): Sebuah Catatan

19 Juli 2014   00:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:56 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="masjid Al Ikhlas Tofoi"][/caption]

Usai berkeliling di kampung Otoweri, kita lanjutkan perjalanan menuju ke Tofoi. Perjalanan total sekitar enam jam harus ditempuh dari Otoweri ke Tofoi. Kembali menyusuri teluk Bintuni ke arah timur, kemudian berbelok ke selatan masuk ke sebuah sungai menuju kampung Tofoi. Di kawasan teluk Bintuni, wilayah perairan menjadi jalur utama transportasi. Teluk Bintuni bisa diibaratkan sebagai jalan raya dengan banyak sungai di tepiannya sebagai jalan masuk menuju kampung-kampung. Dibutuhkan waktu lebih dari sejam perjalanan dari muara menuju ke kampung Tofoi.

[caption id="attachment_348493" align="aligncenter" width="448" caption="jetty kampung Tofoi"]

14056773581505052513
14056773581505052513
[/caption]

Kampung Tofoi masuk dalam distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni. Terdapat 400-an KK yang menghuni kampung ini dengan jumlah penduduk mencapai hampir 2000 orang. Dibandingkan beberapa kampung sebelumnya, Tofoi relatif ramai. Sama seperti Babo, Tofoi juga menjadi salah satu pusat perekonomian di Teluk Bintuni. Di sini terdapat perusahaan kayu yang cukup besar dan mempekerjakan ratusan karyawan. Kampung Tofoi juga memiliki warga yang multietnis. Warga asli suku Sumuri kebanyakan menghuni kampung bagian dalam sedangkan para pendatang tinggal di sekitar jetty.

[caption id="attachment_348494" align="aligncenter" width="336" caption="senja di kampung Tofoi"]

14056774321615669528
14056774321615669528
[/caption]

Populasi Muslim di kampung Tofoi sekitar 25% dari penduduk Tofoi. Sebagian besar dari warga Muslim adalah pendatang, hanya sedikit warga asli (Papua) yang beragama Islam. Masjid yang ada di kampung ini pun hanya ada satu. Masjid Al Ikhlas, sebuah masjid sederhana terletak di puncak sebuah bukit kecil. Bangunan masjid berbentuk panggung dengan lantai kayu sebagai alasnya. Dinding masjid terbuat dari kayu bercat putih yang disusun secara vertikal. Pagar kayu berwarna hijau mengelilingi masjid dan berfungsi sebagai pembatas serambi yang cukup sempit. Atap masjid berupa seng yang disusun bertumpuk dua, atap bagian atas berbentuk seperti atap rumah Joglo. Lantai di bagian dalam masjid dilapisi oleh karpet hijau, sedangkan empat shaf pertama dilapisi lagi dengan karpet sajadah. Tidak ada ornamen dan hiasan yang menonjol di dalam masjid, hanya beberapa lukisan kaligrafi sederhana saja.

Ruangan utama masjid Al Ikhlas Tofoi hanya dapat menampung sekitar 200 jamaah, sehingga saat sholat Jumat jamaah membludak sampai serambi dan halaman masjid. Keterbatasan daya tampung ini adalah penyebab utama didirikannya bangunan masjid baru tepat di sebelah masjid Al Ikhlas. Letak masjid ini berada di tengah-tengah pemukiman para pendatang yang beragama Islam seperti suku Jawa, Buton, dan Bugis. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai di bidang perdagangan, mulai dari pedagang kelontong kecil-kecilan, pedagang pasar, sampai buka warung penyetan. Para pendatang berasal dari suku dan latar belakang yang berbeda. Namun sampai saat ini mereka tetap hidup rukun baik antar sesama pendatang maupun dengan warga asli sebagai pemilik tanah ulayat/adat.

[caption id="attachment_348496" align="aligncenter" width="448" caption="ruangan utama masjid Al Ikhlas"]

14056775321324327812
14056775321324327812
[/caption]

Ada satu kesamaan yang mencolok dari kelima masjid tersebut yaitu memiliki atap tumpang. Pada bagian atap paling bawah menaungi ruangan berbentuk segiempat. Kemudian atap di atasnya semakin mengecil dengan puncak atap teratas biasanya diletakkan kubah kecil. Bentuk atap seperti itu sangat mirip dengan masjid-masjid di Jawa yang berakulturasi dengan kebudayaan Hindu.

Tidak banyak warga lokal yang tahu mengapa ada kemiripan bentuk atap masjid mereka dengan masjid di Jawa. Pengaruh arsitektur Jawa di masjid-masjid tersebut karena bantuan pembangunan masjid kebanyakan berasal dari luar termasuk juga desain bangunannya. Bisa jadi orang yang membangun masjid adalah tukang dari Jawa yang sudah terbiasa dengan bentuk bangunan masjid di tempat asal mereka.

Tofoi adalah tujuan terakhir sebelum kembali lagi ke Babo untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan ke Sorong dan kembali pulang. Lima masjid, lima kampung di Papua Barat. Kelimanya memiliki kisah tersendiri. Kisah tentang masjid dan para jamaahnya. Kisah tentang kondisi sosial masyarakat setempat. Dan kisah tentang keragaman budaya yang disatukan dalam naungan Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun