Mohon tunggu...
Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Sosial

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jilbab, Trend Busana atau Menjalankan Syariat?

15 Agustus 2024   20:25 Diperbarui: 15 Agustus 2024   20:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Bukit Gado-gado saat senja|Merdeka.com

Oleh : Dodi Putra Tanjung


Jilbab tidak hanya menjadi sekedar asesoris dan trend busana lingkungan saja. Atau sekedar mengikuti aturan sekolah maupun aturan instansi. Tapi mengenakan jilbab harusnya menjalankan syariat agama bagi kaum perempuan. Sebagaimana surat Al Ahzab ayat 59 dimana Allah SWT memerintahkan wanita untuk menutup aurat dengan jilbab sebagai pelindung hamba-Nya, dan Ayat 31 surat An-Nur dalam Al-Qur'an berisi perintah untuk wanita muslim menutup aurat. Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban berkerudung, tidak menampakkan perhiasan kecuali kepada mahram, dan jangan memukulkan kaki ketika berjalan.

Betapa banyak anak gadis saat ini berjilbab Gaul (bukan Syar'i), nongkrong di pantai, di Caffe, campur baur dengan laki laki, berpegangan tangan, bahkan berangkulan. Saat waktu magrib tiba, hanya sedikit dari mereka yang menunaikan shalat.

Tidak percaya?
Pergilah ke pantai Cimpago Padang, atau ke bukit gado-gado di kala senja, lihat siapa yang nongkrong di cafe-cafe itu. Laki- laki dan perempuan, yang perempuan rata-rata berjilbab (katanya sih jilbab gaul). Perhatikan gaya mereka, dan saat masuk waktu shalat magrib apa sikap mereka. Apakah mereka menjalankan syariat agama?

Begitupun ibu-Ibu, berjilbab bergamis, ada yang berjilbab besar, begitupun jilbab gaul, berjoget joget saat ada orgen tunggal, berjoget tik tok pula. Kepala di tutup jilbab besar, celana pakai leging ketat. Adakah itu di ajarkan agama?

Begitu pula ibu-ibu senam di ruang terbuka, kepala ditutup hijab, tapi body dan pantat kelihatan. Nah, apa pula ini, syariat apa yang mereka anut?
Bagaimana kita menyikapi? Apakah itu tidak mengusik rasa peduli agama di hati mereka yang konon selalu terdepan saat ada isu atau peristiwa yang berkaitan dengan simbol-simbol agama?

Paskibraka perempuan dikabarkan di suruh lepas jilbab, ini cerita viral minggu ini. Terlepas benar atau tidak dengan alasan apapun, atau cuma sekali itu saja, dan viral di media sosial. Publik marah, seolah tersentak, seolah merasa terzholimi, merasa dilecehkan, merasa terusik ke sholehanya. Marah dan membabi buta dengan narasi atau bicara peduli agama dan syariat.
Lalu, kenapa yang jauh dan hanya sekedar kepala tidak ditutup saat gladi upacara bendera kita marah? Sementara, tingkah mereka masih terarah. Mereka mengadu ke orang tua, wajar. Walau mereka tidak di apa-apakan. Masih terjaga dan aman di fasilitas negara.

Ada yang marah, itu pun wajar, inikan soal simbol agama. Tapi, apakah kemarahan tersebut bisa juga di arahkan kepada perilaku anak remaja kita saat ini? Yang menggunakan simbol agama, terutama anak gadis?
Atau kaum Ibu yang berjilbab yang berjoget tanpa rasa malu, bahkan ada yang berjilbab tapi pamer body? Apakah itu tidak termasuk melecehkan syariat agama? Adakah suara-suara yang nyinyir menegur mereka, atau mengingatkan mereka?

Pergilah lihat ke Pantai Padang dan Caffe di bukit gado-gado. Atau Caffe Caffe yang ada di kota ini. Jika memang itu juga menyangkut simbol agama dan perilaku tidak sesuai syariat. Bersuaralah, marah pula lah disana!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun