Mohon tunggu...
Arief Setyo Widodo
Arief Setyo Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pengetik teks bebas

Yogyakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Pemakaman, Bentuk Penghormatan Terhadap Arwah Leluhur

20 Januari 2016   12:29 Diperbarui: 20 Januari 2016   12:44 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kubur batu yang terletak di sekitar rumah "][/caption]

Jalan setapak yang terjal berujung di sebuah kampung. Kampung kecil yang letaknya di atas bukit di antara luasnya padang sabana. Tumpukan batu dengan tinggi hampir semeter tersusun mengelilingi perkampungan. Di bagian depan pagar batu, tepat di ujung jalan setapak terdapat semacam tangga sebagai akses masuk ke dalam kampung. Sebuah kampung kecil yang hanya ada beberapa rumah saja. Di antara rumah-rumah menara itu terdapat batu berbentuk segi empat yang ditopang empat batu yang lebih kecil berbentuk lonjong seperti tiang. Kubur batu, adalah nama susunan batu itu.

Kubur batu merupakan salah satu tradisi leluhur yang masih dipertahankan masyarakat Sumba. Batu besar yang beratnya bisa mencapai puluhan ton itu disangga empat buah tiang batu menaungi jenazah yang dikubur. Jenazah yang dikubur diposisikan duduk meringkuk dibalut beberapa lapis kain tenun. Lapisan kain yang membungkus jenazah bisa mencapai puluhan helai tergantung kedudukannya di masyarakat. Dalam satu kubur batu bisa diisi dengan beberapa jenazah yang masih ada hubungan keluarga.

Untuk membawa batu seberat puluhan ton tidaklah mudah karena biasanya asal batu tersebut berada jauh dari tempat pemakaman. Konon pada zaman dahulu, dibutuhkan puluhan hingga ribuan orang untuk membawa batu. Namun kini peran pembawa batu digantikan oleh kendaraan seperti truk atau pick up. Meskipun demikian, untuk menebus batu tersebut dibutuhkan puluhan hingga ratusan juta rupiah. Harga yang setimpal mengingat dibutuhkan usaha keras mulai dari saat menambang, membentuk, sampai membawa batu ke tempat tujuan. Namun kini sudah banyak warga yang mengganti batu dengan beton cor sebagai penyusun kubur batu dengan pertimbangan biaya dan kemudahan.

[caption caption="kubur batu yang terbuat dari beton, dinilai lebih praktis dan ekonomis"]

[/caption]

Dalam tradisi Sumba, pemakaman menjadi suatu acara adat yang besar. Pesta besar akan diadakan keluarga dalam upacara pemakaman. Puluhan ekor hewan ternak seperti sapi, kerbau, kuda, dan babi disembelih untuk menjamu para tamu dan masyarakat sekitar. Banyaknya hewan yang dikurbankan tergantung status sosial yang disandang. Puluhan juta hingga miliaran rupiah dihabiskan untuk keperluan pesta. Sampai sekarang masyarakat Sumba memiliki kecenderungan untuk mengadakan pesta secara besar-besaran. Semakin besar pesta diadakan, semakin besar pula kebanggaan yang didapat. Tak jarang mereka harus berutang untuk memenuhi kekurangan biaya pesta.

Meski sudah berlangsung secara turun temurun, kebiasaan mengadakan pesta besar-besaran bukanlah tanpa kritik. Seorang guru yang mengajar di salah satu SD di kecamatan Wanukaka, Sumba Barat menyatakan bahwa masyarakat lebih mementingkan pesta daripada kebutuhan lain termasuk pendidikan. Maka tak heran jika kebutuhan pendidikan anak-anak seringkali kurang terpenuhi dan cenderung diabaikan. Namun dia bersama beberapa guru lain berusaha memberikan pengertian kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya alokasi khusus untuk biaya pendidikan. Tidak mudah memang mengubah kebiasaan yang sudah mengakar kuat. Namun perlahan perhatian masyarakat sekitar terhadap pendidikan meningkat.

Upacara pemakaman sangat penting bagi orang Sumba yang menganut kepercayaan Marapu. Mereka menghormati arwah leluhur yang diyakini menjadi perantara untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Menurut kepercayaan lokal, setelah meninggal arwah akan menempati Prai Marapu (Kampung Marapu) yang merupakan tempat berkumpulnya para arwah. Kubur batu lah yang menjadi tempat tinggal para arwah tersebut. Karena itu, semakin besar kubur batu semakin menunjukkan kebesaran dan kehormatan “penghuni”, keluarga, dan keturunannya.

Pentingnya upacara pemakaman, menjadikannya sebagai salah satu upacara terpenting dalam kebudayaan Sumba. Dibutuhkan usaha yang besar untuk menyelenggarakan upacara ini. Tenaga, pikiran, dan tentu saja harta dikerahkan. Namun adanya kebutuhan hidup yang lebih mendesak seperti pendidikan dan kesehatan membuat pengadaan pesta besar-besar jadi kurang relevan lagi untuk dilakukan. Beberapa pihak pun berupaya untuk mengubah kebiasaan mengadakan pesta besar-besaran dan menggantinya menjadi pesta yang lebih sederhana sesuai kemampuan. Akan tetapi di sisi lain, tujuan diadakannya pesta besar adalah untuk menghormati arwah leluhur serta menjaga nama baik keluarga dan keturunan. Akhirnya, semua dikembalikan kepada warga Sumba sendiri sebagai penerus tradisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun