Mohon tunggu...
Dodi safari
Dodi safari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Lembaga Eijkman

Mikrobiologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami Reaksi Tubuh terhadap Vaksin

1 Mei 2021   11:33 Diperbarui: 1 Mei 2021   11:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Saat ini, pemerintah sedang menggalakkan vaksinasi COVID-19 secara nasional. Data dari Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menunjukan sebanyak 12,385,886 penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksinasi ke-1 dan 7,629,859 penduduk sudah menjalani vaksinasi ke-2 per 30 April 2021. Vaksin yang digunakan adalah berasal dari Sinovac dan sebagian kecil dari Astrazeneca. Dengan vaksinasi ini, diharapkan akan terbentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi virus SARS-CoV-2. Komponen utama dari sebuah vaksin adalah keberadaan antigen yang mampu menimbulkan dan merangsang  respon imun atau immunogen yang berperan dalam "melatih" sistem pertahanan atau imunitas tubuh dalam mengenali dan mengeliminasi patogen aslinya. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi respon imun terhadap sebuah vaksin diantaranya tipe antigen, cara pemberian (rute), dosis, kehadiran adjuvant, keberadaan antibodi sebelumnya, dan juga faktor dari tubuh (inang) seperti usia, genetik, dan penyakit penyerta. Keberhasilan vaksin juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, dan faktor nutrisi. Berdasarkan data dari WHO, vaksin Sinovac adalah vaksin tipe inactivated virus vaccine dengan dosis dua kali (hari ke 0 dan 14) secara intramuskuler (IM) yaitu suntikan kedalam massa otot. Sedangkan vaksin AstraZeneca adalah vaksin tipe non-replicating viral vector dengan dosis dua kali dan rute IM (Hari ke 0 dan 28).

Selayaknya benda asing atau patogen virus atau bakteri, Ketika vaksin disuntikan, tubuh kita secara alami akan merespon dengan mengaktifkan semua perangkat sistem imun tubuh yang sangat kompleks nan rumit serta saling terkait. Sistem imun tubuh kita terbagi menjadi dua jenis yaitu innate immunity (imun primitif/alami, bawaan sejak lahir) dan adaptive immunity (imun adaptif/spesifik).  Imun innate bersifat segera tetapi tidak spesifik untuk antigen atau patogen tertentu dan berperan dalam mengenali benda tersebut apakah merupakan benda asing (non-self) atau bagian dari tubuh (self). Komponen imun innate diantaranya sel-sel kulit atau lapisan epithelial, makrofag, makrofag, sel natural-killer, granulosit, sel mast, dan komplemen serta sel dendritik yang disebut sel penyaji antigen (antigen presenting cells, APC). Selain sel dendritik, Makrofag dan sel B termasuk Sel APC juga. Sel-sel ini berperan dalam mengenali, mengikat, dan menelan antigen, serta mengolah immunogen untuk nantinya dipresentasikan sebagai epitope-epitope dari antigen ke sistem imun adaptif. Epitope merupakan subregion/bagian kecil dari antigen yang dapat menstimulasi respon imun selanjutnya. Sistem imun adaptif merupakan sistem imun yang bekerja untuk merespon secara spesifik terhadap antigen atau patogen. Imun adaptif ini terdiri dari sel T dan Sel B. Sel T sendiri berperan dalam menstimulasi Sel B dalam memproduksi specific neutralizing antibodi terhadap virus (CD4+ helper T cells/ T helper cells) and juga berperan dalam mengenali serta membunuh sel-sel yang terinfeksi oleh virus (CD8+ cytotoxic T cells/T-killer cells).  Disamping itu, sel-sel imun adaptif mempunyai kemampuan untuk mengingat (sel memori) yang akan memberi respon imun yang lebih cepat ketika kembali terpapar baik oleh vaksin (dosis kedua atau booster) maupun patogen aslinya. 

Secara umum, penyuntikan pertama vaksin seperti inactivated virus vaccine, tidak menghasilkan imunitas yang protektif tetapi berfungsi untuk melatih sistem imun. Imun respon yang protektif ini berkembang setelah penyuntikan dosis kedua maupun ketiga. Disamping itu, kadar dari antibodi dari hasil vaksinasi pada umumnya menurun seiring waktu. Untuk itu, dibutuhkan secara berkala dengan penyuntikan vaksin kembali yang dikenal dengan istilah booster untuk meningkatkan level kadar dari antibodi di dalam tubuh (Dodi Safari, 1 Mei, 2021)

Referensi utama:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun