Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Tua yang Tidak Hanya Sebatas Menua

22 September 2024   07:56 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:28 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Old Age karya William Weston - mayberryfineart.com

Ayah dari salah satu kolega saya di sekolah terjatuh ke dalam sebuah lembah saat melakukan aktivitas di sekitaran tempat tinggalnya. Usianya tidak kurang dari 87 tahunan. Di usia sesepuh itu, sang ayah masih mencari kayu bakar di hutan sekitar, mencari pakan ikan, membetulkan saluran air dan sebagainya. "Sulit rasanya memintanya untuk rehat menikmati masa tua. Bahkan bujukan untuk tinggal bersama di salah satu putranya agar terbebas dari aktivitas rutin tersebut selalu gagal," tutur kolega saya.   

Boleh jadi sebagian dari kita akan menyimpulkan karakter orang tua kita tersebut sebagai bentuk kekeraskepalaan akibat faktor usia. Saya kurang sependapat. Dan hal ini menarik untuk direfleksikan.

Orang tua, terutama yang berasal dari generasi Baby Boomers ke bawah, memiliki kemandirian yang tinggi. Sulit untuk menyuruhnya tidak beraktivitas. Mereka biasa memaksa untuk tetap mengerjakan hal-hal yang oleh kita rasanya tidak lagi harus dilakukan. Sebenarnya, itulah indahnya karakter kemandirian para orang tua yang seringkali susah untuk dikompromikan dengan pragmatisme generasi yang jauh lebih muda darinya. 

Inilah perbedaan etos kerja antara Generasi Baby Boomer dengan generasi setelah terutama Gen-Z (terlebih Gen Alpha). Ungkapan working like a dog, sleeping like a dog khas generasi Boomers berubah menjadi bed rotting alias membusuk di atas tempat tidur di kalangan Gen-Z. Kreativitas generasi Z dalam berbahasa memang harus diakui sangat luar biasa. Kesan negatif bed rotting diubah menjadi rebahan atau dalam keadaan tertentu dianggap sebagai self-reward -- bahkan self-love. Saya kadang tersedak antara geli dan sebal. Filsafat Stoikisme dikorupsi dengan semena-mena.  

Generasi dengan filosofi dan kreativitas kebahasaan seperti ini yang menjadi peserta didik kita seolah. Energi mereka tersedot untuk hal-hal yang seringkali -- tepatnya samasekali -- bukan prioritas utama mereka. Kecenderungan fear of missing out (fomo) yang bila dalam perspektif generasi X ke belakang barangkali semakna dengan carpe diem atau seize the day, maka implikasinya kini melenceng menjadi ketergopohan dalam momentum. Keterceceran dari barisan siaga kemudian pontang-panting mengejar ketertinggalan langkah akibat dari overdosis leyeh-leyeh. Self-reward bisa berubah menjadi self-destruction. 

Kembali kepada being old (menjadi tua). Kita ditakdirkan berusia. Dan konsekuensi dari berusia adalah menua. Kebencian untuk menjadi tua boleh jadi setua keberadaan manusia itu sendiri. Terdapat alasan filosofis mendalam yang menjadi penyebabnya. Hasrat buta untuk lebih lama mengecap kenikmatan dunia, syahwat untuk memiliki lebih waktu, dan pencarian keabadian yang yang bentuk sederhananya penggunaan kosmetika anti-aging merupakan ungkapan kebencian terhadap being old. 

Penjelasan sederhananya begini. Being old identik dengan tanggung jawab yang semakin besar. Punya keturunan yang dari mereka kualitas ketuaan kita diukur tentu bukan hal yang mudah bagi siapapun. Bukan hanya sampai di situ, puncak dari proses menua kita adalah kematian -- nama lain dari awal pertanggungjawaban tertinggi manusia, sebagai organisma paling mulia, atas konsekuensi keberusiaannya: aging (menua).

Bukanlah tanpa filosofi, misalnya, ungkapan I hope I die before I get old-nya Pete Townshend pentolan The Who dalam lagunya My Generation. Ironisnya ia masih hidup untuk menjalani ketuaannya. Tuhan menjawab doa Townshend dengan cara terbalik. Namun, bagaimanpun secara langsung atau tidak, falsafah ini telah melahirkan kemengenasan di kalangan pesohor dunia hiburan. Kita mengenal Klub 27 . Sebuah istilah yang merujuk pada banyaknya jumlah pemusik populer dan artis lainnya yang meninggal dalam usia 27 tahun, kebanyakan karena penyalahgunaan narkoba dan alkohol serta tindak kekerasan seperti pembunuhan atau bunuh diri. Kurt Cobain dari band Nirvana, yang lagu-lagunya sempat menemani masa remaja saya, termasuk klub mengenaskan ini.

Atas kondisi ini, saya mencoba sedikit berfilsafat: "Being old, not just getting old, in fact interestingly as unpredictable as when we're kids. So it's fine being old after all."

Bagi siapapun yang kini tergolong tua. Bukanlah masalah untuk menjadi tua. Tua, apabila kita cukup pandai memaknainya, identik dengan kebijaksanaan. "Old is gold -- tua adalah emas," begitu kata seseorang. Sementara seseorang lainnya berujar: "With age comes wisdom; like fine wine, people get better with time -- Seiring bertambahnya usia, muncullah kebijaksanaan; seperti anggur yang baik, orang akan menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu." Kuncinya tentu seberapa bijak kita dalam berusia.

Di sisi lain, seperti halnya anak kecil, orang yang berusia tua cenderung mengundang rasa kasih dan sayang. Kita cenderung lebih mudah tergerak untuk bersikap lembut dan penuh kasih kepada seseorang yang berusia sepuh. Dan ini sama halnya terhadap anak kecil. Menarik untuk secara analogi kosmologis mengibaratkan anak kecil dan orang berusia tua seperti halnya white hole dan black hole. Keduanya sama-sama dekat kepada "lubang". Bila yang pertama adalah rahim -- sebagai gerbang yang membawa manusia ke dunia ini, maka yang kedua adalah lahat -- yang melaluinya manusia "pergi" dari dunia ini. Keduanya teramat lekat dengan citra kepemurahan Tuhan, Sang Maha Pengasih dan Penyayang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun