2025 adalah tahun ke-4 saya menulis di Kompasiana. Pada hari ke-2 di bulan pertamanya ini, tergoda untuk mengetahui bagian mana di permukaan Bumi yang pertama kali muncul dan diterpa cahaya Matahari. Sebuah rasa ingin tahu yang bisa dibilang naif. Kendati demikian, saya mencoba untuk mencari tahu. Kenaifan memang   Â
Sekelompok ilmuwan, tulis Devrupa Rakshit (2021) dalam Earth’s First Land to Rise Above the Ocean is in India, percaya bahwa wilayah Singhbhum di Jharkhand, India terpapar udara petama kali lebih dari 3,2 miliar tahun yang lalu ketika Bumi diyakini masih tertutup air. Rakshit mengutip hasil penelitian para ilmuwan dimaksud yang terdiri dari P. Chowdhury, J.A. Mulder, P.A. Cawood, S. Bhattacharjee, S. Roy, A.N. Wainwright, O. Nebel dan S. Mukherjee dalam paper mereka Magmatic thickening of crust in non–plate tectonic settings initiated the subaerial rise of Earth’s first continents 3.3 to 3.2 billion years ago.Â
Berkenaan dengan signifikasi penelitian ini dinyatakan bahwa memahami kapan dan bagaimana kerak benua subaerial pertama kali terbentuk sangatlah penting, karena kemungkinan besar kerak benua subaerial memainkan peran penting dalam membangun kelayakhunian Bumi. Meskipun masih diperdebatkan, konsensus umum adalah bahwa munculnya benua-benua subaerial dimulai ∼2,5 miliar tahun yang lalu dan didorong oleh lempeng tektonik. Di sini, kami mengintegrasikan sejarah batuan beku dan sedimen dari kawah Arkean untuk menunjukkan bahwa daratan benua yang stabil mulai muncul di atas permukaan laut 3,3 hingga 3,2 miliar tahun yang lalu (yaitu, lebih dari 700 juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan oleh sebagian besar model). Kami juga menunjukkan bahwa episode awal emersi benua ini didorong oleh magmatisme granitoid tebal dalam pengaturan tektonik non-lempeng yang membentuk kerak setebal ∼50 km dan kaya silika, yang naik ke atas samudra karena isostasi (Chowdhury dkk, 2021).
Nicoletta Lanese (2021) dalam Earth's 1st continents arose hundreds of millions of years earlier than thought mengutip penjelasan Chowdhury tentang bagaimana bagian kerak Bumi ini kemudian naik ke permukaan. "Sekitar 3,5 miliar hingga 3,2 miliar tahun yang lalu, gumpalan magma panas di bawah kerak bumi menyebabkan beberapa bagian [daratan] menebal dan diperkaya dengan material yang ringan dan mengapung, seperti silika dan kuarsa. Proses ini membuat kerak bumi menjadi 'tebal secara fisik dan ringan secara kimiawi,' dibandingkan dengan batuan yang lebih padat di sekelilingnya, dan dengan demikian membuat daratan terapung ke atas dan keluar dari air," tulisnya. Sementara itu, kepada The Guardian, Chowdhury menjelaskan bahwa daratan Singhbhum terbentuk dari akumulasi lava yang seiring berjalannya waktu, keraknya menjadi sekitar 50 kilometer. "Begitu tebal [sehingga] mengapung di atas air ... seperti gunung es yang mengapung di atas air," tambah Chowdhury. Menarik sekaligus membuka perspektif baru berkenaan dengan bagaimana benua atau pulau terbentuk mengingat teori tumbukan lempeng tektonik selama ini yang banyak dianut.Â
Kembali kepada India sebagai daratan pertama di muka Bumi, menjadi jauh lebih menarik saat dikaitkan dengan beberapa keyakinan yang bersifat spiritual yang  selama ini terkait dengan benua alit India.  Ibn 'Asakir (1163), misalnya, dalam Tarikh Dimasyq Jilid 7 halaman 437 menyebutkan bahwa Adam diturunkan di India. Syed Ghulam Ali Azad Bilgrami (1885) dalam Subhatul Marjan Fi Aasar e Hindustan mengutip sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Adam diturunkan di India dan Hawa di Jeddah. Sarandib, yang kini masuk wilayah Sri Lanka, menurut banyak sumber adalah tempat di mana Adam tinggal. Kata Sarandib sendiri merupakan sebutan dalam bahasa Arab dan Persia. Sementara dalam bahasa bahasa Sanskrit disebut Simhaladwipa, yang berarti Pulau Singa. Perhatikan nama wilayah Singhbhum di Jharkhand, India yang disebut Chowdhury dalam papernya. Singhbhum memiliki arti yang sama dengan Simhaladwipa, yaitu Tanah atau Pulau Singa. Terletak tepat di tengah-tengah pulau Sri Lanka terdapat tempat sakral yang populer dengan julukan Adam's Peak, Puncak Adam yang juga dikenal dengan Gunung Adam. Di puncaknya terdapat Sri Pada (Tapak Kaki Suci) yang oleh penganut Buddha dianggap sebagai jejak kaki Buddha dan dalam tradisi Hindu ia dianggap sebagai kesan jejak kaki dewa Siwa. Sementara bagi penganut Islam, Yahudi dan Kristen ia dianggap sebagai kesan tapak kaki Adam (Hugh, 1910) ketika permulaan dia dihukum dengan diturunkan ke bumi atas perintah Tuhan Allah. Adanya keyakinan-keyakinan ini menarik untuk dikaitkan dengan teori India sebagai daratan pertama di muka Bumi.     Â
Tanah Jawa (Jawadwipa) pun sedikit banyak berbagi kenangan lawas berkenaan dengan pulau mereka sebagai tempat pertama yang diciptakan Tuhan. Aki Anang alias Raden Anang Daryan Jayadikusumah (1926-2000), pemimpin kelompok kebatinan 'Jati Sunda' yang juga keturunan Batara di Galunggung, misalnya, menurut Hamdan Arfani dalam Kabuyutan Galunggung: Misteri yang Belum Terpecahkan, menuturkan berita turun-temurun kurang lebih sebagai berikut: "Pada jaman yang telah lampau sekali, tatar Sunda adalah daerah perairan yang hanya terdapat satu daratan yang tidak terlalu luas (jaman air). Daerah tertinggi dari daratan itu adalah puncak dari sebuah gunung yang kini disebut Galunggung. Pada jaman itu puncak Galunggung adalah daratan tertinggi di tatar Sunda. Pada hari yang diberkahi, tibalah sebuah perahu besar yang memuat banyak sekali manusia dan hewan peliharaan. Sebagian orang-orang perahu itu turun dan tinggal menetap membangun komunitas manusia yang baru. Itulah nenek moyang manusia Sunda sekarang, dan menjadikan Galunggung sebagai sebuah kabuyutan atau 'Sanghyang Tapak Parahyangan'.
Tanah Jawa, di mana tatar Sunda berada, merupakan bagian dari yang jauh sebelum apa yang disebut sebagai Sunda shelf atau lebih populernya Sundaland (Van Bemmelen 1949, Tjia 1980, Emmel dan Curray 1982, dan Lawrence R. 1984) yaitu Gondwana. Superbenua kuno ini pecah sekitar 180 juta tahun yang lalu. Benua ini akhirnya terpecah menjadi daratan yang kita kenal sekarang: Afrika, Amerika Selatan, Australia, Antartika, anak benua India, dan Jazirah Arab (Live Science, 2010 dan Pappas, 2013). Keberadaan Galunggung dengan latar kosmologis sebagaimana disebutkan Aki Anang menjadi terasa memiliki unsur kebeneran. Apakah Puncak Adam dan Galunggung merupakan jejak-jejak samar memori kolektif umat manusia tentang fenomena geologis jauh di masa lampau? Sulit untuk menjawabnya. Sesulit mengabaikan samasekali jejak-jejak samar memori kolektif umat manusia mengenainya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H