Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Small Voice, Big Impact

6 Juli 2024   09:05 Diperbarui: 7 Juli 2024   05:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://web.facebook.com/creamcollectionpro

"Seperti yang saya tunjukkan dalam buku ini, hanya perlu satu senjata untuk memicu reaksi berantai untuk melepaskan persenjataan saat ini, yang disebarkan ke depan dalam posisi siap diluncurkan dan dapat ditembakkan hanya dalam waktu satu menit hingga 15 menit untuk kapal selam. Ada cukup banyak senjata di posisi-posisi itu saat ini untuk menimbulkan musim dingin nuklir yang akan membunuh sekitar 5 miliar orang. 

Apakah jumlahnya terlalu banyak? Tentu saja. Apakah kita membuat kemajuan? Jumlah tertinggi sepanjang masa pada tahun 1986 adalah 70.481 senjata nuklir. Sekarang, ada sekitar 12.500. Namun yang perlu Anda ketahui, ada sembilan negara bersenjata nuklir, bukan hanya dua atau tiga negara adidaya. Dan hal ini menghadirkan banyak hal yang tidak diketahui yang menciptakan kegelisahan serius dan ruang untuk bencana."

Ke arah inikah ratusan khutbah Jum'at yang disampaikan sejak tahun 2017 lalu hingga kini ditujukan? Tidak terlalu rumit untuk menangkap siratannya. Boleh jadi beberapa menanggapinya dengan sinis sebagai sebuah propaganda messianic (kealmasihan) dalam Ahmadiyah semata. Hanya saja bila sedikit bersabar melihat data bahwa selama 18 tahun terakhir menggelar Simposium Perdamaian, lalu inisiatif pimpinan tertinggi Ahmadiyah untuk melayangkan surat seruan perdamaian kepada para petinggi dunia mulai tahun 2012, upaya Ahmadiyah mencegah ancaman Perang Dunia Ketiga tidak bisa dipandang sebagai upaya pencitraan belaka. Sebenarnya, cukup sedikit kejujuran dan kesabaran saja untuk memahami peran Ahmadiyah ini.

Apa yang Ahmadiyah lakukan hakikatnya memiliki kemiripan dengan doa-doa khusyuk bersimbah air mata Nabi Muhammad saw jelang berkecamuknya perang Badar. Nabi Muhammad saw pada dasarnya enggan untuk menempuh jalan perang sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216)

Tangisan beliau saw mewakili dua perasaan, pertama rasa simpati yang mendalam terhadap kaum beliau yang segera akan merasakan azab berupa pedang atas sikap keras permusuhan mereka. Kedua, perasaan tawadhu sekaligus kehalusan adab beliau terhadap Allah. Beliau saw menggunakan kata-kata:

"Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim no. 1763)

Sebuah ungkapan esoterik atas kedekatan beliau saw dengan Allah SWT sekaligus ketawadhuan yang luar biasa dengan menganggap diri beliau tidak memiliki kelayakan apapun untuk meraih kemenangan kecuali atas pertolongan-Nya semata.

Seruan perdamaian guna mencegah terjadinya Perang Dunia Ketiga yang dilakukan oleh Ahmadiyah senafas dengan semangat ini. Rasa kemanusiaanlah yang utama. Ajakan untuk melakukan perbaikan diri dan saling menguatkan sesama manusia mengisyaratkan tidak adanya unggul diri, lalu menganggap bila dunia bisa diselamatka hanya oleh kelompoknya saja. Untuk itu, salah satu doa Nabi Muhammad saw yang lazim dipanjatkan di kalangan komunitas ini adalah Allahummahdi qaumi, fainnahum la ya'lamun  - Ya Allah berilah petunjuk kaumku (Muhammad saw), karena sesungguhnya mereka tidak tahu.  

Uswah Hasanah Rasulullah saw

Berkenaan dengan tuduhan bahwa kepekaan Ahmadiyah atas ancaman peperangan dunia ini dilatarbelakangi misi mesianik yang diusung Ahmadiyah, kita dapat melakukan qisyash kepada riwayat berikut: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun