Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Afrika

29 Mei 2024   04:28 Diperbarui: 29 Mei 2024   04:41 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin siang, sepulang dari sekolah, sebuah notifikasi muncul di bagian atas layar hp. Saya tekan sedikit lama sambil sedikit ditarik ke bawah. Terbaca: "AFRICA but it's all on ONE BASS". Ternyata  Africa, sebuah lagu hits dari grup band Toto, dicover oleh Charles Berthoud. Satu dari sedikit kanal YouTube yang saya ikuti. 

Menurut satu sumber, pemain bass band ini, David Hungate yang mengajukan nama Toto. Kata tersebut berasal kata Latin in toto yang berarti "mencakup semua". Toto - yang darinya kata total berasal - menunjukkan bahwa para anggota band ini telah bermain dalam begitu banyak rekaman dan begitu banyak genre musik, maka mereka mengadopsi nama "Toto" sebagai nama mereka. Saya sendiri memiliki teman SD yang bernama itu. 

Kembali kepada lagu Africa, keyboardist Toto sekaligus penulis lagu ini, David Paich saat diwawancarai Dave Simpson dari The Guardian bercerita:

"Salah satu alasan saya bergabung dengan band rock adalah untuk melihat dunia. Sebagai seorang anak, saya selalu terpesona oleh Afrika. Saya menyukai film tentang Dr. Livingstone dan para misionaris. 

Saya bersekolah di sekolah Katolik khusus anak laki-laki dan banyak guru-gurunya yang pernah melakukan pekerjaan misionaris di Afrika. Mereka mengatakan kepada saya bagaimana mereka memberkati penduduk desa, Alkitab mereka, buku-buku mereka, hasil panen mereka dan, ketika hujan turun, mereka akan memberkati hujan. Dari situlah kalimat pengait - "Saya memberkati hujan yang turun di Afrika" - berasal."  

Paich juga menyitir kehidupan para penginjil yang bersumpah untuk membujang demi agama. "Mereka mengatakan bahwa kesepian dan hidup membujang adalah hal yang paling sulit dalam hidup di luar sana. 

Beberapa dari mereka tidak pernah berhasil menjadi imam karena mereka membutuhkan teman. Jadi saya menulis tentang seseorang yang terbang untuk menemui seorang misionaris yang kesepian. Ini adalah kisah cinta yang romantis tentang Afrika, berdasarkan apa yang selalu saya bayangkan. Deskripsi lanskapnya yang indah berasal dari apa yang saya baca di National Geographic," jelasnya.

Berkenaan dengan lagu ini, gitaris Toto, Steve Lukather, seperti dikutip dari Toto: how we made Africa merasa ganjil atas judul dan isi lagu tersebut. Lukather bertanya kepada Paich, "Dave, ini tentang Afrika, bro? Kita ini kan dari Hollywood utara. Apa yang sebenarnya sedang kamu tulis? 'Aku memberkati hujan yang turun di Afrika? Apakah kamu ini Yesus, Dave?"

Bukan itu saja,  Lukather pun menurut Song Facts, mengatakan kepada Rock Eyez bahwa lagu ini hampir saja tidak masuk dalam album dan "seorang pria bernama Al Keller, yang bekerja di CBS" yang meyakinkan mereka untuk memasukkannya ke dalam album. Lukather menambahkan: "Saya pikir ini adalah lagu terburuk dalam album ini. Itu tidak cocok, liriknya tidak masuk akal dan saya bersumpah bahwa jika lagu itu menjadi hit, saya akan berlari telanjang di Hollywood Boulevard!"

Lukather salah. Africa terbukti menjadi single nomor satu di seluruh dunia dan masih diputar di mana-mana hingga sekarang. "Ke mana pun saya pergi, orang-orang tahu lagu itu... itu aneh! Untuk sebuah lagu yang saya dan Dave tulis di ruang tamu rumahnya, orang-orang mengenalnya di Indonesia!" ungkapnya. Nampaknya yang ia maksud adalah konsep aransemen lagu Africa mengingat penulis lagu tersebut adalah David Paich dan Jeff Porcaro, drumer Toto.

Lirik lagu Africa sendiri seutuhnya seperti ini:

I hear the drums echoing tonight
But she hears only whispers of some quiet conversation
She's coming in, 12:30 flight
The moonlit wings reflect the stars that guide me towards salvation

I stopped an old man along the way
Hoping to find some old forgotten words or ancient melodies
He turned to me as if to say, "Hurry boy, it's waiting there for you"

It's gonna take a lot to drag me away from you
There's nothing that a hundred men or more could ever do
I bless the rains down in Africa
Gonna take some time to do the things we never had

The wild dogs cry out in the night
As they grow restless, longing for some solitary company
I know that I must do what's right
As sure as Kilimanjaro rises like Olympus above the Serengeti
I seek to cure what's deep inside
Frightened of this thing that I've become

It's gonna take a lot to drag me away from you
There's nothing that a hundred men or more could ever do
I bless the rains down in Africa
Gonna take some time to do the things we never had

Hurry boy, she's waiting there for you

It's gonna take a lot to drag me away from you
There's nothing that a hundred men or more could ever do
I bless the rains down in Africa
I bless the rains down in Africa (I bless the rain)
I bless the rains down in Africa (I bless the rain)
I bless the rains down in Africa
I bless the rains down in Africa (gonna take the time)
Gonna take some time to do the things we never had

 Memang terhitung cukup menggambarkan Afrika untuk ukuran ia yang tidak pernah pergi ke Afrika saat menuliskan lirik tersebut.

Menyoal Teori Out of Africa

Afrika tidak lagi dipandang sebagai tempat lahirnya peradaban dunia: asal-usul manusia dimulai di Eropa, tulis Simon Mercieca dari Universitas Malta. Ia mengutip tulisan Sarah Knapton  di The Daily Telegraph berkenaan dengan temuan Prof. David Begun dari Departmen Antropologi Universitas Toronto. 

"Afrika selalu dianggap sebagai tempat lahirnya manusia, dengan manusia berevolusi dari kera di benua ini, sebelum menyebar ke seluruh dunia. Namun, sebuah penemuan menarik menantang asumsi lama tersebut. Tengkorak parsial kera purba baru telah ditemukan di Turki, dan tampaknya mendahului kera Afrika, menunjukkan bahwa asal-usul manusia mungkin sebenarnya terletak di Eropa. Fosil Anadoluvius turkae ditemukan di Cankiri, sebuah kota yang berjarak sekitar 86 mil di timur laut Ankara, dan diperkirakan berasal dari sekitar 8,7 juta tahun yang lalu," kutip Mercieca.

Di Africa, temuan fosil leluhur manusia tertua sejauh ini masih di kisaran 7 juta tahun lalu. Namun, agaknya temuan fosil Anadoluvius turkae yang boleh jadi melahirkan teori Out of Europe, sama seperti temuan fosil di Afrika sebelumnya yang kemudian melahirkan teori Out of Africa, masih jauh dari ketersingkapan siapa sebenarnya leluhur kita. 

Sebuah misteri yang untuk itu sains terus berupaya mencari jawabannya. Dan pencarian yang seakan tak berujung ini merupakan bagian terindah dari sains itu sendiri, "I would rather have questions that can't be answered than answers that can't be questioned," ungkap Richard Feynman. Saintis seharusnya tidak perlu malu untuk mengaku bahwa dirinya tidak (atau belum) mengetahu jawaban atas sejumlah pertanyaan. Sebab, bila merujuk kata-kata Feynman, lebih baik memiliki sejumlah tanya yang tidak terjawab daripada sejumlah jawaban yang tidak bisa dipertanyakan.

Tugas kita adalah bertanya. Tugas ini yang kemudian melahirkan sains dan ilmu pengetahuan. Kapasitas ini yang membedakan kita dari makhluk Tuhan lainnya. Pertanyaan besar lainnya menunggu jauh di awal lini masa kehidupan. Last Universal Common Ancestor (LUCA) atau sel nenek moyang bersama yang dihipotesiskan yang menjadi asal muasal tiga domain kehidupan: bakteri, archaea dan eukarya. LUCA diperkirakan merupakan organisme seluler yang memiliki lapisan ganda lipid dan menggunakan DNA, RNA dan protein.  'Leluhur' awal kita ini adalah titik atau tahapan di mana tiga domain kehidupan menyimpang dari bentuk kehidupan yang sudah ada sebelumnya (sekitar 3,5–3,8 miliar tahun yang lalu).   

Saya selalu bahagia saat membaca paragraf yang ditulis Charles Darwin dalam buku legendarisnya, The Origin of Species halaman 528-529: 

"There is grandeur in this view of life, with its several powers, having been originally breathed by the Creator into a few forms or into one; and that, whilst this planet has gone cycling on according to the fixed law of gravity, from so simple a beginning endless forms most beautiful and most wonderful have been, and are being evolved."

Saat Bumi bersiap untuk menyambut kehadiran manusia terdapat fase-fase yang teramat mendasar bagi terciptanya kehidupan. Fase-fase tersebut secara evolusi seolah berujung pada LUCA yang darinya kita, manusia, bernenek moyang sama dengan bahkan sebutir kacang. 

Dalam kata-kata Darwin di atas, into a few forms or into one, berarti alternatif yang into one. Sementara itu masih ada alternatif into a few forms. Saya memilih yang into a few forms yang dengannya manusia memiliki leluhur yang tetap manusia sejak dari awalnya. Ia berevolusi dalam jalurnya sendiri - demikian pula kera, kucing dan lainnya.

Saya meyakini evolusi - tetapi tidak seperti teori evolusi pada umumnya. Untuk keyakinan ini, saya rayakan dengan alunan lagu Africa, sekali lagi bukan versi aslinya Toto, melainkan komposisi bassnya Charles Berthoud. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun